31

11.5K 3K 702
                                    

"Terus, alasan Eunsang gak suka sama kamu apa?"

"Dia marah karena gue yang menyebabkan semua ini terjadi. Iya, semua ini berawal dari gue, bukan Junho."

Sekarang Donghyun tidak tahu harus merespon apa. Minhee penyebab semuanya? Berarti selama ini dugaan semua warga sekolah salah, mereka salah mengira kalau Junho lah penyebab semuanya.

Kasihan sekali Junho, tidak seharusnya dia menanggung beban sendirian, beruntung ada Eunsang yang selalu menemaninya setiap hari sebelum ia datang.

"Kak Yunseong kenapa diam aja?"

Yang ditanya mencebikkan bibirnya kesal. "Enak banget ya ngobrolnya, gue dikacangin," ujarnya.

"Apa sih, gak jelas amat lo," balas Minhee ikutan kesal.

Donghyun bingung, kenapa mereka berdua selalu bertengkar ketika bertemu?

"Oh ya, berarti Eunsang orang baik kan, Minhee?"

Yunseong ingin muntah rasanya.

"Ck, sejak kapan dia jadi baik?" Decaknya malas sambil memutar bola matanya.

"Ayolah, kejadian itu udah berlalu. Lo bisa gak sih buka mata dan hati? Jangan begini terus," omel Minhee yang jengah dengan sikap Yunseong.

"Ck, gue gak bakal segampang itu maafin dia. Lo lihat ini." Setelah berkata demikian, Yunseong menggulung lengan bajunya, menunjukkan sebuah jahitan melintang, terlihat mengerikan.

"Gara-gara dia, gue gak bisa lakuin hobi gue kayak dulu lagi," ucapnya lalu menutup kembali luka jahitan itu.

Donghyun meneguk ludah, ternyata aura Yunseong setelah meninggal malah semakin mengerikan. Dia terus-terusan merinding ketika Yunseong sedang kesal.

"Kenapa Junho bisa pasang cermin itu?" Tanya Yunseong mengalihkan topik. "Lo apain dia? Lo rasukin?"

Minhee menunjukkan cengirannya. "Habisnya dia batu banget sih, ya udah gue rasukin aja. Tapi habis itu dia marah sama gue tiga minggu, gue sih bodo amat ya."

"Minhee apa-apaan sih, kasihan Junho," kesal Donghyun.

"Habisnya gimana ya, kalau cermin itu gak dibawa lagi kesini, bakal terjadi hal yang lebih buruk. Gue baru sadar pas Junho baru daftar sekolah disini," jelas Minhee.

"Terus lo ngapain nyamar jadi murid disini?" Tanya Yunseong heran.

Minhee cemberut "Emang kenapa sih? Gue masih pengen ngerasain yang namanya sekolah tau."

"Ck, dasar setan kuno."

Minhee melotot tak terima. "Heh, masih tuaan gue daripada lo, ya! Dasar setan newbie!"

Untuk yang kesekian kalinya, Donghyun dibuat pusing dengan pertengkaran keduanya. Punya dosa apa sih dia sampai dipertemukan dengan kedua makhluk di kanan dan kirinya itu?

"Ekhem, permisi."

Dehaman seseorang mengalihkan atensi mereka. Seketika wajah Yunseong berubah gelap, lalu menghilang dari sana begitu saja.

Begitu juga dengan Minhee, pemuda yang satu ini terlihat tak suka.

"Ada perlu apa ya, Kak Seungwoo?"

Seungwoo tersenyum. "Ada yang mau saya bicarakan, ikut saya ke ruang osis sekarang, bisa kan?"

Donghyun mengernyitkan keningnya bingung. "Sekarang, kak?"

"Iya."

"Ehm, ya udah deh. Minhee, saya ke-"

Belum selesai ia berkata, Minhee berdiri dari duduknya, menyebabkan decitan keras dari kursi yang tergeser karenanya.

"Jangan pernah deketin Donghyun atau gue bunuh lo sekarang juga."

"Minhee, kamu kenapa, sih?!"

Seungwoo terkejut melihat Minhee menunjuknya dengan penuh ancaman. Bukannya takut, dia malah tersenyum penuh arti.

"Wah, pelindungnya Donghyun banyak juga, ya."































































"Besok saatnya, ya?" Tanya Sejin lesu.

"Apa rencana kita?" Tony balas bertanya.

Junho mengusak rambutnya frustasi. "Gue juga bingung harus ngapain, pokoknya kita gak boleh bersikap gegabah," katanya.

Hyeongjun, Yuvin, dan Minkyu yang melihat interaksi ketiga roh tersebut ikutan pusing.

Mereka perlu rencana, tapi mereka harus menunggu Yunseong terlebih dahulu. Karena dia lebih tahu tentang cermin itu dibandingkan mereka.

Tak hanya itu, mereka juga harus menunggu Minhee dan Donghyun, serta si serba tahu yang belum diketahui.

Tentunya hanya Sejin yang tahu.

"Kak, benda itu ada di lo, kan?" Tanya Junho pada Sejin.

"Nih ada di balik almamater gue, kenapa emangnya?" Sejin balas bertanya.

"Gak apa-apa, cuma nanya aja. Tolong jaga benda itu baik-baik, ya."

"Tapi Jun, kita beneran harus tunggu Kak Yunseong, Minhee, sama Donghyun?" Tanya Hyeongjun ragu setelah lama diam menyimak saja.

"Iya, dia orang yang pintar mengatur rencana, gue berani jamin," jawab Junho seyakin-yakinnya.

Yuvin tiba-tiba berdiri dari duduknya. "Kalo begitu, gue ke ruang osis dulu. Gue mau bikin surat edaran palsu yang menyatakan besok libur. Kita gak mungkin lawan mereka dalam keadaan ramai, kan?"

Minkyu menjentikkan jarinya. "Ide lo bagus, gak salah lo jadi mata-matanya Donghyun," pujinya.

"Hehe, kalo gitu gue permisi dulu, ya."

Mereka mengangguk saja, membiarkan Yuvin pergi untuk mengerjakan idenya.

Selama beberapa menit, mereka terlarut dalam pikiran masing-masing. Sebelum akhirnya suara Hyeongjun mengalihkan perhatian mereka.

"Btw, kalian ada ide, gak? Biar kalo Kak Yunseong dateng kita bisa-"

"Wah, ternyata ini markas rahasia kalian, ya."

Melihat ada tamu tak diundang, mereka langsung berdiri karena kaget. Hyeongjun yang satu-satunya manusia disana segera berdiri paling depan untuk melindungi keempat temannya.

"Ngapain lo disini?"

Jungmo pura-pura tak mendengar, dia sibuk memandangi ruangan tempat ia berada. Baru setelah itu dia menatap Hyeongjun dengan kekehan meremehkannya.

"Hehe, gak ada tempat yang lebih bagus lagi? Apa perlu gue bangun ruangan buat kalian?"

"Ngapain lo ada disini?! Apa tujuan lo?!"

"Santai dong, gue cuma berkunjung," balas Jungmo dengan kedua tangan yang diangkat sebatas dada.

"Pergi sekarang, Kak Jungmo. Lo salah ada disini," perintah Hyeongjun emosi.

"Yah, padahal gue cuma mau kasih informasi penting." Jungmo mendesah pelan, merasa kecewa karena diusir seperti itu.

Junho memberanikan diri untuk maju dan bertanya, "Informasi apa?"

"Karena tadi gue diusir, gue gak bakal kasih tau."

"Kasih tau kita sekarang!"

Entah mengapa, Jungmo malah tertawa. Tawanya itu membuat nyali mereka menciut, Jungmo terlihat menyeramkan.

"Firasat gue buruk," sahut Minkyu dari belakang.

Prok prok prok

Tiba-tiba, Jungmo bertepuk tangan dengan hebohnya, tak lupa dengan senyuman yang dibuat-buat.

"Yup, firasat lo benar! Barusan Donghyun ketimpa lemari, terus kepalanya bocor. Hehe, keren kan kerjaan asisten gue?"













Gregetan woi ngetiknya :)))

|3| Mirror | X1 ft. BY9 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang