BAB 7

90.6K 4.8K 575
                                    

Playlist

Bunga Citra Lestari - Kecewa

***

Tiga bulan kemudian...

"Mbak, menu yang ini mau kapan kita coba?" tanya Laras kala aku tengah sibuk mencatat resep makanan yang rencananya akan menjadi menu baru di kedai.

"Kalau ada bahannya, kalian bisa mulai."

"Nggak sama Mbak Raya aja?" Laras duduk di sampingku sambil memegang lembar kertas berisi menu baru yang pernah aku buat sebulan yang lalu. "Biasanya kan yang coba suka Mbak duluan, udah itu enak atau nggaknya kita meeting lagi."

"Kalian ajalah," aku mengibaskan sebelah tangan sambil menatap Laras. "Aku sibuk nih. Nggak akan ada waktu, selain ngurus keuangan kedai, aku juga mesti ngurus Aryan."

Kedaiku memang nggak ada akuntan sama sekali. Cuma dua orang kasir dan masalah perhitungan uang, tetap aku yang melakukannya. Sudah bekerja di dapur, aku juga turun di bagian keuangan juga. Tapi setelah menikah, aku sengaja mengurangi kerja di dapur dan membiarkan Laras beserta dua orang karywanku yang lainnya saja bertugas di sana.

"Mbak yakin percaya sama kami?"

Aku mengangguk tegas. "Yakin, Laras. Kamu kerja di sini udah berapa lama sih? Udah setahun, masa nggak bisa? Aku percaya sama kalian semua. Kalau udah selesai, kalian tinggal presentasikan ke aku."

Laras mengehala napas panjang. "Ya udah kalau begitu. Nanti aku sama yang lainnya mulai coba kalau lagi santai."

"Oke, aku tunggu hasilnya, ya."

Selang lima menit, Dandi dan Meysa datang mengunjungi kedaiku. Aku menyambut mereka dengan pelukan seperti bisa dan kami bertiga langsung duduk. Ada banyak sekali yang mau aku ceritakan kepada mereka berdua. Segala keluh kesah yang sudah menumpuk selama tiga bulan pernikahanku dengan Mas Bara harus aku ceritakan pada mereka. Siapa tahu, mereka punya solusi sehingga aku nggak larut dengan pikiranku sendiri.

"Jadi, apa yang mau kamu ceritain sama kira-kita?" Meysa menyeruput lemon mojito. Dari sekian banyak minuman yang ada di kedaiku, lemon mojito adalah favoritnya dan nggak pernah berubah sampai sekarang.

"Kamu ada masalah sama... rumah tangga?" Dandi ikut bertanya.

Aku mengembuskan napas berat seraya menyandarkan tubuh pada punggung kursi. "Aku nggak tahu sih, apa ini termasuk masalah rumah tangga atau nggak. Selama tiga bulan aku nikah sama Mas Bara, sampai detik ini kami belum ngelakuinnya."

Meysa mengerutkan kening. "Ngelakuin apa?"

"Make love," jawabku sambil memijit pelipisku yang seketika terasa pening. "Aku nggak tahu masalahnya di mana, tapi Mas Bara bener-bener cuek banget sama masalah itu. Aku coba pancing, dia nggak bereaksi dan kayak yang menghindar gitu."

"Nggak mungkin juga kan kalau suamimu itu... gay?" ujar Dandi serius.

"Nggak lah, Dan. Nggak mungkin. He's so fucking good kisser. Masa gay sih? Waktu ciuman untuk pertama kalinya dia tegang. Jadi aku rasa nggak mungkin dia gay."

"Atau kamu menutup diri?"

Aku menatap Meysa atas pertanyaannya. "Maksudnya gimana?"

"Iya... siapa tahu ada yang salah sama kamu, Ya. Kamunya nggak mau disentuh atau belum siap."

Aku coba mengingat-ngingat, tapi aku rasa nggak pernah menolak atau menutup diri dari Mas Bara. "Nggak pernah aku kayak gitu, Mey. Aku udah pernah sengaja pakai baju seksi. Cuma pakai dalaman doang juga pernah, tapi tetap aja. Dia cuma lihat sambil nelen ludah tapi nggak berani buat menyentuhnya."

My Hottest Duda [Hottest Series#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang