18

12.5K 3.1K 683
                                    

Sebuah kebetulan bertemu dengan Cha Junho di jalan seperti ini. Jungmo seperti menang lotre dengan jumlah besar. Eh tapi, dia tidak butuh sih, uangnya sudah banyak.

Apalagi pemuda bermarga Cha itu sedang sendirian. Ini kesempatan emas buatnya untuk membunuh Junho tanpa diketahui siapapun.

"Cha Junho!"

Yang dipanggil menoleh. Dari raut wajahnya sih terlihat terkejut. Tapi begitu tahu siapa yang memanggilnya, dia mendatarkan wajahnya kembali namun tidak berjalan menghampiri Jungmo.

"Aish, itu orang datar mulu sih hidupnya. Giliran sama Eunsang dan Donghyun aja ketawa mulu," umpat Jungmo kesal seraya berlari kecil menghampiri Junho.

Yang dihampiri terbelalak kaget. Refleks kakinya berlari membawanya pergi. Hal itu tentu membuat Jungmo terkejut dan kesal.

"Gue mau ngomong! Jangan kabur lo!"

"Aduh, jangan-jangan gue mau diruqyah kayak dulu lagi."

Iya, Junho takut Jungmo melakukan hal yang sama padanya seperti dulu. Dulu, Jungmo mengira Junho kerasukan setan karena sifatnya yang pendiam dan selalu melamun. Alhasil Jungmo beraksi dan meruqyahnya, membuat Junho marah besar sampai mematahkan meja.

Itu pun kejadiannya sebelum Eunsang pindah ke sekolahnya.

"Cha Junho, berhenti!"

Junho tak mendengarkan perintah Jungmo yang mulai marah. Dia terus berlari walaupun dirinya mulai lelah.

Di belakang, Jungmo dengan semangat yang membara mempercepat laju larinya mengejar Junho yang berbelok ke gang sempit di sebelah kiri.

Namun ketika berbelok, dia menabrak badan seseorang, membuatnya jatuh telentang ke belakang.

"Kalau jalan liat-liat dong!" Bentak orang itu marah karena terjatuh mengenai tempat sampah.

"Lo kalau jalan juga liat-liat dong. Eh, Yohan?!"

Yohan berdiri dengan dagu terangkat angkuh, tak peduli kalau Jungmo adalah orang yang berpengaruh di sekolahnya.

"Lo punya mata gak, sih?!" Marah Yohan. "Masih untung yang lo tabrak gue, bukan preman yang biasa nongkorong disini."

Jungmo tidak mendengarkan ucapan Yohan, dia celingak-celinguk mencari Junho. Membuat Yohan berteriak keras dari sebelumnya karena marah.

"Orang ngomong tuh dengerin, jangan cari hal yang gak penting!"

Jungmo melotot tak terima. "Heh, yang gue cari itu penting! Lo minggir, gue mau lewat!"

"Lo pergi sekarang sebelum gue tambah marah, ya."

Jungmo merinding mendengar suara Yohan yang berubah mengancam. Tidak mau mencari masalah, dia segera pergi dari sana sambil mengumpat dalam hati.

Sementara itu, Yohan geleng-geleng kepala. Ternyata begitu sifat asli si paranormal sekolah yang terkenal tenang dan bijaksana.

"Ck, apa-apaan tuh orang," decak Yohan. "Woi, keluar lo! Orangnya udah pergi."

Dari balik tumpukan kardus bekas, Junho mengintip ragu-ragu. Yohan mendengus kesal karenanya.

"Cepet keluar atau gue panggil Jungmo kesini."

Sontak saja Junho keluar dari persembunyiannya dan segera menghampiri Yohan.

"Ma-makasih ya, un-untung ada lo," kata Junho tergagap-gagap.

Yohan tiba-tiba tertawa. "Hahaha! Ternyata bener kata orang, lo itu orangnya kaku."

"K-Kak Yohan, sa-saya permisi, ya. Ada urusan."

"Eh, jangan dong! Maaf ya kalo omongan gue menyinggung perasaan lo, gue cuma bercanda. Sumpah." Yohan kaget dan langsung mencegah Junho pergi.

"Saya beneran ada urusan, takut terlambat," balas Junho. "Saya mau ke rumah temen saya."

"Si Donghyun, ya?"

"I-iya."

"Ohh ya udah kalo gitu, gue bareng ya. Mau ke rumah Hangyul."

Sebenarnya Junho agak canggung. Jujur, dia tidak pernah berbicara dengan orang yang tidak dekat dengannya.

Di sekolah saja dia hanya mengobrol dengan Eunsang dan Donghyun, orang yang dapat dia terawang baik.

Kalau yang lain masih abu-abu, tidak jelas baik atau tidaknya. Jadi, dia agak ragu untuk dekat dengan orang lain selain mereka berdua."

"Oh ya, tadi Jungmo kenapa ngejar lo?" Tanya Yohan membuka topik di perjalanan mereka.

"Gak tau, saya takut aja sama dia. Dia serem," jawab Junho takut-takut.

"Ohh. Eh, ngomongnya jangan kaku gitu ah, jangan kayak Donghyun," celetuk Yohan. "Pake gue-lo juga gak apa-apa."

Lagi-lagi Junho hanya tersenyum canggung. Dia itu sama seperti Donghyun yang tidak gampang akrab dengan orang lain.

"Junho, gue mau tanya deh. Gue harap lo mau jawab, gue terlanjur penasaran nih," kata Yohan tiba-tiba.

"Tanya... apa ya?"

"Lo kan orang semacam Donghyun, kan. Gue mau tanya deh, lo pernah cari asal usulnya Donghyun, gak?"

Junho jadi bingung. Yohan tahu darimana kalau dia memiliki kemampuan yang sama seperti Donghyun? Dan apa itu, kenapa dia menanyakan soal temannya itu?

"Lo gak usah takut sama gue."

Junho terkejut. "L-lo bisa baca pikiran?!"

Yohan mengedikkan bahunya. "Semacam itu lah. Tapi gak semua orang bisa gue baca pikirannya, contohnya temen lo itu, si Donghyun," jawabnya.

"Dia emang misterius orangnya, gue yang temen deketnya aja ngerasa hawanya dia beda."

"Beda gimana?"

"Yang gue lihat, dia itu kayak orang yang bakal melakukan suatu hal yang besar untuk semua orang. Yang pasti, dia gak bakal bertindak sebelum waktunya, gue kurang tau dia mau ngapain."

"Terus?"

"Dia punya mata-mata di sekolah, tapi dia gak kasih tau gue siapa orangnya. Dan mata-matanya itu bakal bantuin dia nanti."

Yohan tersenyum lebar sambil menepuk-nepuk pundak Junho. "Pertahanin temen kayak gitu. Gue pergi dulu ya, gue lupa beli mcd titipannya Hangyul."

Yohan bergegas pergi dari sana sambil berlari. Sementara itu, Junho yang ditinggal kebingungan sendiri.

"Tadi gue ngobrol apa aja sama dia? Kok gue gak inget, ya?"

|3| Mirror | X1 ft. BY9 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang