Chap. 1, Bukan Awal

422 21 0
                                        

Gracia sedikit bersyukur karena di semester yang kedua ini ia lebih sering melihat kakaknya diam dan tidak berusaha mengenalnya di depan orang-orang. Walau terkadang merekalah yang biasanya memancingnya untuk kesal jika di tanyai soal Viny yang sifatnya berubah itu.

"Jujur, gue kangen banget main ke rumah lu"
"Nope. Lagi males pokoknya sama kak Viny"
"Belum akur juga kalian. Yaampun"

Kepergian orang tuanya di hitung genap dua bulan. Dan pertemuannya dengan Viny rentang satu bulan yang akhirnya jarang bertemu karena waktunya di habiskan dengan acara kampus, sedangkan kakaknya merenung di kamar seperti orang depresi. Ia dan teman dekatnya yang bernama Anin itu berjalan ke kantin sambil mengobrol soal dosen baru yang mengajar mereka di semester kedua itu.

"Eh, Nin. Liat deh, lu kenal tu cewek gak?"

Perempuan bernama lengkap Anindhita Rahma Cahyadi tersebut menoleh ke arah yang di tunjuk Gracia dan melihat sesosok wanita cantik nan sempurna dengan senyumnya yang indah itu. Anin mengerjapkan mata sambil memanyunkan bibir tak percaya.

"Sumpah cantik banget tu orang"

"Lu kenal kagak?"

"Gak lah. Lu aja yang kenalan"

"Tadi pagi gue ga sengaja nabrak dia, tau ga sih lo. Keknya gue pernah ketemu dia deh sebelumnya"

"Ye.. Ngimpi kali! Orang keknya dia anak baru. Sejak kapan lo ketemu dia kalo hidup mati lo cuma ada di kampus"

"Ya emang gue ketemunya di mimpi"

Sahut Gracia tanpa ragu yang malah mengakibatkan kebingungan terhadap gadis dengan rambut panjangnya yang menjuntai di atas bahunya. Sejenak Gracia menatap perempuan di seberang sedang mengambil makanan kantin dengan saksama. Ia mengamati tiap detil wajah cantiknya.

"Eh, kak Viny! Sini!"
"What-- Anin!"

Langsung saja raut muka Gracia berubah menjadi masam dan kesal sekali terhadap sahabatnya, Anin. Seketika Viny yang di panggil pun berjalan ke arah meja kedua gadis yang saling memalingkan wajah tersebut dan duduk di depan Gracia dengan mantap. Gracia yang masih mengamati perempuan di seberang tadi mendapatinya berlari kecil ke arahnya dengan tiba-tiba. Senyumnya mengembang sangat senang.

"Ha--"

"Halo, Viny! Kita ketemu lagi"

Tentu saja gadis dengan rambut ala bang ke kanan tersebut langsung mengatupkan mulut seketika saat mengetahui wanita yang di tabraknya tadi pagi ternyata mengenali kakaknya. Anin hanya mengerutkan dahi heran mengapa hal itu bisa terjadi. Sedangkan Viny, ia hanya menatap balik dengan datar. Faktanya, ia sama sekali tak mengenal siapa perempuan berambut panjang yang sangat cantik itu.

"Aku boleh duduk disini?"

Tawarnya dengan senyum manis itu ke arah Gracia lembut. Sontak ia hanya mengangguk seraya menyenggol Anin untuk mengiyakan. Dan akhirnya pun ia mengatakannya dengan sederhana. Gadis itu duduk di sebelah Viny sambil terus tersenyum mengamati kakaknya.

"Oh iya, aku ingat kamu. Yang tadi pagi menabrakku 'kan?"

"Iya. Aku--"

"Gracia. Aku tau itu"

"Eh, kok.."

"Aku Shani. Senang bisa ketemu lagi ya"

Viny menatap Shani dengan penuh keheranan dalam otaknya. Kenapa wanita ini bisa mengenalinya serta adiknya. Jelas-jelas ia belum pernah bertemu dan pertanyaan soal 'ingat aku' itu terus melayang di pikirannya. Yang sedari tadi ia ingin tanyakan adalah soal kalung dengan rubi merah yang pernah di lihatnya di dalam mimpi. Ya, mimpi itu.

"Kalau kamu?"

Tanya Shani manis ke arah perempuan yang tak lain adalah Anin yang awalnya melamunkan sesuatu. Karena belum sadar, Gracia menyenggol kembali lengannya. Anin langsung mengerjapkan matanya kaget dan terkekeh kepada Shani.

"Aku Anin, sahabat Gracia"
"Sahabat?"
"I-Iya.. temen deket"

Viny melihat wajah kaku yang di sembunyikan Anin itu. Ya, sahabat Gracia adalah pembohong yang buruk soal mengekspresikan keadaan hatinya. Tetapi, Shani terus saja tersenyum seperti tidak ada yang harus di curigai. Walaupun pertanyaan yang terakhir tadi membuatnya sedikit berpikir lebih dalam. Seakan-akan Shani meragukan hubungan adiknya bersama Anin.

"Aku duluan"

Wanita berambut sebahu dengan air mukanya yang terkenal datar dan dingin itu berdiri sambil mengambil nampan bekasnya menaruh piring plastik tempatnya makan tadi. Sebelum ia mengalahkan kaki, lengannya di tahan oleh seseorang.

"Kak Viny!"

Kali ini malah Gracia yang ikut bersuara. Jikalau saja Viny tetap berjalan melewati sebuah meja dengan sekumpulan anak laki-laki yang sudah mengincarnya dari awal itu, ia akan terjatuh dengan sisa makanan yang dibawanya. Sayangnya Shani malah terkena imbasnya karena telah mencegahnya. Nampan yang dibawanya tak seimbang dan malah tumpah ke arah Shani.

"Baju Shani kotor! Kenapa sih gak bisa bersikap baik sama orang yang baru kenal"

Semprot adiknya posesif dan langsung berlari ke arah gadis berambut sepunggung yang wangi aroma chammomile tersebut. Ia mengambil tisu dari tas gantungnya dan segera saja ia membersihkan sisa makanan yang mengotori baju Shani.

"Ah, masih sama"

Lirih Shani sangat pelan sampai Viny yang masih tak memahami keadaannya itu menoleh secara kaget sembari memastikan kepada Gracia kalau adiknya itu pasti juga mendengarnya. Kejadian itu sungguh membuatnya kebingungan. Kenapa Shani bisa tau?

Bersambung..

Hei, selamat malam!
Ini adalah cerita GreVinShan pertama kali yang saya publish~!
Enjoy reading!!!

I'm DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang