Chapter #26

3.3K 144 0
                                    

Ge POV

"Oke baiklah. Saya rasa sudah cukup ya" Seru Mr. Gwen kemudian mengulurkan tangannya tanda menyetujui. Gue pun tersenyum dan membalas uluran tangannya.

"Senang berbisnis dengan anda" Tambahnya lagi kemudian bergegas pergi dari tempat gue duduk.

"Yeeeaahh goal lagi Geeeee" Ujar Dinda sekertaris gue yang sengaja gue pilih langsung karna gue emang udah benar-benar mengenal dia.

"Makan-makan kita" Sahut gue gembira.

"Eh tapi gue mau ke toilet dulu ya Ge" Serunya kemudian beranjak pergi meninggalkan gue sendiri. Gue yang bingung hanya memainkan iPhone gue. Gue membuka lockscreen-nya kemudian muncul lah foto gue dan seorang gadis sewaktu SMA dulu yang sengaja gue jadikan wallpaper ponsel gue.

Rere, iya dia gadis di foto itu. Gue memperhatikan foto itu. Kami berdua maksud gue, gue dan Rere saling menempelkan kepala dan memasang wajah idiot masing-masing. Terlihat sangat lucu dengan wajah yang masih imut dan lugu. Rere masih dengan poni depannya yang khas dan kuncir kudanya. Gue merindukan masa-masa itu. Masa-masa dimana gue masih bersama Rere.

Sepasang sepatu wanita berwarna hitam berdiri diam di hadapan gue. Gue gak menghiraukan karna gue tau itu pasti dinda. Gue memasukkan ponsel gue ke saku kemudian mendongak ke arah pemilik sepasang sepatu itu.

"Kok gak du-" seru gue gantung setelah mengetahui siapa pemilik sepatu itu. Betapa terkejutnya gue setelah mengetahui siapa pemilik sepatu itu. Dia adalah gadis yang setiap malam gue impikan, dia juga gadis yang setiap malam bikin tidur gue resah dan gelisah, dia yang bikin hidup gue gak karuan. Dia!

"Rere" Sapa gue masih takjub. Gue mengerjapkan mata gue berkali-kali masih gak percaya sama makhluk yang ada dihadapan gue sekarang. Gue berdiri menghadapnya. Dia kini berbeda. Sangat berbeda. Jauh lebih cantik saat ini. Poni depannya sudah berganti menjadi belahan tengah, rambutnya diurai panjang sebahu dengan ikal dibagian ujungnya, make-up yang di poles natural diwajahnya yang menambahkan kecantikannya. Dia tersenyum gugup kearah gue. Dan satu yang tidak pernah berubah. Gigi kelincinya dan senyumannya yang sangat gue rindukan.

"Ha-hai" Sapanya kemudian kembali tersenyum. God! Jantung gue kembali berdegup kencang seperti saat pertama gue ketemu dia. Ya, ini saat pertama diwaktu yang berbeda. Ingin sekali rasanya gue memeluk dia erat seerat yang gue bisa.

"Ge" Sapanya lagi menarik gue ke dalam dunia nyata gue. Gue tersadar kemudian bergegas ingin memeluknya. Sampai kemudian Rey datang dengan menggandeng seorang anak perempuan.

"Ibuuuuuuuu" Rengek anak itu sembari mengoyak-ngoyakan tangan Rere.

Ibu ? Rere sudah menikah dengan Rey ? Dan sudah memiliki seorang anak perempuan yang sangat lucu ? Oh tuhan. Beritahu gue kalo ini cuma mimpi buruk.

Anak itu menarik Rere menjauh dari gue. Kemudian Rere pun pergi bersama Rey dan anak perempuan tadi sedetik kemudian menghilang dari pandangan gue.

Jadi Rere udah beneran nikah ? Jadi Rere bener-bener gak nunggu gue. Mungkin cuma gue yang terlalu bodoh berharap bahwa Rere nunggu gue setelah gue mencampakkan dia gitu aja. Gue bego kalo nganggep Rere masih nyimpen perasaan buat gue. Rere udah bahagia sama Rey dan dia udah dikaruniai seorang anak perempuan yang sangat amat lucu.

Oh God! Kenapa harus Rey ? Kenapa bukan gue yang ada di posisi Rey ? Kenapa bukan gue yang jadi suami Rere ? Kenapa bukan gue yang menggandeng anak itu ? Kenapa ?

"Ge" Seru Dinda sembari menepuk pundak gue yang membuat gue tersadar dari lamunan gue.

"Ayooo kita makan" Timpanya lagi.

"Lo aja gih. Gue gak nafsu!" Seru gue kemudian meninggalkan dinda sendiri.

****

Rere POV

Aku berusaha mengumpulkan keberanianku untuk menghampiri Ge dan menyapanya. Jantungku seperti dipacu ribuan kuda. Berdegup sangat cepat dan kencang. Entah rasanya ingin sekali memeluknya. Wajah yang selama ini ku rindukan kini ada dihadapanku.

Dia berbeda, sangat berbeda. Badannya jauh lebih tinggi dan lebih berbentuk. Kemeja yang ia kenakan sangat pas ditubuhnya sehingga memunculkan lekukan tubuhnya. Rambutnya dipotong dengan potongan masa kini yang membuatnya terlihat rapi dan tampan. Satu yang tidak pernah berubah darinya. Sorot matanya, sorot mata yang selama ini aku rindukan. Aku berusaha tersenyum dengan segala usaha ku. Sampai seorang anak perempuan menarik ku dan membawa ku jauh darinya. Aku hanya nurut ditarik oleh anak perempuan itu.

Setelah jauh dari Ge aku menoleh ke arah anak perempuan itu. Ternyata Opi pasien setia ku.

"Opiii ? Ngapain disini ?" Tanyaku sembari berjongkok menyejajarkan badanku dengannya.

"Tadi aku kan sama mama lagi jalan-jalan eh ketemu sama om doktel telus mama bilang mama mau ke kamal mandi dulu jadi opi dititipin sama om doktel telus kata om doktel, bu doktel juga ada disini yaudah opi minta antelin ke bu doktel deh. Bu doktel gak malah kan ?" Serunya menjelaskan dengan gaya ala anak kecilnya.

"Oh jadi gitu. Yaudah yuk kita tunggu mama kamu" Sahutku lembut. Kemudian aku dan Rey menunggu di depan toilet. Setelah mama Opi keluar kami berpisah disana.

"Lucu ya ? Jadi pengen punya anak" Seru Rey sambil merangkulku. Aku mengernyit dahi menatapnya.

"Nikah makanya" Sahutku cepat.

"Yang mau dinikahinnya belum move on" Celetuknya sambil cekikikan. Aku hanya tersenyum kecut sambil menjitak kepalanya.

"Gausah kode" Sahutku

Childish!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang