20

11.9K 3K 490
                                    

"Kepada seluruh siswa dan siswi sma jima, diharapkan tidak bepergian sendirian atau mendekati cermin. Ada laporan terbaru mengenai dua siswa laki-laki yang terambil rohnya ke dalam cermin akibat berusaha mencari tahu tentang cermin. Saya harap kalian menjaga diri baik-baik."

Tepat setelah pengumuman tersebut selesai, seseorang memanggil Seungwoo dengan lantang dan panik, membuat yang dipanggil hampir terjungkal dari duduknya.

"Seungyoun! Bisa sopan sedikit gak, sih?!"

"Hangyul sama Dohyun ke ambil rohnya!"

"Hah? Kok bisa?!"

Seungyoun buru-buru menghampiri Seungwoo dan duduk di bangku kosong yang ada di depan meja temannya itu.

"Gue lihat di kasih tau Yohan, katanya mereka berdua berhadapan langsung sama setan yang nyamar jadi murid sini di toilet. Terus roh mereka diambil paksa, pas keluar toilet mereka udah kayak zombie."

Seungwoo pusing. Dia bingung harus menyelesaikan masalah ini dengan cara apa.

Jinhyuk sudah meninggal, Wooseok hilang entah kemana, Hangyul terambil rohnya, Yohan sering menghilang, dan sekarang tersisa dirinya dan Seungyoun.

Tidak mungkin kan mereka menantang setan-setan itu secara langsung?

"Gue ada ide! Gimana kalo kita minta bantuan sama Jungmo? Siapa tau kita dikasih jimat pelindung supaya gak diambil rohnya," ucap Seungyoun mengutarakan idenya.

"Gak, gue punya rencana buat lindungin diri gue sendiri," tolak Seungwoo mentah-mentah.

"Rencana apa?"

"Lo gak perlu tau," ketus Seungwoo seraya berdiri dari duduknya.

"Lo mau kemana?" Seungyoun mengernyitkan keningnya bingung.

"Cari Yohan, ada yang harus gue omongin sama dia."

























































Sejin sibuk memandangi benda yang dia pegang. Di sampingnya, Tony ikut memandang benda itu sambil berdecak kagum.

Tak henti-hentinya ia melongo saking takjubnya setelah mendengar penjelasan Sejin mengenai benda itu.

Lalu, dimana Wonjin dan Minkyu?

Mereka berdua berusaha menjelaskan apa yang terjadi pada Dohyun dan Hangyul yang sudah masuk ke dunia cermin.

Mereka berdua tak berhenti marah pada Minkyu karena penjelasannya dianggap belibet dan susah dimengerti.

"Jin, jelasin gih. Gue capek." Minkyu angkat tangan, menyerah menjelaskan.

Wonjin menghela nafasnya lalu maju menggantikan Minkyu. "Dengerin gue baik-baik, kita harus bekerja sama untuk kasih benda yang dipegang Kak Sejin ke Donghyun. Karena itu, kita harus cari cara untuk keluar dari sini sebelum malam itu tiba. Kalau lo gak mau, lo bakal jadi budak setan itu dan akan jadi jahat pas keluar dari cermin," jelasnya panjang lebar.

"Sebentar, kenapa kalian cuma berempat? Yang ke ambil rohnya kayaknya banyak?" Tanya Hangyul.

"Ohh, mereka beda dimensi sama kita. Kita di dimensi paling dekat dengan jalan keluar dari cermin. Setan-setan itu pasti punya alasan mengurung kita disini, di tempat yang sama. Gue curiga kalau pengkhianat itu mau melakukan hal yang jauh lebih buruk dari dugaan gue."

"Pengkhianat?! Ada pengkhianat?!" Seru Dohyun dan Hangyul serentak.

Wonjin mengangguk. "Iya, pengkhianat itu lah pemimpin dari semua setan yang ada di cermin ini. Sampai sekarang gue gak tau siapa pengkhianat yang sebenarnya. Soalnya, sebelum gue masuk kesini gue berusaha cari tahu soal itu dan hasilnya gue bingung sendiri. Terlalu banyak orang yang bikin gue curiga."

"Emangnya siapa aja yang lo curigain?"

"Jungmo, Kak Seungwoo, Kak Wooseok, Yunseong, Kak Yohan, dan lo," jawab Wonjin sambil menunjuk Hangyul.

Hangyul terkesiap. "G-gue?"

"Iya, tapi sayangnya dugaan gue salah, lo aja ada disini sekarang. Tapi gue yakin salah satu orang yang gue curigain ada yang beneran pengkhianat. Gak tau kenapa, feeling gue kuat."

"Tapi, ada gak orang yang menurut lo tahu tentang siapa pengkhianat itu?" Tanya Dohyun tiba-tiba, membuat Wonjin berpikir sejenak, kemudian menganggukan kepala.

"Gue rasa, Eunsang tau sesuatu."








































Eunsang membasuh wajahnya dengan air lalu menatap pantulan wajahnya di cermin kamar mandi. Semakin hari, wajahnya semakin memucat. Dia tidak tahu harus bagaimana, dia tidak mau membuat Donghyun dan Junho khawatir.

"Huft, sampe kapan masalah cermin itu selesai? Gue takut gak bisa bantu Donghyun dan Junho," lirihnya dengan kepala tertunduk.

Eunsang menggelengkan kepala, dia harus optimis. "Lebih baik gue ketemu mereka sekarang, baru ditinggal sebentar aja udah kangen," celetuknya.

Dia berniat pergi ke kantin menyusul kedua temannya. Namun, entah ada angin apa, tiba-tiba Yunseong menghadangnya di pintu.

"Lo ngapain di pintu? Mau jadi penjaga pintu?" Tanya Eunsang sinis dan cuek lalu lanjut jalan untuk keluar.

Tapi apa, Yunseong malah mendorongnya masuk kembali ke dalam toilet lalu menutup pintunya.

Eunsang kaget, jelas kaget.

"Lo mau ngapain?!"

Yunseong melangkah maju menghampiri Eunsang, menyisakan jarak beberapa centi saja antara keduanya.

"Ohh, mau tanya soal Minhee, ya?" Eunsang mengangkat ujung bibirnya membentuk senyuman miring.

"Kasih tau gue sekarang."

"Lo pikir gue bodoh? Gue gak akan kasih info penting ke siapapun yang mencurigakan di mata gue."

"Lo salah main-main sama gue, lo bakal menyesal."

"Ihh gue takut, haha! Heh, dengerin gue, ya. Minhee itu sama kayak lo. Sisanya, pasti lo ngerti."

Eunsang berlalu begitu saja menabrak pundak Yunseong, membuat pemuda itu terhuyung sedikit ke belakang dengan perasaan lega yang luar biasa.

"Gue harus kerja sama bareng dia."

|3| Mirror | X1 ft. BY9 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang