Perlahan kamu membuka matamu--menyebut-nyebut nama Rei yang entah kenapa keluar dari bibirmu.
Masuda yang tadinya tertidur di sofa langsung bangun--mendatangimu lalu menekan tombol 'call the nurse' di samping kasur.
"(y/n)!" raut wajah Masuda tak terbaca saat itu. Senang, sedih, dan amarah semua tercampur menjadi satu melihatmu sudah sadar.
Tak lama setelah itu beberapa perawat dan seorang dokter masuk memeriksamu. Kemudian sang dokter mengajak Masuda untuk berbicara di luar sementara para perawat melanjutkan pemeriksaanmu.
Setelah beberapa menit akhirnya mereka selesai memeriksanmu dan tepat saat itu Masuda masuk.
"(y/n)." laki-laki itu langsung datang memelukmu dan kamu membalas pelukan hangatnya.
"Massu, apa yang terjadi?"
"Kau tidur selama 2 minggu." jawabnya membuatmu terkejut. "Semuanya mengkhawatirkanmu." tambahnya.
Seketika kamu mengingat pacarmu, "Ba.. Bagaimana Rei?"
Masuda berdecih, "kau benar-benar ingin membahasnya? Dialah alasanmu ada disini."
Jelas sahabatmu kesal karena kau menanyakan keberadaan orang yang ia anggap menyakitimu. Namun kamu juga tak bisa membendung rasa penasaran akan keberadaan Rei.
"Massu.." namun tak ada suara darinya.
Kamu yang paham dengan kekesalan Masuda pun memutuskan untuk diam.
Tak lama kemudian Masuda izin pergi ke supermarket terdekat untuk membeli sesuatu dan tinggal-lah kamu sendiri di ruangan itu.
Kebosanan sudah menyeruak padahal Masuda belum lama meninggalkan ruangan itu. Hingga seseorang masuk.
Ia bermasker dan bertopi seperti tak ingin orang-orang tau keberadaannya disini. Meskipun laki-laki itu menutup sebagian wajahnya tapi kamu tau persis siapa orang itu dari iris matanya.
"(y/n)." ujarnya seraya membuka alat penyamarannya kemudian datang memelukmu.
Perlahan kamu membalas pelukannya walau masih bimbang karena gosip tentang Rei yang kamu dengar sebelumnya.
"(y/n), aku minta maaf. Sungguh aku sangat merindukan dan mengkhawatirkanmu." ujar laki-laki itu berulang kali.
"Bukankah kau kembali pada Anzu? Kenapa kau peduli tentangku?"
Rei tertegun mendengar pertanyaanmu dan langsung melepaskan pelukannya darimu. "Ternyata kau mendengarnya."
"Berarti beritanya benar." ungkapmu menarik kesimpulan dari kalimat Rei sebelumnya.
Namun laki-laki itu menggeleng, "jika aku bilang aku hanya mencintaimu. Apa kau percaya?"
Kamu diam sejenak, menatap kosong ke depan. "Entahlah."
"Agensiku membuat keputusan ini untuk menaikkan namaku dan dia selama tour. Aku tak pernah setuju dengan keputusan bodoh mereka. Padahal aku dan dia sudah lama sekali tidak berhubungan bahkan bertatap muka." Rei meraih tanganmu namun kamu menjauh darinya; walau sebagian dari dirimu ingin bersamanya.
"Jangan salahkan agensimu. Bukankah kau menikmati hari-harimu bersamanya selama tour hingga tak pernah mengabariku sehari pun?"
Rei diam sejenak memaklumi pemikiranmu yang seperti itu kemudian memberikan penjelasan.
"Maafkan aku. Mereka mengubah peraturan tour tepat di hari pertama. Aku dilarang berkomunikasi dengan siapapun kecuali staff dan manajer. Kami berempat mendapat perlakuan yang sama namun mereka lebih menekanku sebagai leader. Aku selalu ingin menghubungimu setiap harinya sebagai obat rinduku padamu. Bahkan aku beberapa kali mencoba menghubungimu lewat hp staff tambahan namun mereka selalu mendapatiku lebih dulu dan langsung mengambil hp yang kugunakan."
Kamu mencerna penjelasan Rei cukup lama namun setelah itu tak bisa memberikan respons berupa kata-kata padanya. Kamu hanya bisa menatap lembut padanya sebagai isyarat bahwa kamu paham---mengusap lebam di pipi laki-laki itu yang baru kamu sadari menggores wajah tampannya membuatmu teringat kalau Masuda juga punya luka yang sama di ujung bibirnya.
Muncul pertanyaan di benakmu, apakah Rei dan Masuda saling adu pukul saat kamu belum sadar?
Tiba-tiba ponsel Rei berdering memecah lamunanmu. "Aku harus pergi, ada interview sebentar lagi. Aku janji akan kembali secepatnya." ujarnya--mengecup kepalamu dan kamu mengangguk.
"Pergilah. Hati-hati."
"Iya, arigatou (y/n)." laki-laki itu pun keluar bertepatan dengan kembalinya Masuda dari supermarket.
"Dia?" tanya Masuda enggan menyebut nama Rei.
"Apa kalian saling pukul?" Tanyamu langsung ke intinya.
"Hm?"
"Apa kalian saling pukul?" Tanyamu sekali lagi.
"Maaf. Aku--"
"Kalian saling pukul?"
"YA! YA! AKU MEMULAINYA KARENA DIA TEGA MEMBUATMU JATUH SAKIT SEPERTI INI!" ujar Masuda yang tak sadar menaikkan volume suaranya kemudian kembali keluar; mencoba menstabilkan emosinya.
Kamu memijat dahimu melihatnya, "mau sampai kapan kalian seperti ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between You and Him
Fanfiction[charaxseiyuuxreader] Ketidaksukaan Rei pada sahabatmu; Masuda Toshiki semakin hari semakin tak terbendung. Padahal sudah 2 tahun kau berpacaran dengannya. Sikap manis Rei ketika bersamamu seketika berubah saat Masuda ada di sekitar kalian. Masalah...