Chapter #14

2.9K 146 0
                                    

Rere POV

Bip.. bip.. bip..

Hanya suara itu yang terdengar ditelingaku. Aku sedang duduk dikasurku. Kasur rumah sakit tepatnya. Dengan perban dan luka lebam dimana-mana. Yap, aku dilarikan ke rumah sakit setelah bergulat dengan dinda 3 hari yang lalu. Salah! Maksudku dengan teman-temannya juga.

Iya, setelah melihat dinda mencium Ge aku langsung menghampiri mereka dan langsung mengacak-acak muka dinda, menjambaknya dengan brutal, mencakarnya, dan dinda juga membalas perbuatanku. Naasnya bukan hanya dinda tapi teman-temannya juga. Sial! Aku dikeroyok.

Aku melihat Ge mencoba memisahkan kami. Namun, sepertinya Ge juga ikut-ikutan dikeroyok oleh segerombolan cewek yang entah berasal darimana. Menurut ku mereka bukan manusia bumi. Karena kekuatan mereka bukan seperti cewek pada umumnya. Oke, itu terlalu berlebihan.

Aku kembali bersandar pada tempat tidur rumah sakitku. Rasanya semua tulangku seperti retak, mungkin lebih parah daripada itu. Kepala ku pusing entah kenapa, dan aku seperti tidak memiliki tenaga untuk melakukan apapun.  Demi apapun dinda. Akan kubalas kau!

Tidak lama berselang pintu kamar tempat aku dirawat terbuka. Terlihatlah sosok lelaki tegak yang sudah sangat akrab untukku. Membawa parcel berisi buah dan juga seikat bunga. Rambut ikalnya dibiarkan bergelantungan bebas, tapi tetap terlihat rapi. Dengan gaya pakaian kasual, Ge terlihat tampan pagi ini.

"Hai sayang.." sapanya setelah menaruh parcel di meja yang berada didekat tempat tidurku.

Ia mencium keningku dan memberikan seikat bunga yang ia bawa. Kali ini bunga mawar bukan lagi bunga anggrek. Dia tersenyum sumringah sembari mengelus puncak kepalaku lembut.

"Hai.." Sahutku balas menyapanya. Melihat dahinya juga diperban aku jadi merasa bersalah karna itu adalah imbas dari perbuatanku yang bisa dibilang cemburu buta itu. Tidak itu hanya cemburu!

"Cepet sembuh dong. Sepi disekolah gak ada kamu. Lagian kan udah mau UN" Ujarnya menampakkan wajah melas sembari duduk dibangku yang berada dekat tempat tidur.

"Iya, tadi juga kata dokter besok bisa pulang kok. Tenang" Sahutku lemas.

Ge memegangi tanganku dan kembali tersenyum entah apa sebabnya. Dia sering sekali tersenyum sembari memandangku. Entah kenapa mungkin ada jerawat yang mau meletus di wajahku. Atau mungkin ada kutu yang sedang sirkus diwajahku. Atau mungkin wajahku seperti badut. Atau mungkin..

Aku menggeleng geleng cepat menyadarkan jiwaku yang sedang melayang entah kemana.

"Kamu kenapa ?" Tanyanya dengan wajah polos.

"Engg--" jawabanku terpotong oleh bunyi ringtone tanda panggilan masuk yang berasal dari ponsel Ge.

Ge mengeluarkan ponselnya dan kemudian memberi isyarat kepadaku bahwa ia ingin mengangkatnya dan bahwa itu adalah kepentingan pribadi. Aku pun mengangguk mengiyakan. Ge melangkah keluar kamar dan mengangkat telfonnya.

Sejak kapan Ge mengangkat telfon jauh dariku. Biasanya jika sedang bersamaku siapapun yang menelfon pasti dia langsung mengangkatnya di depanku. Tapi kali ini tidak.

Ge menerima telfon dari siapa ?

****

Ge POV

Gue kembali memijat pelipis gue dan kembali bertanya-tanya. Setelah mengangkat telfon dari seseorang yang 'penting' gue memutuskan untuk langsung meminta izin untuk segera pulang. Setelah mendapat persetujuan gue langsung cabut tanpa basa-basi.

Hampir setengah jam lebih gue menatap layar laptop gue dan membaca ulang email yang masuk. Sudah sekian puluh kali gue membaca email tersebut tapi gue masih belum bisa percaya dengan isi surat elektronik tersebut.

Email itu berasal dari University Of Auckland International Business School, New Zealand. Yang menyatakan bahwa gue lulus ujian masuk ke perguruan tinggi tersebut. Ujian saringan masuknya sudah diadakan sejak beberapa bulan yang lalu.

Awalnya gue cuma iseng-iseng buat ikut tes itu. Walaupun gue tau kalo gue belum mengikuti ujian kelulusan. Tapi ternyata hasilnya gue lolos masuk perguruan tinggi itu. Perasaan gue campur aduk antara gak percaya, seneng juga, sedih juga, complicated. Parah!

Ini emang impian gue selama ini, menuntut ilmu bisnis diluar negeri. Tapi sedetik kemudian terlintas wajah Rere yang bikin gue ngerasa gak pengen ambil kesempatan itu. Apa bisa gue ngelepas Rere ? Terus kira-kira apa responnya dia ? Terus apa dia mau hubungan jarak jauh ? Terus apa gue bisa ninggalin dia ?

Apa bisa ?

••••••••••••••••••••••

Nah part kali ini pendek pendek aja ya biar kalian gak males bacanya karna kepanjangaan. Hihi merci! ♥

Childish!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang