Lucas menatap Athanasia yang duduk di sofa sebelahnya. Tetapi Athi selalu mengalihkan pandangannya ke arah lain, meskipun tak jarang matanya mencuri-curi pandang ke arah Lucas yang seolah tak bisa berhenti memandangnya.
"Kenapa kamu menghindari tatapanku?"
"Kamu sendiri, kenapa terus-terusan natap aku?"
"Nah, mulai kan.." Lucas mendecak bete.
"..."
"Jangan menatapku kayak gitu. Bersikaplah sewajarnya aja, Lucas."
"Kamu nggak ngaca?" Lucas sarkas.
Athi menoleh, "Apa?"
"Aku udah bersikap wajar seperti biasa. Bukannya disini kamu yang bersikap nggak wajar?"
"Ukh.."
Athi kehabisan kata untuk mengelak.
Lucas menjetikan jarinya, tiba-tiba saja sebuket bunga mawar putih sudah berada di tangannya. Ia menyodorkan ke hadapan Athi yang terbengong sendiri.
"Nih."
"Ah, a-apa ini?" Athi ragu-ragu untuk menerimanya.
"Udah. Ambil aja."
"Tiba-tiba?"
Lucas yang mulai kesal menatap Athi tajam. "Ambil atau aku buang."
Segera Athi mengambilnya, sambil bergumam. "Iya aku ambil nih! Galak banget sih."
Lucas tak menjawab. Ia lagi-lagi memandangi Athi yang sedang sibuk menghirup aroma mawar-mawar putih ditangannya.
"Kamu suka?"
Athi mengalihkan pandangannya ke arah Lucas dan tersenyum. "Suka!"
"Baguslah."
Athi terdiam beberapa detik merasa bahwa Ia begitu mudah untuk terbawa suasana. Ia bergumam dalam hati, 'akh! Kenapa aku terbawa suasana gini? Padahal kan aku lagi menghindari dia! Akh!'
"Aku pengen denger penjelasan kamu."
"Apa?"
Lucas menatapnya, "Kenapa kamu menghindari aku?"
"Gakpapa."
"Athanasia."
"Apa sih? Aku kan bilang gakpapa."
Lucas bangkit dari duduknya.
"Mau kemana kamu?" tanya Athi, tengsin.
"Aku pergi."
Lucas sedikit terkejut saat tangan Athi menarik pelan jubahnya. Saat Ia menoleh, Ia pun dibuat bingung melihat Athi yang terkejut sendiri.
"Jangan pergi dulu."
"Hoh?" Lucas tersenyum miring.
"Kenapa? Apa aku mesti harus disini sedangkan kamu terus bersikap menyebalkan?"
"Apa!?" Athi berdiri, kesal.
"Kamu menyebalkan tau! Tiba-tiba menghindari aku dan bersikap aneh. Nggak jelas!"
Athi baru kali ini melihat Lucas betulan kesal padanya. Karena tak mau malu, Athi mendecih berbalik kesal.
"Siapa disini yang nggak jelas!? Kamu yang tiba-tiba bersikap seolah gak terjadi apapun di antara kita atau, aku sendirian yang ngerasa canggung saat ada kamu!?"
Lucas terdiam, berusaha mencerna. Tetapi pikiran dan hatinya tak sampai. Ia memang jenius dan berbakat, tetapi soal cinta, jangan ditanya. Ia tidak pernah jatuh cinta sebelumnya dan saat ini pun Ia sering bertanya pada dirinya sendiri 'Apa aku benar-benar jatuh cinta padanya?'
"Setelah kamu tiba-tiba menyatakan cinta ditambah mencuri ciuman pertamaku, kamu dengan wajah sok polosmu itu betul-betul menyebalkan tau! Hah! Dasar cowok brengs*k ini!"
Lucas terdiam, baru kali ini Ia melihat Athanasia semarah ini ditambah mengatakan hal-hal yang kasar.
"Jadi ini sifat asli Tuan Putri Kesayangan Obelia? Sungguh ironis." cibirnya.
Athi menggeram marah. "Diam! Aku lagi ngomongin kamu. Bukan aku maupun sifat asliku!"
"Ya, ya, teruskan."
"Iiih!" Athi tak kuasa menahan perasaan yang bercampur aduk dalam dada. Ia tanpa sadar menangis tak tahu harus berkata apalagi.
"He-hei, kok nangis?"
"..."
Tak ada jawaban selain senggukan.
"Ayo dong marah-marah lagi, jangan nangis gini."
"Ukh! Kesel! Dasar cowok gak peka!" isak Athi.
"Gimana aku mau peka? Kamu gak kasih aku penjelasan."
"Pikir aja sendiri!"
"Kamu suruh aku mikir perasaan kamu? Aku bukan cenayang."
"Tapi kamu penyihir. Penyihir brengs*k yang mempermainkan perasaanku!"
Lucas terdiam. Benar-benar diam. Athi menangis, kali ini lebih ekspresif. Suara isak tangis Athi yang terdengar di keheningan yang canggung ini, menghilang bersamaan saat tangan Lucas menarik punggungnya, membawa kedalam peluknya.
"Athanasia."
"..."
Wajah Athi tenggelam dalam dada bidang Lucas. Ia bahkan bisa mendengar degup jantung cowok itu yang terdengar begitu tenang. Pelukan yang tiba-tiba itu tentu saja membuat Athi terkejut, tetapi disatu sisi Ia begitu amat nyaman dan tenang dalam dekapannya.
"Maaf telah membuatmu bingung. Tapi aku serius mengatakannya." kata Lucas, suaranya begitu lembut, berbeda dari biasanya.
Athi mendongak dalam pelukan itu. "Mengatakan apa?"
"Aku mencintaimu," Lucas menatapnya begitu lembut. "Bahkan sebelum aku tau apa itu cinta."
Athi terdiam.
"Terima kasih telah mencairkan hatiku yang membeku. Berkat kamu, hari-hari yang terasa amat membosankan sekarang menjadi hari-hari yang selalu aku nanti untuk bertemu denganmu. Saat bersamamu, aku belajar banyak hal yang tak bisa aku pelajari dari siapapun. Tentang ketulusan, kasih sayang, dan cinta. Terima kasih Athanasia, telah hadir di dunia ini. Aku mencintaimu, sejak dulu, saat ini, sampai akhir nanti."
Setelah mengatakan hal itu, Lucas mengecup tangan kanan Athanasia kemudian menghapus sisa air mata di wajahnya.
"Ukh.. Kamu curang, Lucas." dan Ia kembali menangis lagi, tetapi bukan kekesalan atau kemarahan yang menjadi alasan tangisnya, melainkan sebuah kebahagiaan. 💞
***
Apabat sih drama ya ini wkwk 😁
Gimme vote+komen maybe? 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
His Name Is Lucas [ Who Made Me A Princess Fanfiction ]
ФанфикLucas namanya, hobinya sering bikin Athanasia baper. Rank #1 lovestory: 08.03.20 💕