##1. "Keluarga yang Harmonis" ##

263 97 20
                                    

"Keluarga itu terlihat sangat bahagia tanpa merasa kurangnya anggota didalamnya."

**Aulia Jingga**

--------------------------------------------------------

Langit yang murung meluapkan kesedihannya dengan menurunkan hujan berupa air. Udara dinggin yang nyaman digunakan untuk tidur dibawah selimut tebal, itu yang biasa dilakukan orang-orang untuk cuaca yang mendukung ini.

Tetapi tidak halnya dengan seorang gadis cantik dengan perawakan tubuh yang sedang, tidak terlalu gemuk tapi juga tidak kurus dengan tinggi badan yang cukup tinggi dan bahkan bisa menyamai tinggi badan teman laki-lakinya disekolahnya.

Ia sudah selesai melakukan ritual disetiap paginya dan langsung memakai seragamnya lalu mengucir kuda rambutnya yang panjang nan lebat itu. Ia memoleskan tipis bedak bayi dan sebagai sentuhan terakhir ia memoleskan lipbam ke bibir agar tidak terlihat pucat saja.

"Perfect in the good gril" pujinya terhadap dirinya sendiri sambil melihat tampilannya memalui kaca besar dihadapannya.

Ia melihat jam yang melingkar ditangannya yang menunjukan pukul 06:00 WIB.

"Masih cukup pagi," batinnya.
Ia keluar kamar dan turun ke lantai bawah, dimeja makan ia melihat keluarga-nya yang sedang sarapan sambil bercanda gurau tampa menghiraukan dirinya yang lewat.

"Terlihat sangat bahagia tanpa merasa kurangnya anggota didalamnya," batinnya sambil menatap keluarga-nya dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan dengan senyum smirknya.

Karena tidak kuat melihat pemandangan dihadapannya dan tidak inggin membuat suasana hatinya yang sedang mood ini maka ia mempercepat langkahnya untuk keluar rumahnya. Dan bahkan tidak bisa diartikan rumah karena apa?? 
Karena ia mendapatkan siksaan didalamnya. Jika orang-orang menganggap rumah adalah tempat kepulangan terindah, maka ia akan menyangkal pendapat itu.

Ia berjalan menuju garasi untuk mengambil montor kesayangannya. Montor itu adalah hadiah dari nenek tercintanya, dan neneknya adalah satu-satunya orang yang sangat peduli dan sayang kepadanya.

Didepan garasi ia bertemu dengan Pak Toyib, Pak Toyib merupakan sopir setianya Papa karena kemanapun Papanya itu pergi maka Pak Toyiblah yang megantarkan beliau, dan juga Pak Toyib ini sudah bekerja dirumah ini sudah sejak lama kira-kira dari sebelum ia lahir Pak Toyib sudah mengapdika dirinya di rumah ini. Jadi beliau mengetahui kehidupannya di rumah ini, sunguh memprihatinkan. Walaupun umurnya yang sudah lumayan tua tetapi jangan diragukan kekuatannya yang masih mantap.

"Ehh Non Jingga, masih pagi udah mau berangkat sekolah aja." ucap Pak Toyib sambil menyeruput kopi hitamnya.

"Iya ini Pak, saya keburu mau selesain tugas saya yang belum sempet saya selesein tadi malam." Bohong Jingga dengan raut wajah yang diyakin-yakinkan.

"Kalau begitu saya antar saja Non pakek mobil." Saran Pak Toyib.

"Ohh tidak usah Pak, Pak Toyib mending habisin tu kopi ntar keburu dingin kan gak enak, enakan sambil makan tu gorengan. Bakwan ato mendoang tu Pak?? Saya minta satu deh Pak, angget- angget enak kayaknya tu pak." Cerocor Jingga pada Pak Toyib, Pak Toyib hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum akibat kelakuan tuan mudanya itu.

Jingga langsung berlari mengambil montor ninja besar putih corak hitam merahnya.

Ia menaikinya dan memakai pelindung kepala yang sering disebut dengan helm itu. Helm fullfacenya itu menutupi bagian kepalanya dengan aman.

Jangan tanyakan bagaimana cara menaikinya!!

Karna ia cukup tinggi maka ia tidak akan kesusahan untuk menaikinya, dan ia juga sudah memakai stochking untuk menutupi paha dan kaki jenjangnya saat menaiki montornya itu. Ia menghidupkan mesin montor.

"Saya berangkat dulu ya Pak." Ucapnya sambil mengendarai montornya untuk keluar wilayah rumah.

"Iya Non, hati-hati di jalan jangan ngebut-ngebut" peringatan dari Pak Toyib.

"Siap Boss" jawabnya sambil melepas stang untuk menirukan gerakan hormat kepada bendera.

Diperjalanan ia sangat menikmati udara yang masih segar karena belum terkena polusi akibat asap-asap kendaraan. Dijalanan ia juga memacu montornya dengan kecepatan diatas rata-rata karena jalanan masih sepi Belum begitu ramai. Ia menyalip-nyalip kendaraan dengan gesit sudah seperti seorang yang profesional.

***

Haiiiiii ketemu lagi dengan akoh.
Jangan lupa penyet tombol bintang dan komen jika ada typo, aku sih yakin typonya pasti buanyak buangget.
Hhee

Sampai jumpa di part selanjutnya....
Jangan kangen....

Salam
TripelLope
♥♥♥

Fake SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang