Let's go to the final

34 1 0
                                    

120 menit yang begitu menegangkan telah Aska dan Agata lewati. Mereka memutuskan untuk langsung kembali kehotel untuk makan. Setelah makan, mereka pun masuk ke kamar hotel. Tanpa mereka sadari, matahari sudah bersiap beranjak dan digantikan oleh indahnya pancaran rembulan. Mereka akhirnya dapat beristirahat ke hotel dan tinggal menunggu pengumuman semifinal yang akan diumumkan pada malam hari pukul 20.00 lewat para Pembina.

Agata dan Aska kini tengah berada didalam kamar mereka masing-masing. Agata yang tengah menunggu Bu Putri selesai mandi, dan Aska yang tengah membaca beberapa buku sejarah persiapan untuk besok.

Aska melirik sekilas jendela kamar depan yang dibiarkan tidak tertutup gorden. Menampakkan Agata yang tengah duduk bersila diatas Kasur dengan rambut yang dikuncir kuda berantakan sambil memegangi ponselnya. Sekejap Aska terkesima dengan paras cantik Agata yang tanpa celah.

"Liatin apa kamu ka?" Suara Pak Agus membuyarkan lamunan Aska dan membuatnya salah tingkah layaknya maling yang tertangkap basah.

"Bukan apa-apa pak." Sahut Aska kemudian membereskan buku-bukunya dan meletakkan asal dimeja sebelah Kasur kemudian pergi mandi.

Di dalam toilet ia merutuki perbuatannya yang sangat ceroboh. Bagaimana ia bisa tak mendengar suara toilet yang terbuka. Ia beberapa kali memukul pelan kepalanya sambil berkata bodoh. Tentunya dengan nada pelan, berharap tak didengar oleh Pak Agus.

Sedangkan dikamar sebelah, Agata yang sibuk berbalas pesan dengan sang abang yang begitu cerewet menanyakan bagaimana kabarnya dan yang lain-lain. Geram karena terus menerus di spam, Agata pun akhirnya memutuskan untuk menelpon Alen.

"ABANG!" Pekiknya ketika panggilan tersebut tersambung.

"Dih galak amat mbak." Ejek Alen ketika mendengar adiknya yang terdengar sangat kesal.

"Abang bisa ngga sih nanya itu satu-satu? Kesel jadinya!" Rengek Agata. Bagaimana tidak, Alen bertanya begitu banyak hal dalam sekali mengirim pesan. Tentang bagaimana hari ini, bagaimana menu masakan dihotel apakah sesuai dengan dirinya, apakah Aska masih saja cuek, bagaimana cuaca di Bandung.

"Namanya juga khawatir re. Udah mandi kamu?" Bela Alen yang membuat Agata memutar bola mata malas ia hari ini sangat lelah dan tak ingin berdebat.

"Belum, lagi nunggu Bu Putri mandi. Tunggu, kok ribut suara PS sih?" Sahut Agata kemudian meraih charger ponselnya lalu mencolokkannya.

"Anak gadis jam segini belum mandi. Bau jigong tau rasa kamu, ga jadi Aska nya suka noh!" Ujar Alen yang membuat Agata melotot dengan ucapan Alen barusan.

"Enak aja cokornya berspeaking! Abang gitu mah, ucapan itu doa abang! Abang mah gampang tinggal ngomong, lah Edre yang capek. Dikira gampang apa ngejar bongkahan es?!" Protes Agata yang membuat Alen tertawa terbahak-bahak mendengar adiknya yang sangat tak terima.

"Iya ngga jadi. Galak amat kayak Ibu kost nagih uang bulanan aja!" goda Alen sekali lagi.

"Ibu kost your mouth! Itu kenapa rebut banget sih abang?" Tanya Agata sekali lagi.

"Ini si Mada sama Aldi dateng ngapelin abang. Gara-gara kamu ngga ada, si Mada malah Abang yang diapelin." Sahut Alen dengan tawa pelannya.

"Oh kak Aldi sama Mada. Udah dulu bang ya, hp Edre lowbatt nih. Bye " Ujar Agata kemudian mematikan sambungan telponnya dengan sang abang. Ia kemudian mematikan ponselnya agar cepat ketikan mengisi daya.

Selang beberapa menit akhirnya Bu Putri keluar dari toilet. Agata pun menyiapkan pakaian yang akan ia gunakan. Setelah itu ia masuk kedalam toilet.

.

.

.

Malam harinya, Mada pergi kerumah Alen karena ingin mendiskusikan tentang kuliahnya nanti. Setibanya dirumah Alen, Mada pun dipersilahkan masuk oleh Bik Una dan pergi kekamar Alen. Namun ada seseorang yang tak dikenal tengah duduk didepan PS bersama dengan Alen.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AGATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang