Chapter #11

3.6K 181 0
                                    

Sepanjang perjalanan Rere diem aja. Gue pun kebawa suasana dan akhirnya diem juga karena ngeliat ekspresi Rere yang mendadak jadi orang paling pendiem di dunia. Parah!

Guepun memberhentikan mobil gue disebuah rumah bergaya klasik berpagar hitam.

"Udah sampe" Seru gue singkat.

Tanpa babibu Rere langsung melepas seatbelt-nya dan bergegas turun. Buru-buru gue pegang tangannya.

"Kenapa ?" Tanya dia dengan wajah dihadapkan ke jendela.

"Sepanjang jalan tadi kamu diem aja, aku takut kamu kenapa-kenapa" Ujar gue panik sendiri.

"Gue gak papa kok" sahutnya singkat kemudian melepaskan tangannya dari genggaman gue.

Gue pun turun ketika dia sudah membuka pintu mobil. "Kamu yakin gapapa ?" Tanya gue berusaha meyakinkan.

Mukanya masih flat tanpa ekspresi. Gak biasanya dia diem kaya gini. Mending dia ngoceh-ngoceh gak jelas deh daripada harus diem kaya gini.

Tanpa menjawab dia langsung berlalu masuk kedalam rumah. Dan gue. Plis gak usah tanya keadaan gue!

***

Rere POV

Setelah adegan 'ciuman' tadi aku memutuskan untuk tidak banyak bicara. Setelah sampai dirumah buru-buru aku masuk tanpa memperhatikan Ge lagi.

Sumpah rasanya kaya mau mati berdiri saat itu juga. Gugup iya, seneng iya, kesel iya, blushing iya, aaahhh pokoknya complicated.

Setelah masuk rumah aku langsung menuju kamarku tanpa memperdulikan orang rumah. Aku berdiri didepan pintu kamarku dan memegangi bibirku.

Ohmygod!! What the hell i did it? Rasanya aneh deh pokoknya. Kupu-kupu diperutku rasanya mulai mengepakkan sayapnya lagi. Jantungku tak karuan mengingat kejadian tadi.

Buru-buru ku raih ponsel yang berada disaku ku dan menekan nomor Kinar.

Tut... tut...

Tanda nada tunggupun berbunyi tak selang beberapa lama seseorang berbicara dari seberang.

"Hallo" Serunya dengan suara lembutnya.

"Naaaaaaarrr"

"Lo kenapa ?"

"Gu.. guee.. bingung!"

"Bingung kenapa ?"

"Besok deh gue ceritain di sekolah. Pokoknya besok lo harus berangkat lebih pagi dari biasanya"

"Oke"

"Bye" Seruku kemudian mematikan sambungan telfon.

Aku langsung membaringkan badanku dikasur kesayanganku. Mengingat kejadian tadi saja sudah membuat sekujur tubuh bergetar apalagi aku harus menceritakannya.

Drrrttt... Drrrttt...

Ponselku berbunyi tanda pesan masuk.

Gerfino Renanda : aku udah sampe rumah. Tapi aku masih khawatir sama keadaan kamu. Kamu baik-baik aja ?

Aku memilih untuk mengabaikan pesan itu. Dan tak selang beberapa lama ponselku kembali berbunyi.

Gerfino Renanda : Re, ini bukan novel yang biasa kamu beli jadi jangan di baca aja!

Aku hanya tersenyum memandangi pesan itu. Sedetik kemudian ponsel kembali berbunyi. Kali ini tanda panggilan masuk.

Ge's calling...

Aku memilih untuk mengabaikan panggilannya. Dan memilih untuk tidur.

***
21 Missed call
11 Message Received
4 Line

Aku mengernyitkan dahi sejenak ketika melihat layar ponselku. Semua pemberitahuan berasal dari seseorang yang bernama Gerfino Renanda. Niat banget tuh anak!

Aku mencoba menekan nomornya dan mencoba menghubunginya. Dan nada panggilan tidak terjawabpun yang menjawab telfonku. Yap! Jelas saja ini pukul 04:56 am. Mana mungkin Ge sudah bangun.

Tak selang beberapa lama nada panggilan masukku berbunyi. Masih dari orang yang sama.

Ge's Calling...

"Halo"

"Reeeee..." Seru seorang dari seberang dengan suara khas orang bangun tidur dan nafas leganya.

"Kamu udah bangun ?"

"Boro-boro bangun tidur aja engga. Aku kepikiran kamu. Aku takut kamu kenapa-kenapa." Ujarnya dengan suara khawatir

"Kamu kenapa gak tidur sih ? Emang hari ini gak sekolah ? Nanti kalo kamu ngantuk disekolah gimana ? Jangan sok kaya superhero deh--"

"Kamu gak papa kan ?" Tanyanya memotong pembicaraanku.

"Kalo aku ngomong tuh dengerin dulu jangan asal potong-potong aja. Kamu tau gak sih. Kalo kamu sakit nanti siapa yang repot ? Siapa yang panik ? Siapa yang harus ngerawat kamu coba ?"

"Iya aku minta maaf" sahutnya dengan suara lirih.

"Aku gakpapa kok."

"Syukurlah. Aku lega sekarang"

"Yaudah aku mau siap-siap buat sekolah"

"Aku ngantuk sekarang"

"Bodo!" Kemudian aku mematikan sambungan telfonku. Dan bersiap-siap ke sekolah.

***

Ge POV

Gue hanya tersenyum mendengar perkataan Rere sebelum dia mematikan sambungannya. Syukurlah dia gak kenapa-kenapa.

Walaupun gue gak tidur semalaman karena sibuk mikirin keadaannya dan nyepam ponselnya. Gue gak perduli. Karena keadaannya emang selalu jauh lebih penting buat gue.

Gue pun melirik jam 05:02 am. Masih ada waktu buat sekedar memejamkan mata. Dan saat itu gak tau kenapa mata gue berat banget dan guepun tidur.

***

"GEEEEEEE" jerit seorang perempuan tepat ditelinga gue. Yang membuat gue terbangun dari tidur.

Gue mengerjapkan mata beberapa kali sampai gue benar-benar tersadar. Dan itu adalah Rere dengan wajah siap menerkamnya dan disampingnya juga ada Refal dan Kinar.

"Apaan si ?" Tanya gue polos. Gue gak tau apa yang ngebuat mereka dateng kesini padahal kan gue benar-benar baru tidur.

"Apaan-apaan ? Kamu kenapa enggak sekolah ?" Tanya Rere sok galak.

"Aku baru mau siap-si..." gue melirik jam dan setelah itu gue nyengir-nyengir sendiri. Jam menunjukan pukul 14:53. Ett dah kebo banget kali gue.

"Apa ?" Tanya Rere lagi.

"Hehe.. maaf ketiduran" Seru gue santai.

"Kebo banget si lo Ge gilaaa" ledek Kinar.

Guepun langsung menarik Rere duduk disamping gue dan menjadikan dia tersangka atas kejadian ini.

"Nih nih.. pelakunya. Dia yang bikin gue gak bisa tidur semaleman." Sambil menunjuk Rere.

"Kok gue ?" Tanyanya polos.

"Iya coba aja kalo kamu bales satu aja pesan aku gak akan kaya gini kejadiannya." Bela gue.

"Yee lagian salah sendiri kamu. Sok sok nyi--" Seru dia kemudian diam.

"Makanya kalo belum siap jangan asal cium-cium aja" Ujar Kinar.

Tau dari mana dia kalo gue-rere-semalem. Gue langsung menoleh kearah Rere. Dia senyum-senyum gak jelas.

"KINAAAARRRRR!!!!" Jerit Rere membuat seluruh isi rumah gue gempar.

Childish!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang