Pulang sekolah ini Gisel berniat untuk mampir sejenak ke kedai Ice Cream. Stoknya di kulkas sudah habis dan Gisel harus segera membelinya. Ia sangat rakus jika sudah menyangkut Ice Crema, satu box besar saja bisa Gisel habiskan dalam sekejap.
"Mbak seriusan beli 10 Box?" tanya pelayan itu tak percaya saat gadis di hadapannya ini langsung memborong 10 box berbagai rasa Ice Cream yang tersedia disana.
"Kenapa emangnya? Gak boleh ya?" pelayan itu menggeleng cepat dan segera membungkus box Ice Cream itu ke dalam kantong keresek besar.
"Boleh banget mbak, cuma gak nyangka aja hehe." Gisel ikut terkekeh mendengar itu, ahh biarlah 10 box sekaligus. Untuk stok beberapa hari kedepan kan bagus.
"Makasih mbak, lain kali mampir lagi." Gisel tersenyum ramah kepada pelayan itu, kemudian segera menghampiri supir pribadinya yang sudah menunggu di luar.
Lihatlah, bahkan supirnya saja kaget saat melihat Gisel membawa keresek besar berisikan Ice Cream semua.
Setelah menempuh waktu 20 menit, akhirnya Gisel sampai di rumah. Ia bergegas masuk untuk menyimpan Ice Cream itu ke dalam kulkas.
"Loh? Siapa yang abis makan?" tanya Gisel kepada dirinya sendiri saat melihat ada bekas piring di wastafel.
Seingatnya Erlang dan Gisel tadi pagi tidak sarapan. Jadi bi Ina juga tidak perlu mencuci piring kotor bukan? Apakah Erlang pulang? Namun motornya tidak ada saat tadi Gisel pulang.
Gisel tak ambil pusing dan segera menaruh Ice Cream-nya ke dalam freezer. Dirinya tersenyum bangga saat melihat freezer itu terisi semua oleh Ice Cream yang di belinya.
Namun saat Gisel berbalik, ia kaget saat melihat seoarng laki-laki berdiri diam menatapnya tak jauh dari meja makan.
"KYAA! KAMU SIAPA? MALING YA? BIBI ADA MALING!" teriak Gisel saat melihat ada orang asing di rumahnya.
"Heh! Heh! Sembarangan lo bilang gue maling! Yang ada gue yang nanya, lo siapa? Ngapain di rumah sepupu gue?" ahh ya, itu Vansa.
"S--sepupu? Kamu? Sepupunya Erlang?"
"Iya."
"Aishh ada apa ini? Non kenapa teriak atuh?" tanya Bi Ina yang dari arah belakang.
"Bibi--" Bi Ina yang paham langsung menjelaskan kepada keduanya secara rinci.
"Hahah sorry gue gak tahu, kenalin gue Vansa Seana Xander, sepupu Erlang."
"Gisella Gezara Xavier, panggil Gisel aja." balas Gisel ramah sambil menerima uluran tangan Vansa.
Gisel tersenyum senang, setidaknya rumah ini bisa semakin rame karena hadirnya Vansa. Terlebih lagi pria itu lebih ramah dan tak segan untuk bertanya. Bersyukur sifatnya tak sama seperti Erlang. Ahh tak bisa dibayangkan jika ada 2 manusia berhati batu di rumah.
"Lo kelas berapa? Seangkatan sama Erlang?" tanya Vansa yang masih ingin tahu segala tentang gadis itu.
"Kelas 11 Kak, kalo kakak?" tanya Gisel balik.
"S1." Gisel ber'oh'ria.
Mereka banyak berbincang saling menyanyakan satu sama lain. Hingga tak sadar hadirnya Erlang, hingga Erlang berdehem kedua insan itu barulah tersadar.
"Erlang?" Erlang merebahkan dirinya di samping Gisel, wajahnya terlihat lelah.
"Ngapa lo dateng-dateng muka kusut gitu?" tanya Vansa sambil melempar kulit kacang ke arah Erlang, Erlang mendengus sebal melihat tingkah menyebalkan Vansa.
"Diem bisa gak sih lo!" maki Erlang, rasanya bisa gila berlama-lama tinggal bersama Vansa disini.
"Umm.. aku ke kamar dulu ya." pamit Gisel yang diangguki Vansa, sedangkan Erlang hanya diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE
Teen Fiction[Follow dulu sebelum membaca] 15+ "You are mine, and will forever remain like that." Menjadi satu-satunya, dan diklaim bahwa ia harus menjadi miliknya seorang. Tentu itu egois, ingin memilikinya, namun mencintai pula perempuan lain. Perempuan mana y...