Chapter #1

17.8K 499 15
                                    

Emm.. lu.. eh.. lu jadi pacar gue ya!

Kata-kata itu sampai sekarang masih terbayang dibenakku. Seorang cowok cuek super dingin bernama Gerfino Renanda menyatakan perasaannya padaku dengan cara yang amat sangat tidak romantis. Yap! Sama sekali gak romantis.

Aku juga bingung kenapa seorang Ge yang notabennya cowok yang lumayan populer, pinter, ganteng, pokoknya idaman banget deh bisa suka sama aku. Ahbodo! Yang penting aku punya pacar. Hihi.

Beberapa menit lagi aku dan Ge akan merayakan Mensive kita yang ke-6 bulan. Iyaaa, E-NAM BU-LAN. Keren gak tuh selama 6 bulan aku membuat hampir seluruh isi sekolah geger karena aku bisa mendapatkan Ge.

Dering ponsel yang sedari tadi aku pegangi berhasil membuyarkan lamunanku.

Ge's Calling ...

"Halooo." Sapaku riang.

"happy mensiv ya sayaaaaang" sahut seseorang dari seberang.

"Cieee... happy mensiv juga loh!"

"wishnya apa nih ?"

"apa yah ?"

"apa dong ?"

"apa deh ?"

"apaan sih ? hahaha"

"ih.. Ge mulai panas nih kepalanya. Hahaha"

"iya nih ketularan si Renita Giora"

"kok aku sih ? yeh!"

"iyadeh engga, gitu aja ngambek. Yaudah tidur gih kamu. Besok kita ketemu disekolah ya"

"yaudah"

"bye sayang!"

Tanpa membalas aku langsung mematikan sambungan telfonnya. Entah kenapa Ge sering sekali membuatku badmood walaupun hanya dengan candaannya yang menurutku garing itu. Entah aku yang terlalu sensitif atau, ah tapi memang ulahnya yang selalu membuatku kesal kok. Iya Ge!

***


Gerfino

Sampe sekarang gue masih gak tau apa yang bikin gue suka bahkan sayang banget sama si cewek ambekan itu. Iya, Renita Giora biasa dipanggil 'rere' seorang cewek biasa yang bisa dibilang standar lah kalo dibandingin sama cewek yang ngejar-ngejar gue. Gak cantik tapi juga gak jelek.

Awal gue pacaran sama dia sih, sama kaya remaja kebanyakan. Tapi akhir-akhir ini sifat aslinya makin keliatan. Sering ngambek, childish, egois, keras kepala, pokoknya kayak anak kecil deh.

Tapi gue gak pernah peduli sama perubahan sifatnya dia. Yang jelas dia sayang sama gue. Dan gue juga sayang sama dia.

Setelah adegan ngambek karena ditelfon semalem gue memutuskan untuk ngejemput dia pagi ini ya sekali- kali berangkat bareng pacar gak ada salahnya kan. Sekalian ngasih kejutan juga.

Diperjalanan menuju rumah Rere gue ngeliat tukang bunga. Sekalian aja gue beli kali aja kalo dibawain bunga. Ngambeknya yang semalem ilang.

"pak anggrek ungunya satu ya" Seruku

"Ini dek" Sahut bapak penjual itu sembari menyerahkan bunga yang tadi gue minta.

"berapa pak ?" tanyaku. Kemudian bapak penjual itu menyebutkan nominal harganya dan gue langsung membayar sesuai harga yang disebutkan. Tanpa basa-basi lagi gue langsung naikin motor ninja 250cc gue dan langsung meluncur kerumah Rere. Pacar gue!

***

Pagi ini aku sangat tidak bersemangat untuk berangkat sekolah. Selain karna Ge semalam, suasana juga cukup mendung. Dan sangat mendukung untuk kembali tidur dikasur empukku. Terdengar deru suara motor yang tak lagi asing di telingaku. Motor Ge!

Cepat-cepat aku keluar rumah. Benar saja didepan gerbang sudah berdiri seorang pria tinggi berbadan atletis didepan motornya. Buru-buru aku menghampirinya.

"Pagi rere cantik kesayangannya Ge" Serunya dengan senyum mengembang diwajahnya.

"apasi ? alay!" Sahutku masih dengan wajah cemberut.

"nih buat kamu" Serunya sambil mengeluarkan bouqet bunga anggrek cantik yang tampak segar.

"jangan ngambek lagi ya" sambungnya kemudian mengelus kepalaku lembut

"apaan nih ?" Cetusku kesal.

"bunga" jawabnya dengan wajah agak terkejut.

"kamu tau kan aku paling gak suka sama warna ungu. Dan kamu bawain aku anggrek warna ungu. Emang didunia ini bunga Cuma anggrek doang apa ?"

"Tapi-"

"bikin tambah badmood aja sih kamu" sambungku kesal.

Aku memutuskan untuk membuang bunga itu tepat ditempat sampah yang berada dekat dengan pagar. Aku sama sekali tak peduli dengan perasaan Ge yang jelas aku benci anggrek ungu itu.

"kok dibuang ?" tanyanya dengan suara lirih

"kenapa ? gak suka ? kalo gak suka pungut aja lagi sana. Kasih siapa kek!" Sahutku kemudian berjalan meninggalkannya.

"kamu mau kemana ?" tanyanya lagi masih dengan suara lembut.

"sekolah lah! Kamu fikir ?" cetusku

"tapi aku kesinikan mau jemput kamu"

"bodo! Aku bisa berangkat sendiri" Sahutku yang langsung menaiki taksi yang tadi aku berhentikan.


to be continue..

Childish!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang