Author Pov's//
"Pokoknya mimpiku the best lah daripada punya kakak"
Kedua perempuan ini masih saling bercerita sampai jam menunjukan pukul 12 malam. Mereka terlalu asyik hingga tak memperhatikan waktu. Khususnya kepada Viny yang masih memikirkan semua mimpinya dan mimpi adiknya yang bersambungan itu. Selain Shani yang menjadi tokoh misterius di mimpi mereka, namun alur ceritanya ada yang hampir sama.
"Tapi yang masih aku bingungin, untuk apa mimpi-mimpi itu?"
"Ribet amat dah-, ya intinya ini kebetulan. Eh bukan, keajaiban malah!"
"Serius? Terjadi sama kita aja?"
"Iya kak Viny. Emang kenapa sih kalo beneran kejadian.."
Gadis berambut sebahu itu menggigit bibirnya menunjukkan perasaan ragu di hatinya. Ia sama sekali masih tak mengerti mengapa mimpi itu selalu hadir dan seakan menunjukkan sesuatu kepadanya dan juga Gracia. Ia selalu merasa aneh memikirkannya.
"Kamu, beneran percaya dia cinta sama kamu?"
Gracia memandang kedua mata kakaknya yang menanyakan pertanyaan itu dengan polos. Ia tak menceritakan keseluruhan mimpinya karena banyak sekali adegan yang menurutnya hanya dia yang boleh tau. Meski begitu, ia tentu saja mencintai Shani di mimpi maupun dunia nyata. Tetapi, sepertinya Viny mempunyai perasaan yang berbeda.
"Jelaslah. Dia emang bener-bener cinta sama aku"
"Dia 'kan cewek"
"Kak, masa ga ingat aku pernah cerita ini ke mama pas masih SD dan mereka ga percaya? Aku udah mimpiin dia dari lama! Ga mungkin lah aku pura-pura"Benar juga. Ucap Viny dalam hati. Perempuan berambut bergelombang itu memberikan ekspresi sedikit kesal kepadanya karena telah mempertanyakan sesuatu yang dulu pernah menjadi pertengkaran antara adik dan mamanya tersebut.
"Ini aneh. Dia juga bilang kalo dia suka sama aku"
"Hmp-- aku tau kok. Dia pernah bilang juga di mimpi, tapi aku yakin dia paling cinta sama aku"
"Kenapa kamu percaya diri banget sih kalo dia bakalan cinta sama kamu aja, Gre?"
"Karena kakak masih normal. Meskipun kakak gak ingat apa-apa, suatu saat Shani tetap pilih aku"
Viny terdiam seribu bahasa. Gracia sangat serius dalam ucapannya. Ia memang pandai berbohong, tapi kali ini Viny percaya jika adiknya itu mengatakannya dengan jujur. Walaupun tak tau apa yang akan terjadi ke depannya, ia tetap merasa ada yang ganjal. Perasaan cinta? Ia sama sekali tak pernah merasakannya.
*****
Kelas Anin akhirnya selesai juga setelah beberapa jam ia terkurung dengan presentasi dan banyak yang harus di revisi. Perkataan Gracia benar, sangat menyebalkan jika hari sibuknya datang. Sekarang, ia berada di kantin sedang minum es sendirian.
"Woe, diem-diem bae"
Gadis bergingsul mengagetkannya yang masih menyeruput es campur sambil memperhatikan hapenya. Hampir saja Anin memukul Gracia karena saking terkejutnya. Ia selalu kesal setiap hari temannya yang seperti tiada akhlak itu menjahilinya tanpa berpikir. Kalau saja dirinya tersedak, pasti pukulan itu sudah melayang duluan.
"Awas lu ya ngagetin lagi"
"Yeee elu ngelamun kek kungkang sih. Kan gue jadi iseng"Anin hanya menggelengkan kepala melihat Gracia yang terkekeh lalu memohon maaf sebentar sebelum ia mengeluarkan beberapa buku besar ke atas meja. Ia melotot saat membaca judulnya. Sejarah, ya sejarah. Aneh sekali 'kan?
"Pinjem di perpus? Tumben banget nih yang gede-gede"
Gracia tak menghiraukan perkataan perempuan berwajah imut itu dan memilih membuka halaman yang sudah di tandainya dari rumah. Ia membacanya perlahan dan membuat keadaan sangat hening. Tidak berisik seperti sebelumnya yang hampir membuat kegaduhan tersebut. Gracia menemukan sejarah tentang Filagra bersaudara yang pernah Shani sebut.
"Fungsi lo disini apaan sih kalo gue di kacangin"
"Coba search di google dong, Nin. Arti kata ini"
"Hah? Dan lo seenak jidat nyuruh-nyuruh gue?!"
"Udahlah cariin dulu. Ntar gue jelasin"
Dengan perasaan sebal, Anin mencoba membaca sebuah kalimat yang tak pernah di bacanya itu. 'Tutti coloro che muoiono torneranno alla prossima vita'. Begitulah yang ia lihat dan setelah itu ia mencoba menerjemahkannya ke bahasa indonesia.
"Apa artinya?"
"Semua yang mati, akan kembali hadir di kehidupan selanjutnya. Gitu"Gadis dengan rambutnya yang bergelombang itu membalikkan lagi selembar dari halaman yang di bacanya tadi. Ia terdiam melihat sebuah nama yang terpampang disana. Enien Leggero Chupta. Ia tau jika marga Chupta di pakai oleh para penyihir dengan kelompok kecil di Eropa. Ia pernah mempelajarinya di kelas walau tak banyak.
"Tunggu, Gre. Kok kayaknya gue pernah ngomong ini sebelumnya ya?"
Ungkap Anin yang membuat Gracia menoleh tiba-tiba. Anin juga? Nggak, nggak mungkin. Apa hubungannya sama Shani? Shani juga suka sama dia? Batinnya berucap sembari di ikuti gerak bibirnya yang manyun.
"Sumpah. Ini kayak gak asing banget"
"Pernah ngomong dimana?"
"Nggak tau tapi kayaknya bukan disini deh. Kayak lamaaaaaa bat dah gue pernah ngomong ini ke elu"
"Ke gue?"
"Iyaaa!! Sumpah kayak gak asing"
"Ga sengaja kali"
"Kayak di hutan gitu 'kan?"
Bersambung...
Malam semuanya❤️
Btw, Anin triple tim kan yak? Congrats ya buat adek impian wkwk
Masih berlaku gasih sebutan itu?
Haha, happy reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Different
أدب الهواةTurun. Turun. Turunlah air mataku. Rasa cinta itu manis. Semanis aku mempermainkan mereka. Apakah aku boleh memiliki keduanya? - Shani Indira Natio - Dusta adalah sesuatu yang aku lakukan setiap hari. Permainan waktu sangat mudah. Ia adalah milikku...