Romi merasa bahagia karena harapannya mendapatkan Anjeli akan
segera terlaksana. Bukan memiliki tapi lebih tetapnya meminjam demi keselamatan Anjeli. Ya dia hanya ingin bersama Anjeli hanya untuk tiga tahun saja. Begitu yang dipikirkan Romi saat ini.Sedangkan Mirza tetap bersikeras untuk mengambil kembali Anjeli dari tangan Romi. Dia akan mencari cara agar bisa merebut Anjeli lagi.
****
"Kenapa kamu tidak tidur Anjeli?" Anjeli hanya diam, sama sekali tidak mau menatap kearah Roni."Tolonglah kamu berada di sampingku, tidak untuk waktu yang lama. Aku janji akan memberikan semua yang aku punya saat ini pada Mirza. Kalau saja dia tahu apa yang terjadi sebenarnya.""Apa maksudmu, Rom?"
"Sudahlah lupakan saja. Aku tahu kebahagiaanmu adalah Mirza. Jadi Bolehkah aku meminta kebahagiaan darimu." Anjeli bingung dengan apa yang dikatakan Romi. Banyak sekali teka-teki dari ucapannya. Tetapi kebencian dalam hatinya membuat Anjeli tidak mau mencerna apa yang dikatakan oleh Romi. Dia memilih untuk mengabaikan. Sekarang yang dipikirkan adalah bagaimana agar bisa keluar dari rumah Romi.
"Istirahatlah-- kamu harus tetap menjaga kesehatan demi anak kita." Kali ini nada bicara Romi merendah. Sama seperti Romi yang Anjeli kenal dulu.
"Cukup Romi. Kamu jangan berhalusinasi terus. Kita tidak pernah melakukan apapun. Bahkan waktu itu kamu tidak melakukan apapun padaku kan? Kamu jangan bohong Rom. Ini adalah anaknya Mas Mirza. Dan aku hanya melakukannya dengan suamiku dengan pasangan halalku. Jadi jangan pernah berpikir bahwa ini adalah anakmu."
"Terserah kamu. Yang jelas aku tetap menganggap bayi yang ada dalam kandunganmu itu adalah anakku."
"Kamu gila Romi."
"Iya aku memang gila, dan kegilaanku itu adalah karena kamu. Kamu yang menghancurkan harapanku. Tadinya aku pikir dengan menjadi orang yang miskin, aku akan bisa mendapatkan wanita yang benar-benar tulus mencintaiku, wanita sederhana dan baik. Dan setelah aku menemukanmu, kamu justru tidak memilihku. Malah memilih laki-laki kaya seperti Mirza."
"Kenapa jadi kamu yang menyalahkan aku? kamu sendiri yang tidak pernah menyatakan perasaan padaku kan? Asal kamu tahu aku dan Mas Mirza, tidak pernah menjalin hubungan sebelumnya. Pertama kali bertemu dia langsung memiliki niat untuk menikahiku."
"Iya aku tahu itu. Dan itu adalah kebodohan yang aku sesali karena tidak mengungkapkan perasaan sedari dulu. Sudahlah lupakan saja. Kamu istirahat. Aku tidak ingin mengganggumu malam ini. Yang jelas aku hanya ingin bersamamu." Romi pergi meninggalkan Anjeli. Setidaknya Anjeli bisa bernafas lega setelah Romi meninggalkannya. Dia takut Romi akan melecehkannya lagi. Tapi ternyata tidak. Dia mengucap hamdallah berkali-kali.
Anjeli terisak memikirkan Mirza yang ada di luar sana, entah apa yang terjadi pada suaminya saat ini. Apakah Romi akan menyakiti suaminya? Dia hanya takut akan keselamatan Mirza saat ini.
Anjeli tidak bisa tidur semalaman, Walaupun dia berusaha untuk memejamkan mata di kamar yang begitu luas dan mewah dengan lemari pakaian yang lengkap beserta isinya mulai dari gamis, jilbab, pakaian sehari-hari, pakaian tidur semuanya ada. Dan yang membuat Anjeli heran adalah kamar ini sepertinya sudah disiapkan sejak lama dengan warna favoritnya. Karena semua yang ada di kamar ini bernuansa biru laut. Bahkan langit-langit kamarnya dibuat dengan gambar awan yang menyejukkan matanya.
Anjeli menatap salah satu sudut ruangan yang disediakan khusus untuk dia beribadah. Di sana sudah ada mukena yang cantik, Sajadah, tasbih dan juga Al-Qur'an. Romi benar-benar memperhatikan kebutuhannya secara rinci. Dibalik rasa bencinya, terselip rasa ingin tahu yang besar tentang apa yang sebenarnya disembunyikan oleh Romi.
Dia itu seperti seorang penjahat, tetapi memperlakukan tawanannya dengan sangat baik. Bahkan sejak ditinggal pergi menemui Mirza tadi, para pelayan bergantian untuk mengurusi kebutuhan Anjeli. Mulai dari menyiapkan perlengkapan mandi, ada yang menyiapkan makanan dan vitamin, dan ada yang memastikan pula Anjeli merasa nyaman atau tidak di kamar itu mulai dari kasur, pakaian, serta pendingin ruangan. Benar-benar seperti seorang ratu.
Menjelang pukul dua dinihari, Anjeli masih belum bisa memejamkan matanya. Dia lantas mengambil air wudhu dan menunaikan salat tahajud barangkali dengan bermunajat kepada Allah, dia bisa segera keluar dari rumah itu.
"Ya Allah, tolong lindungilah suami hamba yang berada di luar sana. Lindungilah dia dari orang-orang yang ingin berbuat jahat terhadapnya. Dan lindungilah keluargaku, berikanlah kesehatan kepada ibuku. Tolong bantu hamba untuk bisa keluar dari tempat ini ya Allah. Bukalah pintu hati Romi. Ketuklah hatinya agar dia mau mengembalikan hamba kepada suami hamba." Anjeli terus memohon kepada sang pencipta, dia berharap akan ada pertolongan secepatnya. Sampai akhirnya Anjeli tertidur di atas sajadahnya.
Romi membuka pintu kamar Anjeli saat adzan subuh berkumandang. Dia hanya ingin memastikan Anjeli sudah bangun atau belum. Dan saat dia membuka pintu kamar, dia melihat Anjeli sedang tertidur di atas sajadahnya. Ada rasa iba dalam hatinya karena melihat Anjeli begitu menderita karenanya.
"Maafkan aku Anjeli, suatu hari nanti kamu akan mengerti. Aku hanya ingin kamu berada di sampingku. Hingga waktu itu tiba aku akan mengembalikanmu kepada Mirza. Tapi untuk saat ini tetaplah bersamaku agar kamu aman." Romi mengangkat tubuh Anjeli lalu merebahkannya di atas kasur King size yang disediakan khusus untuk wanita yang dia cintai ini. Ia membiarkan Anjeli tidur diatas kasur selama setengah jam lalu membangunkannya untuk salat subuh. Bukan dia yang membangunkannya tetapi pelayannya.
"Nona Anjeli, bangun Non." Anjeli mengerjapkan matanya, dia kaget dengan suara seseorang yang membangunkannya.
"Oh iya Bi, terima kasih sudah membangunkan saya. Ini jam berapa ya?"
"Itu jamnya non, sudah jam lima. Tadi Mas Romi menyuruh saya untuk membangunkan Non Anjeli. Dia tidak mau membangunkan Nona sendiri karena takut Non akan menyangka yang tidak-tidak terhadapnya."
"Bibi sudah kenal lama dengan Romi?"
"Saya sudah lama ikut orang tuanya Mas Romi. Kalau tidak salah sejak Mas Romi duduk di bangku SD Non. Mas Romi itu orang yang baik. Walaupun dia anak orang kaya, tapi sejak kecil dia tidak pernah menggunakan fasilitas yang disediakan oleh orang tuanya. Bahkan setelah kuliah, dia memilih untuk tinggal di kos-kosan dan menjalani hidup dengan sederhana. Tapi satu bulan lalu, dia tiba-tiba pulang ke rumah lagi. Bibi tidak tahu Apa sebabnya, yang jelas Bibi ditugasi oleh Nyonya dan Tuan besar untuk ikut bersama Mas Romi ke rumah ini. Rumah yang memang disediakan oleh Tuan besar untuk Mas Romi. Maaf non, Apakah Non Anjeli pacarnya Mas Romi?"
"Bukan, saya bahkan sudah punya suami."
"Oh begitu ya, sebaiknya non Anjeli ikuti saja apa kata Mas Romi. Yakin saja dia melakukan semua ini untuk kebaikan Non Anjeli. Itu yang bibi tahu." Anjeli semakin berpikir dengan keras, terlalu banyak hal yang dia tidak tahu tentang Romi. Entah Apa maksudnya menyembunyikan dia di sini dan memisahkan diri dari Mirza.
Setelah menunaikan shalat subuh, Anjeli berdiri di kaca yang menghubungkan kamarnya dengan balkon. Bahkan kaca ini pun tidak bisa dibuka. Dia seperti seorang tawanan yang berada di kamar yang mewah. Meskipun semua kebutuhannya terpenuhi, namun tidak dengan kebebasannya. Anjeli hanya bisa memandang langit dari dalam kamarnya, berharap Mirza bisa menemukan dirinya segera. Dan mereka bisa kembali hidup bahagia.
*******
Masihkah berfikir buruk tentang Romi?Dimana Mirza sekarang?
Ayo tebak tebak sendiri deh apa yang sebenarnya terjadi.😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
(TAMAT) SINCERITY OF LOVE
RomanceFOLLOW DULU YA BIAR BISA BACA SELURUHNYA #1 cintasatumalam 07/06/20 Apa jadinya jika kamu diajak menikah dengan orang yang tiba-tiba datang padamu malam itu juga. Secara tidak langsung, dia telah memaksamu mencintainya saat itu juga. Anjeli, gadis...