"Gimana? Udah siap?" Tanya Minkyu sembari mengambil ancang-ancang untuk berlari lebih dulu.
Tony dan Sejin mengangguk dari belakang, mereka ikut bersiap untuk lari seraya memperhatikan Wonjin, Dohyun, dan Hangyul yang mengendap-ngendap menghampiri setan yang sedang berjaga di pintu keluar.
"Dalam hitungan ketiga, kita sembunyi disitu. Habis itu, kita lari keluar dari sini," kata Minkyu mengkomando.
Tony dan Sejin mengangguk untuk yang kedua kalinya. Jantung mereka berdegup kencang ketika Wonjin, Dohyun, dan Hangyul mulai menghitung.
"Ayo sem-"
"WOI SETAN JELEK, DUDUK DOANG KAYAK BOS AJA LO, SEKALI-KALI LARI DONG!"
Mereka bertiga terlonjak kaget karena teriakan Wonjin yang sangat keras itu. Mereka segera bersembunyi ketika Wonjin kembali berteriak lebih keras lagi.
"OH IYA, KAN LO BISANYA CUMA NGAMBIL ROH ORANG DOANG, MANA BISA LARI SIH, HAHA!"
Hangyul menepuk jidatnya, Dohyun gemetaran sambil bersembunyi di balik badan Hangyul.
"Wonjin, lo bisa ngomong yang lebih baik lagi gak?" Bisik Hangyul penuh penekanan karena takut.
"Cih, ngapain? Dia kan emang gak-" Wonjin berhenti berkata, karena setan tersebut merangkak menghampirinya.
Dia jadi takut, karena setan itu pelan-pelan berdiri disertai suara patahan tulang yang mengilukan.
Rambutnya yang menjuntai ke depan itu menutup wajahnya, namun tawa setan itu terdengar mengerikan.
"Kamu pikir aku tidak bisa lari, Ham Wonjin? Hihi."
"AAA, SEREM BANGET BANGSAT!" Teriak Dohyun lalu berlari kabur lebih dulu.
Sementara itu, Minkyu, Tony, dan Sejin mulai mengambil ancang-ancang untuk berlari keluar ketika setan tersebut mulai menjauh dari cermin.
"Kapan kita lari?" Tanya Tony berbisik.
"Sebentar lagi," balas Minkyu dengan jantung yang berdetak cepat.
"Kak Hangyul, lo siap kan?" Wonjin menoleh ke belakang. Kemudian dia terbelalak, di belakangnya tidak ada orang!
"Sekarang kamu sendirian, Wonjin."
Tiba-tiba, setan itu berlari kencang menghampirinya, membuatnya menjerit keras lalu berlari untuk kabur menyusul Hangyul dan Dohyun yang sudah jauh di depannya.
"Kok larinya cepet banget, sih?!"
"Saat aku hidup dulu, aku rajin lari pagi dan sore. Memangnya kamu, rebahan mulu," balas si setan.
Wonjin menoleh ke belakang sambil bergidik. Namun, matanya tak sengaja melihat Sejin sedang mengacungkan jempol padanya, membuat senyumnya merekah.
"JANGAN LUPA SELAMATIN SEMUA YANG ADA DI CERMIN INI YA, KAK SEJIN!"
Setan itu berhenti berlari dan ikut menoleh ke belakang. Dirinya menggeram marah melihat Sejin buru-buru keluar dari cermin. Saat itu juga, dia berteriak keras, dia marah.
"KALIAN AKAN KUBUNUH NANTI!"
Hyeongjun berjalan santai sambil menyedot milkshake cokelatnya dengan nikmat. Niatnya sih ingin mengunjungi kelasnya Donghyun setelah dari kantin.
Tapi apa, dirinya malah merasa ditabrak namun tembus hingga merinding.
"Aduh, siapa sih yang nabrak gue kayak tadi?" Tanyanya kesal sambil berbalik.
"Maaf, lo liat raga kita, gak?"
Hyeongjun terbelalak kaget. "Loh, kalian kok bisa disini?!"
Minkyu gregetan sendiri karena pertanyaannya tidak dijawab. "Jun, anterin kita ke raga kita sekarang sebelum setan itu bawa kita ke cermin lagi," pintanya tak sabaran.
"A-aduh, g-gue ada pe-perlu. Tapi-"
"Gue tau dimana raga kalian."
Seseorang tiba-tiba datang, auranya yang dingin itu membuat ketiga roh tersebut sontak mundur. Ah, rupanya dia hantu. Pantas saja.
"Ayo ikut, si La lagi cari kalian," ajaknya to the point.
La itu nama setan yang di cermin tadi omong-omong.
"Tapi kak, kayaknya lebih baik mereka dibawa ke tempat Junho daripada balik ke raga mereka, deh," ujar Hyeongjun. "Kalo mereka balik ke raga mereka, pasti roh mereka bakal dibawa lagi ke cermin."
"Junho? Cha Junho?!" Seru Sejin terkejut. "Aduh, bisa gawat kalo dia gak balik ke badannya."
Hyeongjun menautkan kedua alisnya. "Memangnya kenapa, kak?"
"Dia yang pasang cermin, kan? Otomatis cuma dia yang bisa hancurin cerminnya."
"Donghyun juga bisa, kan?"
"Tanpa Junho, Donghyun gak akan bisa menang. Dia memang pernah ngusir 250 setan dari rumah gue, tapi malam bulan purnama nanti, jumlahnya lebih banyak dari yang lo duga."
"Berapa?"
"1000 setan." Bukan Sejin yang menjawab, tapi si pemuda dingin itu. Dia tampak biasa saja, seolah-olah yang dia ketahui adalah hal yang tidak penting.
"Firasat gue gak enak, bisa bawa kita ke tempat Junho, gak?" Tanya Tony gelisah.
Pemuda itu mengangguk saja. Sesaat kemudian, ia teringat sesuatu.
"Hyeongjun," panggilnya, membuat yang dipanggil menoleh dengan tatapan 'apa?'.
"Jangan percaya siapapun selain Donghyun dan Kak Yuvin."
"Loh, kenapa?"
"Karena di antara yang lain, ada pengkhianat yang siap nusuk kalian dari belakang kapan aja, ingat itu."
Setelah itu, dengan raut wajah dinginnya, dia memandu jalan membawa ketiga roh tersebut ke tempat persembunyian Junho.
"Kak, Donghyun punya temen namanya Eunsang, dia juga bisa dipercaya, kan?"
Sayangnya, pemuda Hwang tersebut terus berjalan, mengabaikan Hyeongjun yang dilanda kebingungan akan pertanyaannya yang tak terjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
|3| Mirror | X1 ft. BY9 ✓
Mistério / Suspense❝Siapapun yang bercermin disana, maka akan terjadi hal aneh padanya.❞ Dibaca setelah Death Note & Laboratorium