Chapter #28

3.9K 164 1
                                    

Rere POV

Malam ini Ge mengajakku makan malam, entah dimana Ge tidak memberi taunya. Setelah kejadian saling menyatakan beberapa bulan lalu dipernikahan Kinar dan Refal kami berdua kembali menjalin hubungan seperti dulu.

Senang sekali mengetahui bahwa penantianku tidaklah sia-sia. Soal Rey ? Aku sudah menjelaskannya kepada Rey dan dia mengerti dan menerima semua keputusanku.

Malam ini aku mengenakan dress selutut berwarna biru muda dengan rambut yang ku kuncir setengah dengan pita yang berwarna senada. Tak lama kemudian sebuah mobil Lamborgini Sesto Elemento berwarna hitam mengkilat terparkir di garasi rumahku. Seorang pria yang sedari tadi ku tunggu keluar dari mobil itu dengan menggunakan kemeja hitam yang selalu digulung sesiku pastinya.

Ge turun dari mobilnya dan menjemputku yang sedari tadi menunggu diteras. Ia menghampiriku dengan senyum dan wajah sumringah.

"Ciyee nungguin siapa ?" Tanyanya lembut dengan suara nge-bass agak serak khas miliknya.

"Nunggu tukang nasi goreng lewat depan rumah" Cetusku sembari mengumbar senyum. Akupun berdiri menghadapnya.

Dia melihat ke arah jalanan seperti mencari sesuatu. "Yah kayanya tukang nasi gorengnya udah pensiun" Serunya kemudian.

"Apaan si garing" Celetukku sambil mencubit pinggangnya.

"Ciyee cubit-cubit" godanya seraya mengusap puncak kepalaku lembut. Aku hanya tersenyum menanggapinya.

"Berangkat yuk" Seru Ge kemudian. Detik selanjutnya kami sudah melaju menuju tempat yang dituju Ge.

***

Ge memarkirkan mobilnya disebuah restoran yang bernuansa klasik namun terlihat romantis itu. Dia berjalan keluar kemudian membukakan pintu mobilnya untukku. Aku berjalan keluar dan menggandeng tangannya. Ia tersenyum lembut sampai membawa ku ke dalam restoran itu.

"Good evening Mr. And Mrs. Welcome to our restaurant. May I help you ?" Seru seorang pelayan ketika kami sampai di depan restoran itu tak lupa disertai dengan senyuman 3 jarinya.

"I've been booking a place in the name of Gerfino renanda is ready?" Ujar Ge kepada pelayan tersebut. Pelayan tersebut mengecek ke layarnya.

"Okay sir, let me deliver. Through here." Serunya sambik tersenyum kemudian mengantarkan kami ke suatu tempat.

Pemandangan yang kutangkap ditempat ini adalah sebuah restoran bintang lima yang bertema klasik dengan warna coklat dan lampu-lampu yang disusun sedemikian rupa dan furniture yang tersusun ditempatnya masing-masing yang menambah kesan romantis tempat itu.

Pelayan itu membawa kami keluar ruangan dan terlihatlah beberapa pasangan yang sedang menikmati makan malamnya ditemani dengan alunan biola yang dimainkan oleh seorang pemain biola disampingnya. Tak lupa dengan lilin yang menghiasi disekitarnya. Aku sempat menghentikan langkahku untuk melihat pemandangan tersebut.

"Kenapa ?" Seru Ge ketika menyadari aku berhenti. Aku menggeleng cepat kemudian melanjutkan langkah ku. Detik selanjutnya kami sampai pada suatu meja dekat dengan kolam yang dihiasi dengan lilin lilin kecil disekitarnya. Ge menarikkan kursi untukku duduk. Kemudian Ge duduk dihadapanku. Sang pelayan menuangkan air ketika kami berdua telah duduk.

Pelayan tersebut memberika menu. Setelah selesai pelayan tersebut meninggalkan kami berdua. Aku menatap Ge canggung. Dia tersenyum sumringah dibawah terpaan sinar rembulan malam itu. Aku menghela nafas dalam.

"Gimana ? Suka ?" Tanya Ge sembari menatapku dalam. Aku hanya bisa menaikan kedua bahuku sambil tersenyum bahagia. Entah apa yang aku rasakan saat ini. Yang jelas aku amat sangat bahagia. Tak lama kemudian seorang biola menghampiri kami dan mulai memainkan sebuah instrumen yang menambah suasana romantis saat itu.

"Wanna dance baby ?" Seru Ge sembari berdiri disampingku dan menengadahkan tangannya. Aku menyambutnya dengan gembira. Ge meletakkan kedua tangannya dipinggangku dan aku meletakkan kedua tanganku ditengkuknya. Aku merapatkan tubuhku ke dekat telinga Ge kemudian berbisik.

"But, I can't dancing" bisikku tepat ditelinganya. Dia tersenyum simpul.

"Injek kaki aku aja sayang." Serunya kemudian. Aku menatapnya bingung.

"Iya, injek aja kaki aku" Serunya lagi menegaskan. Aku menginjak kakinya hati-hati, kemudian kembali menginjak kan kakiku ditanah.

"Sakit gak ?" Tanyaku kepadanya.

"Engga, cuma sedikit berat. Kamu kegendutan sih" Sahutnya pelan. Aku langsung membulatkan mataku ke arahnya dan menatap tubuhku sendiri.

"Becanda. Gapapa kok" Ujarnya menuntunku ke arahnya. Aku dan Ge pun berdansa dengan diiringi instrumen yang dimainkan oleh pemain biola tersebut. Aku menyandarkan kepalaku di bahu Ge. Dia memelukku lebih erat.

"Kamu cantik" Bisik Ge tepat ditelingaku. Aku mendongak menatapnya. Dia tersenyum kearahku.

"Always" sambungnya. Seketika itu juga wajahku berubah semerah tomat. Aku kembali menenggelamkan wajahku di dada bidangnya.

"Aku mau ngomong sesuatu" Ujar Ge lagi.

"Ngg ? Apa ?" Sahutku sembari menatapnya. Dadaku terasa berdetak cepat sekali bahkan mengalahkan kecepatan mobil F1. Nafasku mulai terasa sesak. Tuhan apa yang terjadi padaku.

Aku menunggunya berbicara, dia seperti sedang memikirkan sesuatu. Tiba-tiba aku merasakan setitik air diwajahku dan makin lama semakin deras. Hujan ? Sial! Kenapa hujan merusak momen indah ini.

Aku dan Ge berlari menuju tempat meneduh. Ge memelukku seraya tangannya melindungi kepalaku agar tidak terkena air hujan. Setelah menemukan tempat berteduh aku mencoba menahan hawa dingin yang mulai menyelimuti tubuhku. Aku mengosokkan kedua telapak tangan ku agar aku merasa sedikit hangat. Namun usaha ku sia-sia. Aku melihat Ge tengah melakukan hal yang sama. Dan disampingnya para pasangan lain yang juga sedang berteduh.

Ge melirik kearahku dan aku mengalihkan pandanganku ke tempat lain. Aku dapat melihatnya terkikik dari sudut mataku. "Dingin ya ?" Tanyanya kemudian. Aku mengangguk mengiyakan.

"Aku gak bawa jaket lagi" Serunya.

"Buat apa ?" Tanyaku heran.

"Biar kaya di FTV gitu" Ujarnya cengengesan. Aku hanya tersenyum sembari menggeleng.

Ge merapatkan tubuhnya kearahku. Ia memelukku dengan sebelah tangannya. Kemejanya sudah sedikit kuyup jadi seerat apapun ia memelukku itu tidak akan membuatku hangat sama sekali.

"Sama aja dingin-dingin juga" Seruku sembari mendongak.

"Dingin yah" Ujarnya dengan mata menyapu pemandangan didepannya. Yaiyalah Ge dingin.

Aku masih mendongak menatapnya. Dia menatapku balik. Aku dapat merasakan jantungnya berdegup kencang karna pelukannya yang sangat erat membuat tubuhku amat sangat dekat dengannya. Dia masih memelukku dengan sebelah tangannya. Aku hanya bisa meringkuk dipelukkannya. Hujan semakin lebat. Aku menenggelamkan wajahku di dada Ge. Beberapa menit kemudian Ge menyolekku membuat ku menoleh kearahnya. Namun yang kulihat berbeda. Sebuah kotak berbahan bludru berwarna merah dengan cincin berlian didalamnya berada di hadapanku. Dan Ge yang memegang kotak itu. Aku menatapnya bingung. Dia mengeratkan pelukannya lagi, masih dengan sebelah tangannya. Aku masih menatapnya bingung. Ge mengalihkan pandangannya ke segala arah namun tanganku berhasil menangkap wajahnya dan dia menatapku balik. Dia menatapku dalam, kemudian menghela nafas sejenak kemudian..

"Will you marry me ?"

Childish!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang