Brazil, 1623 (Part 2/4)

134 16 0
                                    

Cassandra dan Lucas berbaring di tepi danau. Memandang langit dengan bulan purnama mekar sempurna. Cahayanya gemilang. Sudah selayaknya Dia disebut sebagai Ratu Malam, Dewi Bulan. Orang Yunani mengenalnya sebagai Selene, dan orang Romawi mengenalnya sebagai Luna.

Dua sejoli ini memang baru dipertemukan, tapi bagai sudah saling mengenal pada kehiupan sebelumnya. Lucas menoleh ke sisi kanan di mana Cassandra berbaring. Rambut legamnya nyaris tak tampak. Kulitnya yang kuning langsat berkilau terpapar cahaya Sang Dewi.

"Kenapa menatapku begitu?" tanya gadis bangsawan itu.

"Aku hanya bingung," pemuda pelukis itu melempar senyuman tipis.

"Bingung tentang apa?" tanya Cassandra  penasaran.

"Manakah yang sebenarnya Dewi Malam, yang itu ...," Lucas menunjuk langit, "ataukah yang ini," kini dia menunjuk Cassandra.

Cassandra tersenyum. Pipinya bersemu merah, tapi tersamarkan oleh malam. "Apakah itu rayuan yang sering dilontarkan para pelukis di kota ini?"

"Entahlah, mungkin hanya aku seorang," pemuda itu berbangga diri.

Suasana hening sesaat. Keduanya menatap lekat. Kepala mereka semakin mendekat. Hingga akhirnya bibir senada dengan buah ceri Cassandra dan Lucas saling bersentuhan dengan lembut. Keduanya berpagutan, saling mengembuskan napas-napas cinta.

Sialnya, tiba-tiba ada suara peluit nyaring. Dua sejoli yang saling memadu kasih tersentak. Lucas bahkan sampai merutuk. "Orang gila mana yang meniup peluit malam-malam."

"Itu Lydia. Tandanya aku harus segera pergi," ujar Cassandra.

"Kau dekat dengannya?" selidik Lucas.

"Sangat. Dia sudah merawatku sejak aku keluar dari rahim ibuku. Dia sudah seperti ibu kedua untukku. Dia selalu menjaga dan melindungi wanita tercintamu ini. Jadi, jangan khawatir," Cassandra mengecup bibir pelukis itu sebagai ucapan perpisahan--bukan perpisahan sebenarnya, hanya untuk malam ini.

{*}

Di kamarnya yang megah, Lydia mengurapi rambut Cassandra dengan minyak mawar. Lalu menyisirnya lembut. "Apa Nona sangat mencintai pemuda itu?" tanya Lydia tiba-tiba.

"Harus aku akui, semenjak dia ada di hidupku, aku lebih sering tersenyum lepas. Aku bisa menjadi diriku sendiri. Seolah-olah dia adalah ksatria berkuda yang selama ini aku impikan untuk membebaskanku dari kurungan megah ini," tutur Cassandra, matanya menatap lekat ke cermin. Tapi, benaknya dipenuhi wajah dan senyum Lucas.

"Aku bahagia kalau Nona bahagia. Tapi, aku tidak ingin Nona terluka," Lydia seperti menekankan kalau hubungan Cassandra dan Lucas tidak akan berhasil.

"Lydia, sore ini, ayo kita ke pasar membeli beberapa minyak mawar," ajak Cassandra.

"Bukan untuk menemui pelukis itu?" Lydia tersenyum menggoda. Yang digoda langsung tersipu.

Sore pun tiba. Lydia mendampingi Cassandra berangkat ke pasar. Mereka memakai jubah untuk menyamarkan identitas. Sesampainya di pasar, Cassandra memasrahkan urusan minyak mawar pada Lydia sedangkan dia sendiri hendak menemui pujaan hatinya.

Entah memang sudah tahu kalau kekasihnya akan datang ke pasar atau pemuda itu memang tidak punya kerjaan, Lucas muncul tiba-tiba dan meraih tangan wanita pujaannya. Mereka lari dari pasar menuju danau tempat mereka melihat bulan purnama kemarin malam.

Mereka berpelukan dan berciuman, begitu hangat. "Kau ini apa, Lucas? Kenapa seolah kau ada di mana-mana?"

"Pasar ini sudah seperti rumah kedua bagiku, hampir setiap hari aku di sini," jawab pemuda itu singkat. "Oh ya, maukah kau abadi dalam lukisanku?"

"Pertanyaan macam apa itu?" wanita itu terkekeh. "Kenapa tak langsung saja mengatakan kalau kau mau melukisku?"

Lucas mengatur pose Cassandra. Dia meminta pujaannya itu untuk duduk di bawah pohon rindang. Sebagai pemanis, Lucas memetik beberapai tangkai bunga dan memberikannya pada Cassandra. Lucas mulai melukis. Garis demi garis dia torehkan sepenuh hati, seolah menuangkan hidup ke dalam tiap-tiap garis itu. Sesekali dia melirik sang pujaan, lalu kembali melukis. Tak terasa senja melambai-lambai, langit mulai berubah jingga.

Lydia dari kejauhan meniup peluit. Cassandra segera mengecup Lucas, dia akan menagih lukisan itu saat bertemu lagi nanti. Entah mengapa hati Lucas terasa berat melepaskan pujaan hatinya. Ada sesuatu yang mengganjal. Tiba-tiba hati itu membimbing untuk lari dan memeluk Cassandra selagi belum jauh.

"Aku mencintaimu, Dewiku, akan selalu mencintaimu sampai kapan pun. Meskipun suatu hari nanti kau tak lagi mencintaiku dan cinta itu berubah benci, aku akan tetap menjadikanmu pemilik hatiku. Kau adalah cintaku di kehidupan ini maupun di kehidupan yang akan datang."

Cassandra seperti melayang di angkasa. Dia menoleh dan langsung mengahadiahi Lucas dengan ciuman hangat dan dalam. Setelah itu, barulah mereka saling melepaskan. Lydia dan Cassandra meninggalkan Lucas dengan perasaan masih tak terdefinisi.

Rewrite The Cycle [MINWON ✨ SOONHOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang