Start to like coffe

15 2 0
                                    

Aska dan Agata tengah berjalan ke arah rumah Agata dengan keadaan yang canggung. Agata menunduk merutuki apa yang terjadi tadi. Bagaimana bisa ia menangis histeris bahkan sampai memeluk Aska disaat ia tak tahu apa yang terjadi pada Aska. Mereka berdua sama-sama diam tak niatan untuk membuka suatu pembicaraan. Cukup lama mereka berdiam diri hingga akhirnya Agata berdiri.

"Mau kemana?" Tanya Aska kemudian Agata berbalik dan menatap Aska.

"Pulang." Sahut Agata kemudian berbalik dan berjalan menjauhi Aska.

"Gue anter." Ujar Aska menghentikan langkah Agata terhenti kemudian berbalik menatap Aska yang entah sejak kapan sudah berdiri dibelakangnya.

"Lo.. lo bilang apa?" Tanya Agata berusaha meyakinkan apa yang indra pendengarnya tangkap tadi.

"Gue anter lo pulang. Ini udah malem, dan lo cewek." Ulang Aska menegaskan. Agata mengangguk tersenyum penuh cinta. Mungkin malam ini ia akan lupa bagaimana caranya tidur karena sibuk memikirkan Aska.

Mereka berdua berjalan di tengah sunyi nya malam, hanya ditemani oleh suara jangkrik dari sawah yang tak jauh dari sana.

"Aska.." Panggil Agata. Tentunya Aska tak menjawab dan hanya menoleh sebentar kearah Agata.

"Lo kok bisa kena darah segitu banyak sih?" Tanya Agata lalu fokusnya beralih pada baju kaos biru Aska yang kini telah berubah warna menjadi merah darah.

"Tadi gue yang gendong korbannya." Sahut Aska membuat Agata menghentikan langkahnya lalu melihat Aska baik-baik.

"Lo yakin bisa gendong orang?" Tanya Agata dengan tatapan tak percaya melihat dari postur tubuh Aska yang bisa dikatakan kurus walaupun tinggi.

"Korban yang parah itu anak kecil yang dibonceng motor." Jelas Aska yang membuat Agata mengangguk mengerti lalu kemudian berjalan kembali.

"Gue kira lo yang kenapa-kenapa. Abisnya lo datengnya lama, abis itu Bik Una bilang ada kecelakaan. Jadinya pikiran gue ke lo, apalagi waktu liat baju lo yang banyak darah bikin gue...." Ujar Agata menggantung kalimatnya kemudian melirik Aska yang kini menatapnya lekat.

"Bikin lo kenapa?" Tanya Aska seolah ia menantikan jawaban dari Agata.

"khawatir." Sahut Agata. Ia dengan cepat memalingkan wajahnya yang memerah karena malu. Begitu pula dengan Aska yang menoleh ke arah yang berlawanan menyembunyikan senyum kecilnya.

Sesampainya didepan rumah Agata, Aska melihat satu motor yang baru tadi sore ia jumpai tengah terparkir digarasi rumah Agata. Sadar fokus Aska kesuatu tempat, Agata juga menoleh kearah tersebut dan melihat motor Mada yang tengah terparkir.

"Itu motornya Mada." Ujar Agata berniat menjelaskan walaupun ia tak tahu apa arti tatapan Aska.

"Mada?" Ulang Aska. Ia mencoba mengingat nama yang tak asing di otaknya hingga beberapa detik kemudian ia ingat sesuatu. Madaku, kontak yang menelpon ponsel Agata di rooftop tadi siang, dan orang beradu argumen dengannya tadi sore.

"Iya Mada sahabat gue. Kayaknya dia lagi nanya masalah kuliah sama abang." Sahut Agata kemudian mencoba melihat-lihat kedalam rumahnya.

"Kalo gitu, gue pulang dulu ya ta." Pamit Aska yang dibalas anggukan oleh Agata. Aska pun menjauh dari rumah Agata, namun ia berbalik menghampiri Agata.

"Besok pagi gue jemput ya, jam setengah 7. Sebagai permintaan maaf." Ujar Aska kemudian berbalik dengan cepat  meninggalkan yangAgata terdiam menatap Aska yang kian jauh. Kemudian berteriak histeris tak percaya apa yang baru saja terjadi.

Ia tak mengerti bagaimana cara menjinakkan jantungnya yang sedari tadi serasa ingin loncat keluar. Hari ini ia ingin tidur dengan cepat kemudian memimpikan Aska.

AGATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang