Sepeninggal Mirza dan Anjeli, ada seorang laki-laki yang keluar dari mobil mewahnya dan menghampiri pemilik toko.
"Maaf bisa saya ngobrol sebentar?"
"Iya bisa. Ada apa ya?"
"Orang yang tadi itu mau menyewa tempat di sini ya?"
"Iya Mas. Emangnya kenapa ya?"
"Tempat ini buat saya saja ya. Saya akan membayarnya lebih mahal dua kali lipat."
"Aduh bagaimana ya, soalnya orang tadi sudah memberi uang muka. "
"Bagaimana kalau tiga kali lipat. Kalau anda bersedia, sekarang juga saya akan membayarnya lunas. Tapi batalkan sewa tempat ini pada orang yang tadi." Si pemilik toko itu tampak tergiur dengan tawaran yang diucapkan oleh laki-laki itu. Dia yang sedang membutuhkan uang tentu saja tergiur dengan tawaran ini.
"Baiklah saya setuju. Tapi apa yang harus saya katakan kepada laki-laki tadi?"
"Oh itu bukan urusan saya. Saya hanya menginginkan tempat ini masalah itu adalah urusan anda dengan orang tadi."
"Baiklah. Tempat ini saya serahkan sama anda." Laki-laki itu tersenyum penuh kemenangan karena dia bisa merebut tempat ini dari Mirza. Dia tidak suka jika Mirza membuka usaha di dekat kampus. Itu akan menyulitkan dia untuk mendekati Anjeli.
'Ternyata semuanya memang mudah jika ada uang.'
*****
"Mas Kenapa kok sepertinya murung?" Anjeli menghampiri Mirza yang terduduk di kursi."Pemilik toko yang tadi baru saja telepon. Dia bilang kalau tokonya tidak jadi disewakan pada kita. Katanya mau dipakai sendiri oleh anaknya."
" Astagfirullah. Kenapa tidak bilang dari tadi ya? Padahal kita sudah banyak berharap dari tempat itu."
"Mas bingung An." Mirza terus menunduk setelah menerima telepon tadi. Menyewa tempat memang tidak mudah. Lokasi yang tadi, selain harga sewanya yang tidak terlalu mahal, juga dekat dengan kampus. Apa dia bisa mendapatkan tempat yang lebih baik dari yang tadi?
"Mas harus tetap semangat. Kita harus tetap ikhtiar, berdoa sama Allah agar dimudahkan jalan kita. Besok kita cari tempat yang lain lagi. Aku yakin Allah tidak akan mengecewakan kita. Pasti Allah punya rencana lain yang lebih baik dari ini." Anjeli menyentuh kedua bahu suaminya, memberi kekuatan
"Iya An. Semoga saja besok kita bisa mendapatkan tempat yang lebih baik. Terima kasih ya."
"Aamiin.. Sama-sama Mas. Harus semangat ya."
"Kamu kenapa? Kenapa wajahmu pucat sekali?" Mirza melihat Anjeli memijit keningnya, wajahnya juga terlihat pucat.
"Mas, aku bisa minta tolong dibuatkan teh hangat tidak?"
"Sebentar ya aku buatkan." Mirza beranjak, kemudian melangkah ke dapur. Dia membuatkan teh hangat untuk Anjeli. "Untung saja masih ada sisa teh," ucap Mirza lirih.
"Ini tehnya sudah jadi An. Ayo minumlah." Mirza membantu Anjeli untuk meminum tehnya. Anjeli tampak lemah, karena dari tadi sore dia sama sekali belum makan.
"Astagfirullah, Mas baru ingat.. kamu belum makan ya An? Maafkan Mas ya, aku tadi sampai lupa mengajakmu makan. Aku pergi dulu ya beli makanan." Mirza berjalan dengan tergesa.
"Iya Mas hati-hati Ya." Mirza keluar dari rumah berjalan kaki mencari warung makan yang dekat dengan rumah mereka. Hanya ada warung nasi goreng yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Mirza membeli dua porsi nasi goreng untuknya dan Anjeli. Dia merasa bersalah karena tidak memperhatikan istrinya.
"Ayo An dimakan dulu nasi gorengnya." Ucap Mirza saat dia sudah sampai di rumah. Dan menyiapkan nasi goreng untuknya dan Anjeli.
"Terima kasih ya Mas. Emmm.. Mas, bagaimana kalau mulai besok kita tidak usah jajan diluar? biar aku saja yang memasak."
KAMU SEDANG MEMBACA
(TAMAT) SINCERITY OF LOVE
RomansaFOLLOW DULU YA BIAR BISA BACA SELURUHNYA #1 cintasatumalam 07/06/20 Apa jadinya jika kamu diajak menikah dengan orang yang tiba-tiba datang padamu malam itu juga. Secara tidak langsung, dia telah memaksamu mencintainya saat itu juga. Anjeli, gadis...