28

11.2K 3.1K 988
                                    

Minhee gelisah. Sejak tadi dia tak berhenti memikirkan Eunsang. Bukannya apa-apa, dia curiga dengan manusia yang satu itu.

Minhee tahu siapa si penggagal, namun dia belum mengetahui siapa si serba tahu dan pengkhianat itu.

Dia memang memiliki kemampuan untuk mendeteksi siapa saja yang baik dan siapa saja yang jahat. Tapi, kedua orang tersebut tidak bisa ia deteksi, seperti ada ilmu sihir yang menghalangi kemampuannya.

Eunsang selalu dekat-dekat dengan Donghyun akhir-akhir ini, awalnya ia tidak masalah dengan hal itu. Tapi, karena pengkhianat itu mulai beraksi, dia jadi takut.

Dia takut kalau Eunsang adalah pengkhianat itu. Ehm, bagaimana ya, Eunsang terlihat tidak ingin Minhee dekat-dekat dengan Donghyun.

Curiga sih iya, tapi Junho bilang Eunsang itu orang baik. Tapi di sisi lain, Yunseong bilang Eunsang itu memang patut dicurigai.

Dia harus percaya siapa?

Bruk!

"Aduh!"

"Eh sorry! Lo gak apa-apa?"

Minhee meringis ketika buku yang ia bawa tersenggol dan terjatuh tepat di atas kakinya, membuatnya mengaduh keras karena sakit.

"Ssh, kaki gue tambah gepeng gak, ya?" Gumamnya asal sambil memandangi kakinya.

"Perlu ke uks, gak?"

Minhee mendongak, menatap siapa yang bertanya padanya. Ohh, rupanya si atlet taekwondo sekolah, Kim Yohan.

"Ngapain tanya-tanya?" Minhee mengangkat sebelah alisnya tak suka. "Pergi lo, gue gak butuh belas kasihan."

"Niat gue baik loh..."

"Baik apa baik?" Tanya Minhee sengaja memancing.

Ekspresi kebingungan Yohan tunjukkan, ia sama sekali tak merasa Minhee mulai merendahkan nada bicaranya karena tak suka padanya. Tapi, maksud pertanyaan pemuda berambut pirang itu apa?

"Biasa aja kali mukanya, kayak keciduk bawa rokok ke sekolah," celetuk Minhee yang berhasil memancing kekesalan Yohan.

"Maksud lo apaan sih? Lo ada dendam sama gue?" Tanya Yohan mulai geram. "Sekarang gue tanya, emangnya salah gue mau tanggung jawab karena bikin kaki lo sakit?"

Bukannya menjawab 'iya', Minhee malah terkekeh. Kekehannya itu membuat Yohan semakin kesal.

"Sekarang gue mau tanya deh," ucap Minhee seraya melangkah maju.

"Ck, apaan sih," decak Yohan kesal.

"Gue mau tanya dong, kalo kaki lo ketiban buku pasti sakit, kan? Eh tapi, lo aja lagi gak napak gimana mau ngerasain sakit, hehe."

"Sialan."























































Sepi, itu suasana rooftop sekarang. Tapi, itu lah yang Donghyun suka, dia suka keheningan. Dia tidak suka keramaian.

Termasuk Yuvin yang sedang bersamanya sekarang. Pemuda bersuara indah ketika bernyanyi tersebut malah tidur saking heningnya di rooftop.

Ck, padahal dia yang mengajak Donghyun untuk membahas tentang cermin itu.

Ah, sudah berapa lama Donghyun tidak berhadapan dengan setan itu? Sepertinya sudah lama sekali sampai ia lupa kapan terakhir kali ia kesana.

Suasana sekolah semakin memburuk setiap harinya. Ia sadar, tapi ia hanya bisa bertindak ketika malam bulan purnama, yang artinya tersisa tiga hari lagi.

Tentu saja dia siap akan resiko yang akan dihadapinya. Tapi dia takut kehilangan, sungguh.

Karena masalah yang ia hadapi bukanlah masalah kecil yang bisa dianggap sepele. Dia bisa saja kehilangan satu atau mungkin beberapa nyawa kalau ia terlambat sedikit saja.

Sejin, Junho, Wonjin, dan Minkyu. Keempat temannya yang entah bagaimana kabarnya di dalam cermin itu, Donghyun rindu.

Sebenarnya ada dua orang lagi yang ia pikirkan. Yang pertama adalah Nam Dohyun, pemuda bertubuh tinggi yang berlagak seperti preman namun baik hati tersebut.

Entah mengapa, dia mengkhawatirkan pemuda yang satu itu. Mungkin karena ia adalah orang yang penakut, jadinya Donghyun sangat khawatir bila Dohyun berhadapan langsung dengan setan itu.

Yang kedua adalah Hwang Yunseong, iya Yunseong. Pemuda yang selalu menunjukkan wajah datar tanpa ekspresi dan cuek itu selalu ada di pikiran Donghyun.

Ia tidak pernah menyangka kalau dia adalah si penggagal itu. Dia pikir si Minhee, ternyata bukan.

Minhee pernah bilang, si penggagal memang sudah meninggal, namun dia tidak akan pergi secepat itu karena tugasnya belum terselesaikan.

Kalau begitu, berarti Yunseong masih berkeliaran di sekitarnya, dong?

"Jangan di pinggir kayak gitu, badan lo kurus, nanti ketiup angin jatuh ke bawah tau rasa lo," celetuk seseorang yang entah sejak kapan berdiri di belakangnya.

Donghyun refleks membalikkan badan karena terkejut. "Kak Yunseong?"

Pemuda yang kini pucat seperti Minhee itu terkekeh pelan melihat ekspresi Donghyun yang menurutnya lucu untuk ditertawakan.

"Biasa aja dong mukanya, gue gak jahat."

Donghyun mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali karena tak percaya.

"Kamu beneran Kak Yunseong?"

Yunseong tertawa pelan. "Menurut lo? Gue Yunseong lah, orang yang gagalin rencana mereka dan lindungin lo dari mereka," balasnya bangga.

"Kak Yunseong kok bisa ada disini?"

"Tugas gue belum selesai, gue gak bisa pergi," jawab Yunseong seraya berdiri menatap area sekolahnya dari pagar pembatas.

Donghyun diam, dia bingung harus berkata apa. Dia pikir Yunseong tidak akan menunjukkan diri padanya.

"Gue udah beberapa kali gagalin rencana Jungmo buat ngelindungin lo. Termasuk pas gue halangin lo bolos sama Minhee waktu itu. Gue sengaja hadang kalian dan debat sama Minhee karena lo dalam bahaya. Untungnya Hyeongjun dateng. Tapi lo malah jadi bolos sama Minhee."

Bolehkah Donghyun bertepuk tangan? Baru kali ini dia mendengar Yunseong berbicara panjang lebar seperti itu.

"Berarti, Kak Yunseong bakal bantu saya nanti?"

Yunseong menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Oh iya, saya mau tanya sesuatu," ujar Donghyun tiba-tiba.

"Tanya aja."

"Kalau saya lihat-lihat, kayaknya pas awal saya masuk Kak Yunseong kelihatan gak suka sama Eunsang. Memangnya ada apa, ya?"

Hening.

Seketika suasana menjadi canggung karena Yunseong tak berminat menjawab pertanyaan Donghyun. Ah, rupanya dia salah memilih topik.

"Maaf kak, saya cuma-"

"Eunsang itu kakak sepupu gue yang udah meninggal sepuluh tahun yang lalu. Dia suka bully gue, bahkan hampir bikin tangan gue diamputasi karena kecelakaan."

|3| Mirror | X1 ft. BY9 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang