Bahagiamu

29 6 5
                                    

Setelah Agata mengengatakan rindu kepada Aska, tak ada percakapan lagi antara Rara dan Agata. Entah Agata maupun Rara mereka lebih fokus pada kegiatan masing-masing. Rara yang fokus menyetir, dan Agata yang fokus pada ponselnya.

Sesampainya didepan gerbang sekolahnya, Agata mengucapkan terimakasih pada Rara dan berjalan memasuki sekolah yang dulunya begitu ia cintai dan banggakan.

Agata berjalan ditengah keramaian koridor kelas XII. Beberapa teman yang sedang berlalu lalang atau berdiri didepan kelas sempat menyapa Agata, nqmun disahuti oleh senyum terpaksa oleh Agata.

"Pagi re." Sapa Mada, teman laki-laki yang paling dekat dengan Agata. Ia menjadi satu-satunya teman Agata yang memanggil Agata dengan nama Edre. Namun tanpa sepengetahuan siapapun, dibalik kedekatan mereka, Mada diam-diam menyimpan rasa terhadap Agata.

"Hai da." Sapa balik Agata dengan malas.

"Eh? Wait! Wait! Wait! Ini ada apa? Apa gue ada ketinggalan sesuatu? Lo kok lemes banget? Udah 3 minggu ngga ada kabar terus disekolah ngilang mulu. Sekarang kenapa tuh muka udah kaya bajunya si Dadang, lecek." Ejek Mada yang mendapat respon tatapan tajam dari Agata.

"Eh gue bercanda kok bebss" Sambungnya ketika melihat tatapan tajam Agata.

"Bebs bebs lo kira gue pacar lo apa?!" Sahut Agata yang makin kesal.

"Makanya ayo pacaran." Ucap Mada sambil menahan tangan Agata. Seolah-olah ingin menunjukkan keseriusannya.

"Udah gue bilang, jangan sok cool!" Teriak Agata sambil menghujani Mada dengan pukulan berkali-kali di lengan kanan dan kiri.

"Iya! Iya! Ampun ta! Udah! Lo tuh calon arkeolog atau calon petinju sih?!" Tanya Mada disela-sela Agata memukulnya.

"Diem ga?! Gue lagi kesel sama abang!" Ujar Agata lalu berhenti menghujani Mada dengan pukulan.

"Kenapa sih?" Tanya Mada penasaran.

"Kesel pokoknya gue sama Abang." Sahut Agata.

"Eh sempak sepongebob! Gue udah tau lo lagi kesel sama Bang Alen, tapi keselnya gara-gara apa dodol! Jangan gue yang dijadiin samsak kali!" Ujar kesal Mada pada Agata.

"Nanti deh. Gue lagi males ngomongin Abang." Sahut malas Agata dan meninggalkan Mada.

"Woi Edre! Tungguin!" Teriak Mada dan mengejar langkah Agata.
.

.

.

Rara memarkirkan mobilnya. Setelah keluar dari mobil, Rara melihat sosok yang begitu Agata sukai yakni Aska. Ia pun menghampiri Aska yang baru saja keluar dari parkir motor.

"Aska!" Panggil Rara. Merasa namanya dipanggil, Aska pun mencari siapa yang memanggil namanya. Namun, tak ada orang lagi selain gadis dengan rambut sebahu yang berjalan mendekatinya.

Walau Rara tak begitu memperhatikan ketika Agata dan Aska berbincang di caffe, ia sempat melihat Aska ketika pergi keluar caffe beberapa minggu yang lalu. Aska yang saat itu memasang wajah datar dan berjalan dengan tegak.

"Hai Aska." Sapa Rara yang tak mendapat respon dari Aska.

"Lo kenal Agata kan? Gue temennya Agata. Boleh ngga gue minta no wa lo? Soalnya kasihan Agatanya kebingungan nyari no wa lo." Ujar Rara to the point.

"Ga." Jawab singkat Aska dan langsung pergi meninggalkan Rara yang masih syok dengan jawaban singkat padat dan jelas Aska.

"Wah gila tuh cowok! Kasihan banget sahabat gue suka sama manusia bentukannya kaya gitu. Kalo gue mah amit-amit cabang bayi." Ujar Rara pada dirinya sendiri.
.

AGATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang