Bagian 3

712 99 0
                                    

Damian menyusuri gang kecil, hingga menembus ke belakang toko konveksi. Disana ada perumahan kumuh. Ada banyak gadis yang berdandan menor, dan sesekali memperhatikan Damian yang kebingungan mencari tempat tinggal Rosaline.

"Hey anak muda, apa yang kau lakukan disini? Kurasa aku tak pernah melihatmu sebelumnya."

"Apa kau tahu dimana Rosaline tinggal?"

"Ah.. kau mencari Rosaline.. itu dia disana." Sangat kebetulan, Rosaline keluar dari sebuah rumah, sambil berlari.

Gadis itu sedang mengejar-ngejar seorang pria. "Evan tunggu!"

"Tidak bisa Rosaline, aku harus pergi sekarang juga. Aku tidak ingin mereka kesini. Aku tidak ingin kau terjerat sayang.." pria bernama Evan menangkup lembut kedua pipi Rosaline.

"Sa..sayang?" Damian terkejut, apa dia tidak salah dengar. Rosaline barusaja dipanggil pria itu dengan sebutan sayang. Mungkinkah itu kekasihnya?

"Rosaline!" Damian menyerukan nama Rosaline. Membuat kedua orang itu beralih pandang kearah Damian.

"Evan, aku harap kau bisa berhati-hati. Pergilah.." Rosaline membiarkan Evan pergi, dan ia ingin segera masuk ke rumah.

"Tidak tunggu.. siapa dia Rosaline? Apa kau mengenalnya?" Rosaline menggeleng kuat.

"Aku tidak mengenalnya."

Damian tidak sanggup untuk mendekat selangkahpun. Rosaline tampak sudah memiliki kehidupannya sendiri.

"Kalau begitu, jaga dirimu baik-baik. Aku akan segera kembali!" Evan mencium puncak kepala Rosaline lalu pergi.

Sebelum gadis itu masuk ke dalam rumahnya, ia sempat melihat Damian. Entahlah, ia hanya tidak ingin berurusan lagi dengan Damian. Mereka berteman sejak kecil, itu sebabnya Rosaline merasa tidak ingin merepotkan Damian untuk kesekian kalinya.

"Rosaline!!" Damian mengejar Rosaline. Ia mengetuk-ngetuk tanpa henti.

"Pergilah Damian! Aku ingin menjalani hidup dengan tenang tanpamu!!" Ujarnya dari balik pintu kayu yang sudah reot. Dari nadanya, ada isak yang berusaha Rosaline sembunyikan. Ia bahagia bercampur sedih.

"Kita harus bicara Rosaline, sebentar saja." Damian memelas, ia susah payah kesana kemari hanya untuk mencari teman kecilnya yang menghilang.

"Pergilah! Pergi!!" Teriakannya menggelegar. Setelah itu tidak ada lagi sahutan dari Rosaline. Pintunya tertutup rapat hingga langit berubah padam.

Damian berjam-jam menunggu pintu itu terbuka. Namun sepertinya, Rosaline memang tidak ingin menemuinya lagi.

"Cuttt!!"

"Luarr biasa!" Semua staf dan sutradara bertepuk tangan, mereka mengakhiri syuting hari ini.

Joohyun menunduk kepada semua staf untuk berterimakasih. Ini adalah akting pertamanya menjadi seorang pemeran utama. Namun ia melewati Taehyung dengan dingin.

"Yakk! Kenapa kau tidak mengucapkan terimakasih padaku juga?" Taehyung memprotesnya.

"Untuk apa? Kurasa tidak perlu." Joohyun lagi-lagi mengabaikannya. Ia pergi keruang ganti untuk berganti baju.

"Ahaha.. jadi begitu ya.." Taehyung menyunggingkan smirknya.

Manajer Joohyun mengikuti langkah cepat sang artis, membahas soal sikap Joohyun yang sangat jutek pada pria idaman sejuta umat itu.

"Joohyun-ahh, tidak baik jika kau terlalu seperti itu pada Kim Taehyung."

"Seperti itu gimana?" Tanya nya santai sambil mengahpus make up nya.

"Aish kau ini. Kau bersikap seperti tadi, apa kau sangat membencinya?" Joohyun menghempas nafasnya.

"Gereu.. lalu aku harus bersikap seperti apa? Oh Kim Taehyung anyeonghaseyo, kau tampan hari ini, terimakasih atas kerja kerasmu hari ini. Blablabla.." ejeknya. Joohyun tidak suka bersikap seperti sok akrab atau mencari perhatian seorang pria. Terlebih pria tampan pujaan berjuta umat, pastilah sering mempermainkan perasaan wanita. Saat ini ia menjaga jarak pada pria-pria yang bukan berada dilingkaran keluarga atau teman akrabnya.

"Terserah kau saja lah." Manajernya mulai penat. Ya memang seperti itulah Joohyun, bukan hanya pada Taehyung tapi hampir pada setiap pria asing lainnya. Mau diapakan lagi.

******

"Berikan aku satu botol lagi." Pinta Taehyung pada bartender.

"Yaakk.. tidak baik jika meminumnya sendirian." Seorang pria tiba-tiba datang menghampiri Taehyung yang duduk sendiri.

"Apa kau sudah mendapatkannya?"

Taehyung menggeleng, ia meneguk habis minuman di gelasnya. "Gila, aku sangat menginginkannya."

Pria disebelahnya menepuk-nepuk pundaknya, "Aku akan memberikan yang kau inginkan. Tapi, seperti biasa.. harganya sangat mahal."

"Tidak perlu. Aku bisa menahannya."

"Kau tidak akan sanggup Kim Taehyung."

Taehyung memutar posisi duduknya, mengusap kasar wajahnya sebelum menatap pria disampingnya itu.

"Lihatlah wajahmu mengatakan kau tidak sanggup."

"Kalau begitu, bantu aku mendapatkannya."

Pria dihadapannya itu tertawa puas, "Kau tidak perlu khawatir, aku tidak pernah mengecewakanmu, kau tahu itu."

Taehyung mengambil ponselnya, dan mengirimkan sejumlah uang pada pria itu.

"Awas jika kau menipuku, aku akan memenggal kepalamu dan ku pajang didepan sana!" Ancam Taehyung.

"Hmm.. nde nde.."

"Yakk.. satu lagi. Akhir-akhir ini pria mantan napi itu berkeliaran disini. Tolong jangan sampai dia masuk kembali kemari." Pinta Taehyung pada pria disebelahnya yang memang pemilik club malam ini.

"Siapa?"

"Orang gila, empat tahun lalu."

"Aahh.. dia. Baiklah, akan ku usahakan."

__________________________________

Segini dulu gaess. Lagi mampet nih 😆

Komen dibagian mana yang menurut kalian agak janggal atau ada bagian yang bikin gereget.

Itung-itung nyemangatin gue buat lanjutin nulis elah 😭🤧

Vote nya jangan lupa yess..

ROSALINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang