"Nona Shani! Nona Shani! Filagra bersaudara sudah datang!"
Gadis berambut pirang dengan mahkota khas putri kerajaan itu menoleh mendengar suara wanita paruh baya yang kegirangan menyampaikan kabar baik kepadanya. Shani Indira Natio tersenyum sambil mengangguk memahaminya. Ia berjalan mengikuti wanita itu perlahan.
"Waktumu cuma sampai tengah hari, kakak"
"Siapa yang menyuruhmu menuruti perkataan Ayah?"
"Aku selalu setuju jika itu menguntungkan bagiku"
Baru saja Shani melangkahkan kaki keluar dari pintu utama istana sembari mengangkat roknya yang panjang dan mekar tersebut. Ia melihat dua orang gadis sedang bertengkar tanpa ia ketahui penyebabnya.
"Hai, Filagra bersaudara"
Tuturnya pelan menghadap salah seorang perempuan berambut panjang mengenakan pakaian bangsawan yang tak asing di matanya. Bangsawan yang dekat dengan daerahnya dan berniat berkunjung ke istananya. Shani melontarkan senyum hangat yang di milikinya kepada kedua gadis yang saling menatap tersebut.
"Hello, princess Indira. Glad to see you"
Sapa manis perempuan yang sedari tadi di pandangnya tersebut. Mereka berdua memberikan salam hormat kepada sang putri seperti biasanya jika bangsawan bertemu orang penting. Shani terkekeh rapuh melihat sapaan itu.
"Oke, hari ini siapa yang akan menemaniku?"
"Aku" (Bicara berbarengan)
"Ah~ lagi? Haha.."
"Hari ini adalah tugas saya, putri Shani. Dia ada kegiatan untuk siang hari nanti. Saya berkenan menemani anda sepanjang hari"
Sahut gadis yang memakai topi andalannya itu kepada Shani yang hanya mengangguk mengerti. Ia melirik ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada yang menguping atau bahkan mengintip pembicaraan mereka. Kemudian, sang putri menggenggam tangan perempuan bertopi bangsawan tersebut.
"Dengan senang hati, Gracia"
Shani menarik genggamannya menuju taman di depan istana dan bermain-main disana. Sedangkan, gadis berambut panjang yang mengenakan kalung rubi merah itu hanya melihat pemandangan itu dengan kecewa.
"Jadi, alasan apa lagi yang kakakmu berikan?"
"Putri tau? Dia berencana membantu Velexy memetik bunga safron di padang dekat sungai utara"
"Tuan Filagra tidak curiga?"
"Tentu saja curiga! Tetapi, saya ikut membantunya berbicara sehingga kami di perbolehkan pergi"
"Mengapa kamu membantunya jika yang menemaniku hari ini hanya kamu?"
"Karena saya hanya ingin ia tenang. Berbohong adalah kelemahannya. Sekaligus melihat putri bersama saya adalah kebanggaan tersendiri"
/////////////////////////////////////////////////////////////
Gracia's Pov//
Aku terbangun di tengah malam lagi dengan basah kuyup keringat dingin yang membanjiri tubuhku. Aku yakin aku memimpikannya. Namanya seolah membekas di otak dan aku tak mungkin berkhayal soal dirinya. Aku sudah sering memimpikannya sebelum bertemu dengannya kemarin. Dan saat mengetahui namanya, mimpi aneh mulai muncul.
"Ah, haus banget lagi"
Gerutuku kesal karena lagi-lagi terbangun di tengah malam dengan perasaan yang tidak baik. Entah mengapa rasanya melelahkan sekali setelah bermimpi selama itu. Aku menuruni tangga menuju dapur untuk mengambil segelas air.
"Gak! Gak!"
Aku kaget mendengar suara itu di suasana semencekam ini sendirian. Tetapi, aku baru sadar bahwa itu adalah suara kakakku yang mengigau dari kamarnya. Aku berjalan menuju kamar yang lumayan luas di samping ruang tamu dan menemukan sosok perempuan paling menyebalkan yang pernah ada di dunia. Ia sedang mengigau sesuatu yang tidak jelas.
"Gak! GAK MAU!"
"Kak, bangun. Kak bangun dulu"
"A..Ahh, bukan--"
"Kak Viny!"
Aku sedikit panik karena ia tidak mau bangun walau sudah aku goyang-goyangkan badannya. Namun, tak lama akhirnya ia terbangun dengan perasaan terkejut. Aku sedikit bernafas lega, yaa.. setidaknya jangan mati karena itu merepotkanku.
"Nih minum"
"Ke..Kenapa"
"Lu ngigau tau"
Ujarku sambil memicingkan mata melihatnya bertingkah seolah-olah kebingungan melihat kehadiranku yang seperti tamu tak di undang itu. Aku pernah membangunkan dirinya yang mengigau pada siang hari. Jika malam hari baru kali ini ku temui dan itu sangat menyeramkan. Untungnya, aku itu manusia baik-baik walau sedikit agak panik.
"Makasih"
"Gak perlu"
Aku pergi meninggalkannya yang baru sadar dari mimpi.. mungkin buruk? Aku tertawa dalam hati karena seorang Ratu Vienny Fitrilya bisa mimpi buruk. Itu hal yang mengagetkan bukan.
*SKIP*
"Parah parah astaga, Ge. Masa ya, mantannya Michelle pacaran sama si ketua cheerleaders sih"
Yah, padahal aku buru-buru. Tapi, gadis berambut panjang bergelombang ini masih saja membuntutiku yang sibuk. Ketahuilah, hari ini aku ada presentasi dan dia malah santai-santainya mengajakku gosip di pagi hari. Aku menarik nafas panjang mendengarnya berceloteh.
"Eh, lu kalo mau bantu dulu boleh. Ceritanya nanti"
"Dih. Ogah banget. Kan gue pengen nge gosip aja ketemu lo. Nih ya gue kasih tau lagi, masa ya---"
Masih berlanjut dan kekesalanku mulai muncul di banding keingintahuanku mengenai cerita yang katanya menegangkan itu. Dan akhirnya aku selesai mengambil flashdisk dari tasku yang berantakan itu. Tiba-tiba..
"Woe! Ahelah diem aja di ajak ngomong"
"Nin, Kayla presentasi hari ini bahas apa?"
"Sejarah kerajaan di Eropa. Kenapa?"
Aku terdiam memikirkan banyak hal. Kertas yang aku bawa banyak dengan gambar kerajaan.
Bersambung..
Pendapat kalian tentang jalan cerita fanfict ini? Komen komen yaaaa~!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Different
FanfictionTurun. Turun. Turunlah air mataku. Rasa cinta itu manis. Semanis aku mempermainkan mereka. Apakah aku boleh memiliki keduanya? - Shani Indira Natio - Dusta adalah sesuatu yang aku lakukan setiap hari. Permainan waktu sangat mudah. Ia adalah milikku...
