Chap. 9, Gubug Kecil

94 6 0
                                        

Warning 18+!!!

Viny Pov's//

Matahari terbit dari timur, menerawang pepohonan yang menghalangi jarak pandangku tentang seisi hutan. Di sampingku, seorang gadis dengan rambutnya yang tergerai masih terlelap dari tidur manisnya. Aku mendekatkan wajahku padanya, menciumi pucuk kepala sang gadis. Ia menggeliat, seakan tau aku mengganggunya di alam mimpi. Seutas senyum merekah dari bibirku.

Pakaian yang dingin memberitahu, bahwa semalam kami sepertinya habis kehujanan. Basah. Di gubug kecil tempat kami bernaung, serasa sedang kabur dari sesuatu. Suara muncul di sela-sela lamunanku.

"Viny.."

Suara yang menyejukkan hatiku. Kembali aku mengecup pucuk rambutnya berulang kali dengan hangat. Melihatnya terbangun di sebelahku membuatku bersyukur bisa berada dengan wanita yang sangat aku cintai.

"Kita harus kembali, tuan Nattio akan memenggal saya jika tau, bahwa saya yang mengajak anda pergi", Aku duduk membelakangi tubuhnya yang masih terbaring.

Perlahan aku mendengar derit bambu dari gubug kecil ini berbunyi tanda putri Shani bergerak mendekatiku. Ia memelukku dari belakang dan menelisik ke leherku. Aku sedikit tersentak di buatnya, namun aroma khas darinya tak bisa membuatku mengelak. Ia masih mempertahankan rengkuhannya disana.

Bisikan tipis terdengar jelas melewati telingaku, "Kamu tidak mengajakku kemana-mana, Viny Filagra. Aku hanya mendatangi kebahagiaanku".

"Putri.."

"Aku lebih penasaran dengan apa yang akan kau jelaskan pada adikmu, hihi"

Aku melenguh lesu. Aku sedikit kecewa jika pada saat-saat seperti ini, ia menyebut nama Gracia yang membuat perasaanku menjadi kacau. Aku mendesah setelahnya, dan berdiri menghadap putri Shani yang memandangiku dengan sinar matanya yang indah.

"Saya antarkan putri pulang"

"Bisakah kita pergi dari sini?", pintanya membuatku lemah kembali. Raut mukanya yang polos dan nampak sangat perlu di beri kasih sayang itu selalu berhasil mengalahkanku.

Aku menelan ludah melihat ujung bibirnya yang menurun. Benar-benar lucu.

"Gracia akan murka jika tau saya melakukan ini",

Aku menarik wajah gadis cantik di depanku itu dan mencium bibirnya. "Lalu kenapa kamu melakukannya?", nafasnya terengah namun tetap merespon ucapanku. Dan itu mengesalkan, karena godaannya selalu berhasil menumbangkanku.

Ia wanita yang sangat berbeda diantara lainnya. Banyak hal darinya yang tak akan mungkin bisa ku lupakan.

*****

Author Pov's//

Keringat dingin bercucuran melewati sela-sela pelipis Viny yang baru terbangun dari mimpi panjangnya. Ia mengatur nafasnya yang seperti berlomba mencari oksigen. Sejenak, ia menoleh ke arah jam weker yang berada di atas meja di samping tempat tidur.

Tak lama, ia menyadari seseorang masuk ke dalam kamarnya. Shani berdiri membawa baskom berisi air hangat serta handuk yang telah di basahinya untuk mengompres.

"Aku tidak membangunkanmu untuk kuliah. Sepertinya kamu demam"

Ucapnya dengan halus. Shani mendekat ke arah Viny dan duduk di tepi kasur. Mengingat mimpi yang sedikit mendebarkan semalam, Viny berusaha menjaga jarak. Ia seperti menolak perhatian dari Shani yang tidak mengerti apa yang telah terjadi pada perempuan itu.

"Aku baik-baik saja"

"Tidak, tidak. Vin-- maksudku kak Viny. Kau demam. Semalam kamu mengerang terus-terusan dan aku mendengarnya"

"A-Aku mengerang? Kenapa?", Viny langsung panik seketika dan mencoba mengingat-ingat mimpi yang telah di lewatinya.

"Aku tidak tau"

Shani tidak mengatakan apapun kecuali tetap berusaha merawat Viny yang sekujur badannya sedang panas. Viny tidak bisa menolak, meski ia merasa bahwa sebetulnya ia tidak sakit.

Viny menghela nafas lelah, "Kamu ga harus lakuin ini".

Hari ini Shani tidak banyak bicara maupun protes, ia terlihat sangat khawatir dengan keadaan Viny saat ini. Mengetahui gelagatnya itu, Viny berusaha untuk tidak memberikan penilaian buruk kepada gadis yang menjadi tokoh utama di dalam mimpinya semalam. Ia masih takut dan kebingungan.

Melihat Shani yang hanya diam dan memeras kain handuk yang basah untuknya, membuatnya menyadari sesuatu. Ya, ada sesuatu yang bergejolak di hatinya entah apa itu. Siluetnya yang kontras membuatnya tidak bisa membedakan bahwa mimpi semalam bukanlah hanya sekedar mimpi. Ia seperti pernah melalukan hal itu sebelumnya. Tidak tau kapan, dimana, dan alasan ia merasa jika Shani adalah orang yang menggetarkan hati dan pikirannya.

"Kamu mau ngomong?", kata Shani memecah keheningan.

Viny sampai tidak sadar bahwa ia hanyut oleh sosok yang berhadapan dengannya sekarang. Ia menjadi menatap wanita itu lekat-lekat.

"Emm, nggak"

"Kamu takut aku denger kamu ngigau semalem?"

"Sebenernya iya"

"Aku denger semuanya"

Viny menjadi panik kembali, "A-Aku bilang apa?!".

Shani tertawa kecil kepadanya.

"Kamu nyebut nama aku"

"Nama.. kamu?"

Viny gugup bukan kepalang, ia berusaha untuk tidak menunjukkan ekspresi takutnya untuk menyembunyikan rahasia yang ada dalam mimpinya semalam.

"Aku nyebut nama kamu ya?"

"Haha, becanda. Kamu ngigau lagi presentasi"

"Dih, aku serius!", Viny seperti kehilangan tenaga menanggapi Shani. Ia sudah duluan berpikiran negatif.

"Memangnya ada apa? Kamu mimpiin aku ya?"

Kali ini Viny diam seribu bahasa. Ia tidak tau harus menjawab apa, karena ia tidak bisa berbohong soal apapun.

Bersambung...

Halooo apa kabar semuaaaaa semoga sehat selalu ya❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang