💍 Akhirnya Nikah!

475 26 1
                                    

Tiga bulan kemudian

Dinda duduk di kamarnya sambil melihat album foto. Foto itu menampilkan Dinda dengan gaun syar'i berwarna putih, ada Mami dengan gaun syar'i berwarna biru, juga Papi dan Daris yang mengenakan setelan jas berwarna biru. Di foto itu keempatnya tersenyum bahagia saling merangkul satu sama lain. Waktu itu Papi menunda keberangkatannya ke Belanda agar mereka bisa berkumpul bersama.

"Hei," seseorang datang lalu duduk di belakang Dinda. "Kangen Papi, ya?" tanyanya, sebab Papi sedang berada di Belanda. Pertanyaannya lalu dibalas anggukan oleh Dinda.

"Lusa Papi pulang. Kita jemput, ya," ucap Dinda mengubah posisi duduk untuk menghadap orang itu, "eh, hari ini kamu ke kampus lagi?"

"Nggak, alhamdulillah urusan di kampus udah selesai. Bulan depan mulai kuliah."

"Alhamdulillah, suamiku calon magister!"

"He he he. Nanti ikut aku ke butik, ya? Mahasiswa baru pengen cari baju buat kuliah nanti."

"Iya, kemana pun kamu aku ikut."

"Yakin? Ikut aku ke Mars, mau?"

"Boleh kalau oksigennya sama kayak di Bumi."

"Kan kita bisa bawa tabung oksigen sendiri, terus bawa baju astronot sendiri."

"Ribet tahu pakai gituan. Mau ngapain aja harus pakai helm."

"Iya juga, sih. Mau pelukan juga susah."

"Dasar!"

Keduanya terus saja asyik mengobrol.

"Dindaaa! Candraaa! Turun dulu! Ayo sarapan bareng!" teriak Mami dari lantai bawah. Keduanya memang masih tinggal bersama Mami sembari menunggu rumah pribadi mereka selesai dibangun.

"Iyaa, Mi!" teriak keduanya bersamaan.

Dinda menutup album di depannya. Ia kembali menghadap suaminya, Candra.

Dinda menatapnya begitu lekat. Betapa ia ingat pada saat Candra datang melamarnya. Candra duduk diam mendengar penuturan Ayahnya. Bukan hanya Dinda yang grogi hari itu, terlebih lagi Candra merasa demikian.

Jawaban "iya" meluncur tegas dari Papi dan Mami. Anggukan pelan dan senyum malu-malu milik Dinda pun tampak pada saat itu.

Sedangkan Basith, malam itu juga Dinda menelepon Alika dan menyatakan penolakannya lalu bercerita semua tentang Candra.

Candra yang pemalu, humble hanya pada orang yang akrab dengannya misalnya Daris. Meski terkesan cuek tapi sebenarnya sangat baik. Menyatakan perasaan tidak seperti cara Alfian maupun Basith, melainkan datang ke rumah membawa keluarga.

Dinda tersenyum sendiri saat kepalanya terisi penuh dengan memori itu. Ia lalu berkata, "Candra, kamu itu penuh rahasia, ya. Udah tiga bulan kita nikah, kamu tetap penuh rahasia."

Candra tersenyum. "Aku tahu kamu lagi mikirin apa. Pasti soal lamaran waktu itu? Karena aku juga mikirin itu. Rasanya nggak bisa lupa. Apalagi pas ijab qabul. Hm, atau kamu mikirin saat aku yang dulunya cuek sama kamu?"

"Ah, tepat sekali. Kamu memang penuh rahasia."

"Dulu aku cuek karena aku ngejaga kamu sekaligus ngejaga diri aku sendiri supaya kita terjauhkan dari maksiat," jelasnya, "kamu kan tahu, seperti yang aku ceritain pas malam pertama kita, aku suka sama kamu sejak kita ketemu. Momen mobilmu yang nabrak motorku itu emang gak pernah bisa kulupain."

Dinda menunjuk pipinya sendiri sebagai kode untuk Candra. Secepat mungkin Candra memberi ciuman di pipi Dinda. Itulah maksud kode yang sudah sering mereka lakukan.

Dinda tersenyum lebar. "He he he. Makasih."

"Sama-sama, Din."

"Cieee!" Daris muncul di ambang pintu. Membuat keromantisan keduanya buyar seketika.

"Dasar gak sopan!" teriak Dinda lalu berusaha berlari mengejar Daris yang menuruni tangga dengan cepat. Daris tertawa terbahak-bahak saat Dinda berhasil meraihnya dan mencubitnya gemas. "Lain kali jangan ngintip suami istri lagi romantisan, ya!"

Candra yang berjalan di belakang mereka hanya menggelengkan kepala. Ia mengerti sikap Daris yang begitu heboh, begitu pun Dinda.

Setibanya di meja makan, mereka berempat menikmati menu sarapan. Saat Dinda meminum susu cokelatnya, tiba-tiba ia merasa ingin muntah. Segera ia berlari menuju toilet yang berada di dekat dapur. Mami dan Candra juga ikut mengejarnya.

"Tok, tok, tok. Dinda sakit?" tanya Mami sambil bertanya di depan pintu toilet. Candra juga tampak khawatir.

"Mami siapin air hangat dulu. Kamu tungguin dia dulu di sini, ya," pesan Mami pada Candra.

"Iya, Mi."

Tinggallah Candra di depan pintu. Suara Dinda yang muntah-muntah di dalam toilet membuat Candra juga ingin ikut muntah.

Kemudian hening. Dinda tidak bersuara lagi.

"Din?" panggil Candra, "kamu kenapa?"

Diam. Tidak ada suara sama sekali.

"Din, kamu kunci pintunya nggak? Aku bukain, ya," kata Candra. Lalu ia membukanya. Ternyata Dinda sudah dalam posisi berdiri menghadapnya. Terlihat Dinda memegang sebuah kotak kecil berpita.

"Apa ini?"

Dinda melangkah keluar dari toilet lalu mengajak Candra berpindah. Keduanya kini berdiri di dekat lemari berisikan alat-alat dapur.

Candra lebih dulu memegang dahi dan pipi Dinda. Dinda terlihat begitu lemas. "Kamu demam apa gimana? Muntah-muntah gitu."

"Buka dulu ini."

Candra membuka kotak kecil itu dan menemukan testpack dengan menampilkan dua garis biru. Mata Candra melotot karena begitu bahagia. "Kamu hamil? Masya Allah! Alhamdulillah, Ya Allah." Candra memeluk dan mencium Dinda berkali-kali. Dinda tidak bisa menahan tawanya.

Kemudian terdengar dari arah meja makan teriakan Daris dan Mami.

"Alhamdulillah! Daris bakalan jadi paman! Horeee!" teriak Daris.

"Alhamdulillah. Mami bakalan jadi Nenek! Papi bakalan jadi Kakek!" teriak Mami.

"Kami udah tahu duluan lho, Bang! Ha ha ha."

Mendengar itu Candra kebingungan. Ia bertanya pada Dinda, "Lho, mereka udah tahu? Jadi sebenarnya kapan?"

Dinda tersenyum. "Aku pakai testpack ini kemarin. Alhamdulillah hasilnya positif dan aku langsung bilang sama mereka. Soalnya kemarin kamu kan lagi sibuk di kampus ngurusin pendaftaran S2, jadi aku nggak mau ganggu. Dan hari ini aku sama mereka sengaja bikin prank buat kamu. Akunya pura-pura muntah biar kelihatan dramatis kayak di tv-tv. Berhasil, kan?"

Tanpa babibu, Candra mencium Dinda tanpa ampun. Dia gemas! Candra lalu ikut teriak seperti Daris dan Mami.

"Alhamdulillah! Aku bakalan jadi Abi! Kamu bakalan jadi Umi! Makasih, Ya Allah!"

💍

One of Them [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang