Dari Perusahaan ayahnya, Hyunjin memasuki sebuah Kafe yang terletak di salah satu gang Itaewon yang cukup ramai menjelang sore seperti ini. Lonceng yang berada di atas pintu berbunyi ketika tangannya mendorong pintu kaca tersebut dan menarik perhatian si pemilik Kafe yang saat itu berdiri di belakang meja kasir.
Seulas senyum menyambut Hyunjin, mengiringi langkah pemuda itu mendekati pemuda yang tampak lebih tua darinya dan saat itu tengah berdiri di belakang meja kasir.
"Kau bolos sekolah?" satu pertanyaan menyambut Hyunjin bersama sebuah jabatan tangan.
Lee Minho, salah satu anggota Seoul Connection. Anggota tertua yang berstatus sebagai Mahasiswa serta pemilik salah satu Kafe di gang Itaewon itu merupakan seorang DJ di Group Underground mereka.
Hyunjin melipat kedua tangannya di atas meja tanpa mempedulikan pertanyaan yang sebelumnya di lontarkan oleh Minho padanya. "Kenapa tempat ini selalu ramai di jam-jam segini?"
"Itulah sebabnya kenapa aku selalu mengambil kelas pagi," balas Minho dengan seulas senyum lebarnya. "Kenapa kau bisa berkeliaran di sini?"
"Aku bosan sekolah. Ayahku banyak uang, tanpa bersekolah sekalipun, masa depanku sudah pasti terjamin."
Minho terkekeh pelan. "Kau ini ... masuklah, akan ku bawakan sesuatu untukmu."
Hyunjin lantas pergi ke sudut lain Kafe. Berjalan lebih ke dalam dan membuka salah satu pintu yang ada di sana. Begitupun dengan Minho yang berjalan ke arah dapur.
Hyunjin menutup pintu dari dalam dan berjalan menuruni anak tangga yang tidak terlalu tinggi sebelum menapakkan kakinya di lantai ruangan yang tidak lain adalah ruang Meeting sekaligus kamar Minho. Di tengah ruangan terdapat sofa yang mengelilingi meja kaca, sedangkan di ujung ruangan itu terdapat sebuah ranjang yang cukup besar karena meski orangtua Minho tinggal di Seoul, pemuda itu lebih sering menghabiskan waktu luangnya di Kafe tersebut.
Hyunjin melempar ranselnya ke lantai tepat di samping sofa dan segera menjatuhkan tubuhnya di sofa panjang dalam posisi tengkurap. Bertingkah seperti ia yang berada di rumahnya sendiri. Dia kemudian membalik tubuhnya menghadap langit-langit, sejenak terdiam sebelum tangannya merogoh saku celananya dan mengeluarkan uang hasil penjarahannya pada dompet sang ayah sebelumnya.
Mengangkat uang tersebut di atas wajahnya, pemuda itu menghitung jumlah uang yang ia dapat. Namun pergerakannya terhenti ketika kepalanya kembali pusing. Dia menggelengkan kepalanya dengan cepat guna menghilangkan rasa pusing yang kembali menyerangnya.
"Kau baru saja merampok di mana?" tegur Minho yang datang dengan sebuah nampan berisi satu porsi makanan yang di jual di Kafenya serta satu gelas minuman.
"Winner's Group," acuh Hyunjin yang dengan cepat mengembalikan uangnya ke dalam saku celana. Namun bukannya segera bangkit, pemuda itu justru berdiam diri menatap langit-langit.
Minho berjalan memutari meja setelah menaruh nampan di tangannya di atas meja tepat di hadapan Hyunjin. Pemuda yang lebih tua itu lantas mendudukkan diri berseberangan dengan tempat Hyunjin.
"Kau sakit?"
Hyunjin menoleh. "Apa aku terlihat seperti orang sakit?"
"Kau terlihat seperti orang linglung. Apa Ayahmu baru saja memarahimu?"
"Ayah mana yang tidak akan marah ketika melihat anaknya bolos sekolah?"
"Jika sudah tahu, kenapa masih melakukannya?"
Hyunjin menghela napasnya dan kembali menghadap langit-langit dengan mata yang terpejam.
"Aku serius, apa kau sedang sakit? Jika sakit, kenapa tidak pergi ke Dokter?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[Blacklist] LOST AND FOUND [生活只是关于如何死亡]
FanfictionTidak semua Ibu tiri itu kejam. Begitulah yang terjadi terlepas dari Dongeng Cinderela. Namun sayangnya, Hwang Hyunjin harus mengalami sedikit penderitaan dari Cinderela dalam dongeng anak-anak tersebut. Hwang Hyunjin, tidak beruntung karna mendapat...