💍 Mbak Bos

272 23 0
                                    

"Tok, tok, tok. Permisi, Mbak Bos."

"Ucapin salam," perintah Dinda.

"Eh, iya. Assalamu'alaikum, Mbak Bos."

"Wa'alaikumussalam. Masuk."

Dinda merupakan bos di kantor advertising agency miliknya. Bila pada jam kerja, para karyawan memanggilnya dengan panggilan khusus: Mbak Bos.

Mengingat pesan Candra sebelumnya tentang mengucap salam, Dinda merasa harus membuat aturan baru di kantornya: biasakan mengucapkan salam.

Seorang karyawan dengan seragam putih hitam memasuki ruangan Dinda. Ia membawa nampan berisikan minuman dan makanan ringan untuk sarapan pagi.

"Terima kasih, ya," ucap Dinda tersenyum.

"Sama-sama, Mbak Bos. Saya permisi."

"Eh, bentar."

Dinda mengambil beberapa kue ke dalam piring kecil di nampan itu lalu memberikannya. "Buat kamu, ya."

"Eh, buat Mbak Bos aja."

"Udah ambil aja, nih."

"Makasih, ya, Mbak Bos."

Karyawan itu berlalu kegirangan menuju pintu sambil berucap, "Baik banget Bosku, Ya Allah. Nggak nyesal kerja di sini."

Dinda menggeleng sambil tersenyum. Meski dengan suara kecil, Dinda masih bisa mendengarnya.

"Tok, tok, tok." Terdengar lagi ketukan pintu berikutnya.

"Ucapin salam," perintah Dinda.

"SALAM!"

Mendengar suara itu, Dinda tersenyum geli. Dia tahu itu suara siapa.

"Yang benar aja, eh," sahut Dinda.

"Assalamu'alaikum, Mbak Bos."

"Wa'alaikumussalam, masuk, Pak Eko."

Si pengetuk pintu lalu memasuki ruangan. Ia mengomel sebentar, "Enak aja bilang aku Pak Eko."

Dinda hanya tersenyum, pura-pura tidak peduli.

Pria berseragam kemeja navy itu lalu duduk di depan Dinda. Dia salah satu karyawan Dinda. Namanya Prima. Prima Rafideswira.

"Apa kabar, Prim?" tanya Dinda.

"Alhamdulillah, baik. Ah, canggung banget, sih. Tumben suruh ngucapin salam? Biasanya juga dengar bunyi ketuk pintu langsung aja suruh masuk."

"Aku mau buat aturan baru, harus sering ngucapin salam."

"Oke, bolehlah, Mbak Bos."

"Panggil 'Dinda' aja lagi."

"Ini kan lagi jam kantor, harus taat aturan dong, Mbak Bos."

Dinda hanya menggeleng mendengar Prima. Keduanya pernah satu sekolah di SMA, saat itu Dinda menjadi kakak kelasnya. Siapa mengira di masa berikutnya justru Dinda menjadi Bos dan Prima sebagai karyawannya.

"Ada perlu apa?" tanya Dinda.

Prima lalu meletakkan tumpukan kertas tebal di meja Dinda. "Mbak Bos tanda tangan berkas ini ya, nggak banyak kok. Kira-kira setengah rim."

"Pengen banget aku mukul kamu," ucap Dinda sebal.

"He he he, bercanda. Cuma 10 lembar aja halaman paling depan. Ini berkas persetujuan jasa iklan minggu lalu. Udah fix."

Dinda mengambil pulpennya dan mulai menanda tangan. "Gimana urusanmu di India, udah selesai?" tanya Dinda menyambilkan.

"Ya, begitu deh."

One of Them [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang