Turun.
Turun.
Turunlah air mataku.
Rasa cinta itu manis. Semanis aku mempermainkan mereka.
Apakah aku boleh memiliki keduanya?
- Shani Indira Natio -
Dusta adalah sesuatu yang aku lakukan setiap hari.
Permainan waktu sangat mudah.
Ia adalah milikku...
Suasana menjadi kacau. Orang-orang yang berada di dalam gedung berkeliaran keluar dan langsung menghindari perempuan berambut panjang yang berpakaian super aneh itu. Gracia yang mundur perlahan hanya bisa menelan ludah takut dan kebingungan apa yang harus ia lakukan pada saat itu juga. Orang di depannya tersenyum menyeringai.
"Aku kecewa padamu. Sosok Grasiya yang di ceritakan tak sepenakut ini" "Mau apa sih lo?!"
Gadis yang membawa beberapa buku itu pun terjatuh akibat berusaha lari secara mundur. Buku-bukunya berserakan. Ia berjongkok ingin mengambilnya perlahan.
"Oh ya. Salam kenal, aku Travels silver tercantik. Namaku Aya. Senang bertemu denganmu, perusak sejarah"
Gracia tambah kalut mengingat keadaan yang semakin sepi dan orang-orang telah berlalu meninggalkannya. Melihat ke kanan dan ke kiri pun tak sempat. Entah mengapa ia merasa sangat terancam meski tak tau apa yang akan perempuan aneh di depannya itu lakukan. Lalu angin berhembus sangat kencang menerpa wajahnya.
"Kejutan"
Seseorang datang dan mencekik leher Aya dengan spontan. Gracia membelalak hebat ketika melihat siapa pelakunya. Tentu saja, Aya melotot panik dan berusaha lepas.
"Kau ini meresahkan"
Ucap gadis itu lagi. Ya, orang itu adalah Shani. Dia tersenyum tipis sesaat kemudian mengeluarkan pistol dari saku belakangnya. Gracia bahkan baru menyadari ada benda seperti itu di bawa oleh Shani. Lalu pistol itu di arahkan tepat ke kepala Aya dan tanpa banyak bicara lagi, bunyi tembakan melambung keras di angkasa meninggalkan hening asa.
"Kamu baik-baik aja?"
"Shan? Bagaiman- kamu.. Bis--"
"Sstt, kamu lagi panik. Aku bantu bereskan buku-buku ini"
"Tapi, cewek itu.. mati dan kamu.."
Shani menghela nafas sejenak sembari memunguti buku yang masih tersisa di dekatnya. Perempuan yang masih tak percaya dengan apa yang di lihatnya itu terus menerus menatapnya.
"Iya, aku membunuhnya"
Respon Shani meski Gracia tak mengatakan apapun. Seakan bisa membaca pikirannya, Gracia tetap saja panik karena ini kali pertama ia melihat pembunuhan secara langsung di depan matanya. Lalu, seseorang datang dan menemui mereka berdua dengan tatapan yang berbeda. Viny mengerutkan dahi. Ia melihat apa yang Shani perbuat tadi.
"Jika kalian mengetahui siapa aku, maka hal ini harus kalian terima tanpa akal lagi. Tak perlu pusingkan hukum. Dia bukan manusia"
Gadis berambut panjang tersebut mendekati mayat yang kini terbujur kaku menyatu dengan tanah. Ia mencabut paksa sebuah kain silver yang berada di kerah mayat itu.
"Travels Silver. Atau penjelajah waktu kelas 1, mereka mengincarku. Karena aku dari masa lalu datang ke masa sekarang"
Viny merasakan keanehan sebentar, ia tak lagi kedinginan akibat angin sore. Malahan ia merasa seperti hampa dan mati rasa. Ucapan Shani membuatnya berpikir lagi apa maksud dari semua itu. Bagaimana caranya orang dari masa lampau kembali hadir di masa sekarang? Apakah mesin penjelajah waktu itu nyata? Ataukah ini hanya rekayasa?
"Berapa banyak mereka itu?" "Sama seperti manusia, tak terhingga" "Sebanyak itu hanya untuk mengejarmu?"
Gracia bertanya lagi. Ia satu-satunya orang yang mempercayai Shani sekarang. Meskipun Viny juga begitu, tetapi perempuan manis itu lebih penasaran asal usul Shani ini.
"Ada korban di dalam gedung. Aku ingin menemuinya"
Baru saja Gracia mencuri kesempatan untuk berbicara dengan Shani, gadis itu sudah melenggang pergi masuk ke dalam gedung. Sambil berdecih ia ikut berlari menyusulnya tanpa mempedulikan Viny yang menatapnya sedari tadi dengan ekspresi mengkhawatirkan. Viny yang ragu ingin mengikuti jejak mereka berdua akhirnya terpaksa berjalan pelan membuntutinya.
"Hm, penyihir"
Gerutu Shani dengan mimik muka seperti tidak menyukai sosok itu. Gracia menaikkan alisnya sambil berpikir sejenak tentang ucapan Shani.
"Tunggu, ada penyihir juga disini?!" "Sepertinya.."
Gracia memikirkan sesuatu yang telah dibacanya juga mengenai penyihir di Eropa waktu itu bersama Anin. Ia merasa sepertinya semuanya mulai berhubungan. Perempuan cantik dengan raut muka dingin itu melihat lengan seseorang yang tergeletak mati bersimbah darah memiliki tanda bergambarkan bintang dengan sebuah lingkaran di luarnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa semua penyihir berasal dari eropa?"
Celetuk Gracia seketika Shani langsung menoleh menatap gadis itu heran. Ia sungguh terkejut Gracia sudah banyak mengetahui sesuatu tentangnya disini.
"Tidak semua. Tapi bagaimana kau tau?"
Gracia pura-pura mengalihkan pandangannya takut Shani akan risih kepadanya karena selama ini dirinya mencari tau soal Shani bahkan asal-usulnya yang tak tau entah bagaimana selalu muncul dalam mimpinya. Di samping itu, Viny datang di tengah-tengah percakapan mereka. Matanya langsung menuju ke mayat di sebelah Shani.
Bersambung...
Hellooo~ Kangen banget ngelanjutin GreVinShan ini Sampe lupa jalan ceritanya kaya gimana :') Makasih buat yang selalu setia nunggu update an cerita ini, wuff yu!