Minhyun kini tengah menyibukkan diri di meja kerjanya bersama sang Sekretaris yang berdiri di sampingnya sembari membolak-balik berkas di atas meja. Melakukan sedikit pembahasan tentang proyek baru Perusahaan mereka, dan mungkin jika Hyunjin melihat hal itu, pemuda itu pasti akan murka karena jarak Minhyun dan Yeoreum yang terlalu dekat. Namun beruntung karena setelah perdebatan beberapa jam yang lalu, pemuda itu tidur dan hingga kini masih dalam posisi yang sama.
"Pertemuan dengan Direktur Yang, bisakah kau ubah jadwalnya?"
"Ada apa? Apa Presedir memiliki jadwal lain?"
"Satu minggu lagi adalah ulang tahun putraku."
"Hyunjin?" Yeoreum sekilas memandang Hyunjin.
"Benar, aku ingin menyisihkan satu hari untuk anak itu. Jadi bisakah hari itu kau menangani semuanya?"
"Ah ... Ye, aku mengerti. Serahkan saja semua padaku," ujar Yeoreum dengan senyum yang meyakinkan. Namun di bandingkan dengan Sekretaris, hubungan keduanya lebih mirip sebagai kakak beradik karena Yeoreum sendiri dulunya merupakan junior dari Minhyun saat masih berada di Universitas.
Hyunjin tersentak, namun hal itu tak cukup untuk mengembalikan kesadarannya. Pemuda itu hanya beralih posisi menghadap langit-langit dengan satu kaki dan juga tangan yang terjatuh ke lantai. Dan hal itu pula yang sempat menarik perhatian dari kedua orang dewasa di ruangan itu.
"Sepertinya Hyunjin mendapatkan masalah di sekolah," ujar Yeoreum.
"Dia sangat sulit untuk di ajak bicara."
"Aku lihat dia anak yang sedikit manja."
"Tidak sedikit, tapi banyak. Dia hanya menahan diri untuk tidak menunjukkannya. Dia sedikit jual mahal saat memasuki SMA," ralat Minhyun dengan senyum lebarnya yang di sambut oleh senyuman Yeoreum.
"Aku tidak menyangka jika anak itu bisa menjadi tampan sekarang."
"Eih ... kau ini bicara? Ayahnya saja tampan, bagaimana anaknya bisa tidak tampan." Minhyun tertawa geli akan ucapannya sendiri yang justru mendapatkan sindiran.
"Ya, ya, ya. Aku sudah tahu berada di level mana ketampanan dari Hwang Minhyun Seonbaenim."
"Level berapa?"
"Tidak lebih tampan dari Choi Seungcheol."
Minhyun menatap jengah, namun saat itu Yeoreum justru tersenyum lebar. "Kenapa kalian tidak menikah saja?"
"Menikah ada waktunya, kenapa harus terburu-buru?"
"Kau tidak sadar berapa usia kalian?"
Yeoreum mengibaskan tangannya di depan wajah. "Kenapa tiba-tiba membahas umur. Meski aku sudah kepala tiga, aku tetap terlihat cantik."
Minhyun tersenyum tak percaya dengan tingkat kepercayaan juniornya tersebut yang masih sama seperti dulu.
"Ya sudah, kau bereskan ini dan berikan berkas yang ku maksud pada Choi Seungcheol. Tapi ingat, jangan berkencan di jam kerja."
"Aish ... aku tahu, memangnya kapan aku melakukannya?"
Minhyun berdiri dan mendorong pelan kening Yeoreum menggunakan telunjuknya. "Aku pernah menangkap basah kalian berdua."
Yeoreum tersenyum lebar, mengakui perbuatannya. "Hanya sekali," ucap wanita itu sembari mengangkat telunjuknya ke udara.
Minhyun mengusak lembut kelapa Yeoreum. "Sudah, bereskan ini dulu dan kau baru boleh makan siang."
Meninggalkan Yeoreum, Minhyun berjalan menghampiri Hyunjin. Seulas senyum menghiasi wajahnya ketika ia melihat bagaimana cara putranya itu tidur. Perlahan Minhyun menaikkan kaki Hyunjin ke sofa sebelum ia yang duduk di lantai dan menaikkan tangan putranya yang menggantung di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Blacklist] LOST AND FOUND [生活只是关于如何死亡]
FanfictionTidak semua Ibu tiri itu kejam. Begitulah yang terjadi terlepas dari Dongeng Cinderela. Namun sayangnya, Hwang Hyunjin harus mengalami sedikit penderitaan dari Cinderela dalam dongeng anak-anak tersebut. Hwang Hyunjin, tidak beruntung karna mendapat...