"Kalian.. baik-baik saja?"
Viny menelan ludahnya saat kedua orang yang sedang bercakap-cakap tadi langsung menoleh menatapnya. Yah, meskipun gengsi untuk bilang ingin tau lebih soal Shani.
"Aku selalu baik kalo ada kak Viny"
Gracia mencibirkan mulutnya melihat Shani yang tersenyum tulus ke arah kakaknya yang begitu menyebalkan telah menganggu waktu romantis mereka. Namun, ia cukup bersyukur Viny menjadi peralihan Shani yang hampir saja membuatnya gugup karena sudah pasti ia akan salah tingkah jika ditanya ia cukup tau dengan hal yang berkaitan dengan Shani.
"Ekhem, ya.. lo ga balik rumah? Katanya ga pengen ikutan"
"Aku ketemu Shani di taman deket gedung sebelah tadi"
"So? Pulang lah sekarang. Udah kan ketemunya"
"Aku juga pengen tau apa yang terjadi, Ge"
"Gabisa, pokoknya--"
"Ssssttt, yang berisik aku cium satu-satu nanti", Shani menyela ucapan Gracia yang sontak membuat kedua kakak beradik itu membelakakan mata karena terkejut mendengarnya. Perempuan cantik berambut panjang tersebut menatap mereka bingung.
"Mau dong"
"Aku sebenernya ma--"Viny mengalihkan pandangannya ke langit-langit. Entah mengapa ia merasa tidak canggung mengobrol begini dan malahan merasa seperti pernah terjadi sebelum-sebelumnya. Ia dan Gracia tidak melanjutkan perkataan mereka dan membiarkan keheningan membuat suasana menjadi tambah sepi. Shani akhirnya tertawa kecil mendengar jawaban mereka.
"Aku boleh nginep di rumah kalian?", Shani bertanya dengan nada yang sedikit terang di banding sebelumnya yang berat.
"Ngga", Viny menolak. Namun, di samping itu Gracia mengerutkan dahinya dan berkata, "Boleh dong. Nanti Shani tidur sekamar sama aku ya"
Viny menyipitkan matanya merasa tidak terima dengan keputusan adiknya. Kemudian melipatkan tangannya sambil menatap lekat-lekat Gracia.
"Jadi, kamu yang menanggung biaya makan, listrik, air, bensin, dan lain-lainnya?"
"Iya, gue semua yang nanggung. Kenapa?"
"Yang di rumah cuma bukan kamu. Aku menolak"
"Sekamar sama gue kak, ga bakalan ganggu lo kali"
"Justru kalo ku bolehin tinggal pun, sama sekali gaboleh sekamar sama kamu"
Shani tertawa pecah mendengar perdebatan itu. Bahkan ia sampai menyeka air mata yang keluar saking tak kuasanya menahan tawa melihat kedua gadis yang ada didepannya ini mengingatkan akan dua orang yang sangat dicarinya. Ia merindukan masa-masa ini, salah satu alasan dia datang lagi adalah melihat mereka memperebutkannya kembali.
"Akan kutanggung sendiri. Kak Viny, apa aku tetap tak boleh tinggal di rumah kalian?"
Lirikan mata Shani membuatnya teduh. Viny mengambil nafas mencoba untuk tidak banyak menatap dan melamun karena saking indahnya paras perempuan itu.
"Hmp, iya. Boleh"
"Nnnahhhhhh, gitu kek daritadi kak!", Gracia bahagia mendengar jawaban itu bahkan sampai selebrasi dengan memeluk Shani tanpa sadar. Yah, serta mencari kesempatan.
"Ekhem"
Viny berdehem melihat pemandangan itu namun tak dipedulikannya Gracia yang pura-pura tersenyum bahagia sambil memeluk Shani. Shani, menoleh memperhatikan wajah kesal Viny dan hanya dibalasnya dengan senyuman tipis tanpa mengucapkan apapun. Ia membiarkan Gracia yang modus memeluknya untuk waktu yang cukup lama itu.
*****
Anin Pov's//
Ah, kenapa gue jadi ikutan kepo kaya Gracia ya. Perasaan gue doang? Atau akhir-akhir ini mimpi gue makin absurd dan ga jelas. Anehnya lagi.. nyambung dari hari Gracia kasih tau tentang buku itu.
"Ya kalo perasaan gue doang sih kayaknya ga harus sampe sejanggal ini sih.. di tambah, Shani.."
Yes, pertemuan gue sama tu gadis sempurna yang wanginya kaya kembang surga bikin semuanya jadi tambah nyambung. Kalung itu, panggilan dia ke kakaknya Gracia.. Dan juga, tatapan dia ke gue mirip banget sama cewe yang lagi megang rambut mayat di mimpi gue! Astaga, kok gue ngerasa jadi bisa ngelihat setan sih. Telfon Gracia apa ya?
"Ah, mana udah malem banget lagi", Tapi gue tetep bersikukuh untuk menghubungi Gracia malam ini. Yang ada ga bakalan bisa tidur sih kalo kepikiran mulu.
(Di Telepon)
Anin: Halo, ge?
Gracia: Iya, Nin? Kenapa ni?
Anin: Ge gue gabisa tidur
Gracia: Ye anjir lu kira gua pacarlu
Anin: Ngga gitu Gracia konsepnya. Gue lagi ada yang dipikirin nih
Gracia: Mikir apaan? Tugas? Atau tagihan utang?
Anin: Ish serius dikit napa. Gue serius ini, bener-bener lagi butuh lu
Gracia: Iya-iya apaan sih emang?
Anin: Gue kok ngerasa aneh ya akhir-akhir ini. Gue sering banget mimpi hutan yang waktu itu gue ceritain ke lu yang pas itu suruh baca apaan dah gatau bahasa apa
Gracia: Bahasa yunani? Eh, eropa? Apa yah..
Anin: Nah iya! Itu pokoknya dah. Gue mimpi itu berturut-turut dan nyambung ceritanya, dari gue yang bacain tu kalimat terus ngelihat mayat banyak bat di sekitaran gue terus ada Shani yang nyeret salah satu rambut mayatnya
Gracia: Shani? Ngapain lo mimpiin Shani?
Anin: Iya gue beneran mimpiin Shani! Dia tuh ya--
Gracia: (Ge? Lagi ngomong sama siapa?) Eh, Shan.. ini Anin telfon katanya lagi gabisa tidur (Anin? Tutup teleponnya) Hah? Kenapa? (Tutup teleponnya)
Anin: Ge? Halo? Ge itu suara siapa?
Hah yang bener aja di matiin?! Demi apa ga sopan banget. Itu tadi suara Shani gasih? Atau gue salah denger ya. Arghhhh takut!
Bersambung...
Hewooo~
Ci Shani cakep banget gasih guys apalagi pengumuman dia jadi kapten T_T
Asli ikutan seneng bangetttt
Btw, makasih ya buat kalian-kalian yang udah mampir!

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Different
FanfictionTurun. Turun. Turunlah air mataku. Rasa cinta itu manis. Semanis aku mempermainkan mereka. Apakah aku boleh memiliki keduanya? - Shani Indira Natio - Dusta adalah sesuatu yang aku lakukan setiap hari. Permainan waktu sangat mudah. Ia adalah milikku...