MINE | 04

210 71 29
                                    

Setelah diantar pulang Afran, Erlang berjalan menuju rumahnya dengan sempoyangan, kepalanya terasa berat, Erlang ingin segera tidur,hanya itu.

"Astaga! Erlang." kaget Gisel sesaat telah membukakan pintu yang tadi diketuk beberapa kali.

"Lang,kamu mabuk?" Gisel segara menghampiri Erlang, memapah tubuh tegap itu menuju kamar Erlang, bau alkohol sangat mengganggu penciuman Gisel, bau asap rokok juga tercium dari baju yang Erlang kenakan.

Sepanjang jalan Erlang meracau tidak jelas, sesekali Gisel menggerutu saat dirinya dan Erlang akan terjatuh akibat berat badan Erlang yang tak sebanding dengan Gisel, membuat Gisel sedikit kesusahan memapah Erlang.

Setelah susah payah Gisel memapah Erlang, kini keduanya sudah berada di kamar Erlang, sangat beda jauh dengan kamar Gisel yang sangat Girly, dengan perlahan Gisel menidurkan tubuh Erlang, namun saat akan menidurkannya, akibat berat badan Erlang membuat Gisel terbawa jatuh ke kasur,yang bahkan kini posisi mereka seperti tengah berpelukan.

"Erlangg, aishh kamu nyusahin tau gak!" Gisel berusaha bangkit lagi,namun akibat tarikan tangan Erlang pada pinggangnya membuat Gis sel kembali tertidur dengan Erlang yang memeluk Gisel, ughh ini sangat tidak nyaman bagi Gisel.

"Lang, lepas." Gisel berusaha melepaskan pelukan tangan Erlang pada pinggangnya.

"Diem Gisel." jantung Gisel berdetak cepat, saat Erlang tiba-tiba menindih tubuhnya, wajahnya dengan wajah Erlang sangat dekat, sedikit lagi saja bibir Erlang dan bibir Gisel akan bersatu.

"Lo udah buat gue kacau Gisella, hahaha." racau Erlang, Gisel masih diam tak berkutik, Posisi seperti ini sungguh tak baik bagi kesehatan jantungnya.

"Erlang lepas, kam...." mata Gisel membulat saat tiba-tiba Erlang mengecupnya, Gisel menatap tajam wajah Erlang yang sekarang sedikit menjauh darinya, ohh No! First kiss-nya diambil Erlang?

"L-langg...." gumam Gisel pelan, apa yang barusan Erlang lakukan? Kejadian itu berlalu sangat cepat, benda kenyal dan hangat itu dapat Gisel rasakan saat menyentuh bibirnya tadi.

"Gue pusing."  Erlang menggulingkan badannya ke sebelah Gisel, Gisel masih belum sepenuhnya sadar atas kejadian tadi, jika Erlang tersadar nanti apakah ia akan mengingatnya? Oh No, pasti sangat malu saat Gisel bertemu dengan Erlang nanti.

Gisel segera beranjak dan pergi ke kamarnya, kejadian tadi sungguh membuat pipinya memanas, Gisel membantingkan dirinya ke kasur, menatap atap kamarnya dan memutar memori kejadian tadi yang masih sangat jelas terputar di otaknya. Gisel menyentuh bibirnya, Erlang menciumnya? Tidak, Gisel menggelengkan kepalanya, itu hanya karena Erlang sedang tidak sadar, bukan berarti Erlang begitu Erlang mencintai Gisel kan?

06.20

Gisel sudah siap ke sekolah dengan seragam lengkapnya, setelah dirasa cukup Gisel mengambil tas hologram putihnya dan bergegas turun ke bawah. Dibawah masih sepi, Gisel bernafas lega, itu artinya Erlang belum bangun, sepertinya juga Erlang akan membolos sekolah, mengingat Erlang tadi pulang saat subuh. Aish, laki-laki itu selalu saja membolos, padahal ia sudah kelas XII.

Touch me like you touch nobody

Put your hands all up on me

Tired of hearing story

Kiss and make, kiss, kiss and make up

Lagu Dua Lipa ft Blackpink itu menemani Gisel saat menyiapkan sarapannya, sesekali Gisel ikut bernyanyi, tak bisa dipungkiri bahwa suara gadis itu bagus, suara merdunya membuat siapa saja yang mendengar terpana, termasuk Erlang yang saat ini tengah memerhatikan Gisel dari meja makan, matanya tak lepas dari pergerakan Gisel.

"Oke, selesai. Kita lanjut makan nasi gorengnya." Gisel membawa dua piring nasi goreng tersebut di kedua tangannya, saat berbalik badan, dirinya terkejut ketika melihat Erlang yang duduk di meja makan dengan keadaan shirtless atau tidak memakai baju, nasi goreng yanga berada ditangannya hampir terjatuh karena keterkejutannya, untung saja Gisel berhasil menahannya.

"Ehh.. kamu kapan bangunnya Lang? Hehe." tanya Gisel gugup, pipinya tiba-tiba memanas saat melihat wajah Erlang, karena setiap melihat Erlang kejadian itu kembali terputar di otak Gisel, mengapa ia tak bisa mengontrol dirinya, harusnya ia bersikap biasa saja agar Erlang tak curiga atas apa yang terjadi semalam, karena Gisel yakin bahwa Erlang lupa dengan kejadian itu.

Erlang tak menjawab, baginya pertanyaan Gisel sangat tidak berguna, Erlang justru segera mengambil Nasi goreng yang berada di tangan Gisel, Erlang duduk dan memakan Nasi gorengnya dalam diam, Erlang bangun karena perutnya sangat lapar, kebetulan saat Erlang bangun Gisel tengah memasak sarapan untuknya.

"Gue semalem dianter siapa?"

"Ehh? Umm.. itu sama kak Afran." jawab Gisel gugup, ia masih malu saat berhadapan dengan Erlang, sekarang pun Gisel ingin segera menghabiskan makanannya dan pergi berangkat sekolah agar tak melihat Erlang lagi.

"Semalem gue gak aneh-aneh kan?" pertanyaan itu membuat Gisel terdiam, pipinya kembali memanas. Ahh sial, mengapa kejadian itu sangat susah Gisel lupakan? Melihat Gisel yang terus diam membuat Erlang bertanya-tanya.

"Gue nanya, kenapa lo diem? Pipi lo kenapa merah lagi?" heran Erlang, gadis di depannya ini sangat aneh semenjak Erlang datang tadi, pipi gadis itu terus memerah saat setiap kali mereka bertatap muka, Gisel juga lebih banyak menunduk.

"Ehh.. nggak?"

"Lo kenapa si?" tanya Erlang. Gisel justru gelagapan ditanya seperti itu.

"Nggak kok gak pa-pa, udah ya aku berangkat,takut kesiangan, kamu kalo mau bolos,bolos aja gak pa-pa hehe." Gisel segera bangkit dari duduknya, ia bahkan belum memakan satu suap pun makanannya.

Saat Gisel akan pergi tangan Gisel justru dicekal oleh Erlang, sontak Gisel memberhentikan langkahnya. Gisel memutar badannya dan langsung dihadapkan dengan dada bidang milik Erlang yang tak tertutupi apapun.

"Sumpah Lang, itu kamu yang duluan bukan aku, kamu mau marah terserah deh." Erlang mengangkat alisnya sebelah, mengapa Gisel mengatakan itu? Memangnya ada apa?

"Lo ngomong apa?" tanya Erlang bingung.

"Ha? Emang kamu belum inget yang semalem?"

"Apaansi? Gue kenapa?"

"Ahh, gak pa-pa lupain aja." dalam hati Gisel bersorak ria, Erlang tidak mengingatnya.

"Kasih tau gue Gisel, semalem gue kenapa? Lo gak bakal pergi sebelum kasih tau gue." tekan Erlang, wajah Gisel seketika pucat, seolah takut atas tindakan kriminal yang baru saja diperbuatnya akan diketahui oleh orang lain.

"Nggak Lang, gak apa-apa kok ishh."

"Ngomong!" nada bicara Erlang merendah, Erlang sukses membuat Gisel pasrah untuk memberi tahu kejadian dimana Erlang menciumnya, ahh sial. Tolong selepas ini tenggelamkan saja Gisel.

"Semalem kamu ambil first kiss aku." ucap Gisel pelan, takut-takut jika Erlang marah saat mendengar penjelasan dari Gisel.

"Terus?"

"Ya tapi itu kamu yang duluan,bukan aku jadi kamu jangan marah." mohon Gisel, wajah panik Gisel membuat Erlang ingin tertawa, hanya karena itu saja Gisel paniknya minta ampun, terkadang Erlang gemas kepada gadis polos dihadapannya ini.

"Yaudah, lo boleh pergi." Gisel tercengang melihat ekspresi Erlang yang biasa-biasa saja, tak menunjukkan ekspresi marah atau apapun. Ah harusnya Gisel bersyukur, Gisel langsung pergi dari hadapan Erlang dengan setengah berlari, Erlang tersenyum tipis melihat tubuh mungil itu yang mulai menghilang di balik tembok.

'--------------------------------'

Jangan lupa voment, author juga mau di hargain wkwk

31 Maret 2020

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang