Meninggalkan Hyunjin yang belum sadarkan diri di ruang IGD, Jongin duduk di salah satu kursi yang berada di ruang tunggu. Mencari tempat yang tidak terlalu ramai untuk menghubungi sang ayah guna meminta bantuan. Pemuda itu mengeluarkan ponselnya dan segera mencari kontak sang ayah lalu menghubunginya.
"Ayah, ini aku."
"Jongin, kenapa menghubungi ayah? Bukankah seharusnya kau ada di sekolah?"
"Ada sedikit masalah di jalan tadi, temanku masuk Rumah Sakit."
"Apa? Bagaimana bisa? Kau baik-baik saja, kan?" Tampak kekhawatiran dari nada bicara sang ayah.
"Aku baik-baik saja, Ayah tidak perlu mencemaskan aku. Temanku pingsan di jalan, jadi aku membawanya ke Rumah Sakit."
"Ah... Begitu, jadi kenapa kau menghubungi ayah?"
"Bisakah Ayah meminjamkan uang padaku? Aku tidak tahu nomor telepon keluarganya."
"Kau tidak tahu rumahnya?"
"Aku tahu, tapi dia hanya tinggal sendiri."
Ayah Jongin sempat terdiam untuk beberapa waktu dan membuat pemuda itu sedikit gusar, mungkinkah kali ini dia akan terkena marah.
"Ayah." Panggil Jongin dengan hati-hati. "Ayah tidak marah, kan?"
"Ah... Tunggu sebentar, di mana kau sekarang?"
"Hankuk Medical Center."
"Baiklah, kau tunggu di sana. Ayah akan menyuruh Sunghwan untuk ke sana."
"Ye, terima kasih."
Jongin memutuskan sambungan dan beranjak dari duduknya untuk kembali ke tempat Hyunjin. Kembali memasuki IGD, dia berjalan ke arah bilik yang di tempati oleh Hyunjin. Namun ketika ia membuka tirai di hadapannya, netranya membulat terkejut ketika Hyunjin sudah tidak ada di sana, lengkap dengan sepatu dan juga ranselnya.
Saat itu ada seorang Perawat yang melewati tempat Jongin, pemuda itu pun berbalik dan menghentikan langkah Perawat tersebut.
"Permisi."
"Ye, ada yang bisa ku bantu?"
"Pasien yang ada di sini, kemana dia?"
"Seorang Pelajar?"
Jongin mengangguk.
"Beberapa menit yang lalu dia pergi keluar, aku pikir dia bukan pasien."
"Ah... Kalau begitu, terima kasih." Jongin sekilas membungkukkan badannya dan membiarkan si Perawat itu pergi.
"Kenapa pergi begitu saja? Bagaimana jika sakitnya parah?" gumam pemuda itu.
Di sisi lain, Hyunjin berjalan di pinggir jalan setelah meninggalkan Rumah Sakit. Dengan wajah yang sedikit mengernyit, dia sekilas memukul pelan kepalanya yang masih terasa sedikit pusing.
Dia menggerutu, "bocah itu, kenapa malah membawaku kemari? Memangnya dia punya uang? Dasar!"
Sekilas menoleh ke belakang guna memastikan bahwa Jongin tidak mengejarnya, Hyunjin kembali menggerutu, "lagi pula ada apa denganku?"
Mengusak rambutnya dengan kasar, Hyunjin segera bergegas menuju Halte Bus terdekat. Menunggu sebentar hingga Bus datang dan kembali melanjutkan perjalanan.
Di pemberhentian ke empat, Hyunjin turun dan yang jelas itu bukanlah daerah di sekitar sekolahnya. Berjalan tidak jauh dari tempat sebelumnya, Hyunjin menghentikan langkahnya di depan sebuah gedung pencakar langit di mana di sudut halaman terdapat tulisan Winner Groups dalam ukuran yang cukup besar dan gedung tersebut tidak lain adalah gedung perkantotan milik ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Blacklist] LOST AND FOUND [生活只是关于如何死亡]
FanfictionTidak semua Ibu tiri itu kejam. Begitulah yang terjadi terlepas dari Dongeng Cinderela. Namun sayangnya, Hwang Hyunjin harus mengalami sedikit penderitaan dari Cinderela dalam dongeng anak-anak tersebut. Hwang Hyunjin, tidak beruntung karna mendapat...