Joseon, 1792 (Part 3/4)

57 9 0
                                    

Disclaimer: 

Cerita pada bagian ini terinspirasi dari kejadian nyata. Penulis sama sekali  tidak berniat untuk menghina, melecehkan, atau menimbulkan perpecahan pada pihak-pihak tertentu. Cerita ini dibuat semata-mata untuk hiburan.



.

.

.

.


Nyonya Lee meninggalkan Hayan dan Nagil, sebab ada seseorang yang mencarinya. Sepertinya hal yang sangat penting.

Suasana sangat canggung. Hayan sangat pendiam dan tanpa ekspresi, sedangkan Nagil terus bicara ke sana kemari tak kenal lelah. Dia sekuat tenaga ingin menjalin hubungan dengan Hayan. Dia ingin sekali mengenal pemuda dingin itu jauh lebih dalam.

"Berhenti bicara dan habiskan makananmu," ujar Hayan setelah lama diam.

Dari luar sana, Nyonya Lee meneriakkan sebuah nama, "Wongyu-ya! Jeon Won Gyu!"

Hayan menyahut, "YAAAA!" dia tampak kesal. "Cih, kenapa harus memanggil dengan nama itu?!" Hayan bersungut-sungut.

"Namanya Jeon Won Gyu?" Nagil bergumam, "nama aslinya juga indah," lanjut Nagil.

Dari dalam rumah, Nagil memerhatikan Hayan yang tengah berbincang dengan Nyonya Lee. Kelihatannya perbincangan mereka sangat serius. Nagil bisa melihat wajah Hayan yang semula tanpa ekspresi berubah menegang, lalu menyiratkan kesedihan. Ada apa gerangan, begitu batin Nagil.

Perbincangan keduanya usai. Hayan mendatangi Nagil yang masih setia duduk di tempatnya. "Kalau kau sudah selesai makan, segeralah pulang."

"Kau mengusirku, Hayan-ssi?" Nagil memicingkan mata.

"Kenapa kau memanggilku dengan nama itu? Kita tidak sedekat itu!" rutuk Hayan.

"Tidak dekat bagaimana? Kita baru saja makan bersama, di meja yang sama, di bawah atap yang sama," kilah Nagil.

"Ah, terserah. Aku malas berdebat. Aku banyak urusan. Pulanglah," Hayan menegaskan sekali lagi.

"Baiklah, aku pulang," Nagil memilih untuk mengalah. "Oh ya, kau belum bertanya siapa namaku," ungkit Nagil. "Di mana tata kramamu?"

Hayan mendengus, "Siapa nama Anda, Tuan?"

"Namaku Kim Min Woo, tapi karena kita sudah dekat, kau bisa memanggilku Nagil." Hayan mulai bosan melihat Nagil yang begitu ekspresif. "Sampai jumpa, Hayan-ssi," Nagil menepuk lembut pipi lembut Hayan.


***


Semakin banyak orang Katholik di Sinhae yang dipersekusi. Ini adalah tahun kedua. Semula pihak kerajaan mengizinkan Lee Seung Hoon, orang Joseon pertama yang dibaptis, mengajarkan apa yang telah dia pelajari dari Beijing. Pihak kerajaan mengizinkan hal itu semata-mata untuk pembelajaran. Namun, ternyata Lee Seung Hoon berhasil mengkristenkan banyak orang Joseon. Hingga pada akhirnya pihak kerajaan memandang orang-orang Katholik itu sebagai pengkhianat dan mulai dipersekusi.

Tahun lalu, Hayan dan beberapa temannya berhasil membebaskan orang-orang Katholik itu dan memindahkan mereka ke tempat yang lebih aman. Hayan pikir penindasan itu akan berakhir, ternyata masih berlangsung, karena makin banyak juga orang yang memeluk agama Katholik.

Mungkin orang akan bertanya-tanya, kenapa Hayan dan komplotannya sampai melakukan ini. Toh, Hayan dan komplotannya juga bukan orang Katholik, mayoritas beragama Buddha, Tao, dan sisanya beragama Sindo. Hayan memiliki pandangan yang berbeda, dia melihat bahwa apa pun agama dan kepercayaan manusia, itu tidak menentukan kehidupan mereka berikutnya, perbuatan merekalah yang menentukan itu. Dia hanya ingin melihat semua orang Joseon mendapatkan hak untuk beragama apa pun tanpa harus dipersekusi.

Hayan dan komplotannya menjalankan misi mereka. Mereka menuju tempat orang-orang Katholik itu diikat di tiang pancang. Dibebaskanlah mereka satu per satu. Beberapa anak buah Hayan dan orang-orang Katholik yang sudah dibebaskan segera meninggalkan tempat. Sayangnya, saat Hayan dan sisa anak buahnya hendak melarikan orang-orang Katholik yang tersisa, mereka terkepung.

Prajurit langsung melepaskan anak panah ke arah orang-orang Katholik dan menghabisi mereka. Hayan geram, dia menghunus pedang dan melawan orang yang berdiri di depannya, yang tak lain adalah Perwira Kwon. Mereka bertarung sengit. Perwira Kwon berhasil melukai Hayan. Dia mengancam akan memenggal Hayan kalau anak buah Hayan tidak menjatuhkan senjata. Mereka pun menjatuhkan senjata.

"Ikat mereka!" seru Perwira Kwon.

Hayan dan beberapa anak buahnya berakhir di tiang pancang. Mereka hanya pasrah menerima nasip kalau besok pagi mereka harus dieksekusi. Tapi, entah mengapa, Hayan merasa akan ada seseorang yang datang menolong.

Rewrite The Cycle [MINWON ✨ SOONHOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang