STORY ONE

72 13 21
                                    

"Wuih! Adek kelas bro!" siul seorang murid laki-laki sembari merangkul bahu temannya.

"Lo apaan sih rangkul-rangkul! SKSD banget!" gerutu temannya itu dan mengilakkan tangan yang mengganggu itu.

"Lo mentang-mentang baru balik Jerman, songong lo!"

"Bukan Arvind namanya kalau tidak songong!" balas lelaki yang memanggil dirinya itu Arvind dengan sombong. "Lo ngincar adek kelas cantik lagi?"

"Huh! Bukan Dennis namanya kalau nggak ngincar cewek cantik!" Dennis mengangkat tinggi dagunya tak kalah menyombongkan dirinya.

Arvind mengangkat sekilas sudut bibir kirinya dan mengabaikan perkataan Dennis. Ia memandang murid-murid baru dengan tatapan datar dari kelasnya yang berada di lantai dua. Bertopang dagu dan hanya memandang datar murid baru itu. Tidak ada yang menarik baginya.

Berbeda dengan teman sebelahnya. Mulutnya tidak berhenti berkomat-kamit tentang adik kelas yang cantik menurutnya. Arvind hanya mendengar saja dan memaklumi hal itu. Pasalnya, sudah dari dulu Dennis mencari cikal bakal wanita cantik di sekolahnya. Baik itu senior maupun junior pasti akan ia rangkum menjadi satu di sebuah buku.

"Ke bawah, yuk! Ada yang cantik tadi," ucap Dennis dan menarik paksa tangan Arvind.

"Goblok! Bukan urusan gue!" umpat Arvind berusaha melepas tangan Dennis. Namun Dennis mengabaikan umpatan temannya itu dan tetap menarik Arvind.

Mereka berhenti di samping pohon besar. Di sana Dennis memantau kembali adik kelas yang cantik tadi. Ia bersiul pelan dan bertepuk tangan. Kagum dengan kencantikan adik kelas itu.

Arvind menyandarkan tubuhnya di pohon dan melipat kedua tangannya. Ia hanya memandang sekilas adik kelas yang lewat. Tidak ada yang bisa menarik perhatiannya.

"Ayo, balik. Bentar lagi masuk," ujar Arvind dan berjalan meninggalkan Dennis.

"E―eh tunggu woi!" Dennis berlari mengejar Arvind yang meninggalkannya.

BUGH!

"Ukh ..." rintih seorang siswi yang terjatuh karena tidak sengaja menabrak tubuh kekar Arvind.

Arvind memandang dingin siswi itu sebelum pandangannya kembali terfokus ke jalannya. Ia kembali jalan dan meninggalkan siswi itu.

Siswi tersebut mendongakkan kepalanya memandang siapa yang ia tabrak. "ADA BULE!" seru si cewek keras ketika melihat sosok Arvind. Cewek dengan rambut panjang itu memandang takjub lelaki di hadapannya itu.

Sontak Arvind membalikkan badannya dan memandang kesal cewek itu. Dennis menutup mulutnya sambil memandang Arvind dan cewek itu secara bergantian.

"Mampus tuh cewek. Enak-enaknya manggil Arvind bule padahal nggak kenal," gumam Dennis.

"Lo siapa manggil-manggil gue bule seenaknya!?" ucap Arvind dingin dan menatap tajam cewek itu.

"Saya Raneysha Hermine kelas X.IPS.2, panggilan Ran. Salam kenal kak!" balasnya dan berjalan mendekati Arvind. Ia menjulurkan tangannya dan tersenyum.

Arvind tetap memandang dingin Ran dan mendecak kesal. Ia mengabaikan uluran tangan Ran dan memilih untuk kembali ke kelasnya.

"Ya, salam kenal!" balas Dennis yang membalas uluran tangan Ran.

Ran mengernyitkan dahinya. Ia bingung dengan sikap kakak kelasnya itu dan yang di hadapannya ini.

"Gue Dennis, kelas XI.MIPA.4. Dia Arvind sekelas ama gue," ucap Dennis dan tersenyum.

"Ah, iya kak Dennis!" Ran memandang ke belakang Dennis. "Itu kakak kelasnya punya pacar ya? Dingin banget ke cewek."

Dennis tertawa mendengar ucapan Ran. "Gimana mau punya pacar dingin kayak gitu. Lo udah ngasih first impression buruk ke dia," balas Dennis.

Ran mengernyitkan dahinya, tidak paham dengan maksud Dennis, "maksud kakak? Buruk gimana? Karena gue nabrak dia tadi?"

"Itu satu, terus lo manggil dia bule. Dia nggak suka tau di panggil bule oleh orang yang nggak dikenalnya."

Ran mengangguk paham. "Tapi keren banget nih sekolah. Ada bulenya," balas Ran memandang mantap sekolahnya itu.

"Hahahaha! Lo lucu juga!" ucap Dennis dan tertawa lagi dengan wajah polos Ran.

"Ya, udah. Gue ke kelas dulu. Lo Ran 'kan namanya?"

"Iya kak."

"Kapan-kapan kita makan di kantin bareng ya," ucap Dennis dan mengedipkan matanya. Ia berjalan kembali ke kelasnya.

"Ran tadi cantik juga," gumam Dennis dan tersenyum miring.

"Waah, nggak nyangka gue ada bule," ucap Ran sembari merapikan seragamnya yang kotor karena terjatuh tadi. Ia lupa untuk minta maaf dan lupa bahwa Arvind terlalu dingin untuk orang yang jatuh di hadapannya.

"Ran, lo tadi ngobrol ama kakak kelas?" tanya Kallista, teman dekat Ran.

Ran memandang Kallista kaget. "Ih! Jangan tiba-tiba muncul gitu! Gue kaget tau!" umpatnya.

Ran mengusap pelan dadanya, "iya, tadi kakak kelas. Namanya Dennis," jawab Ran dan kembali berjalan menuju kelasnya bersamaan dengan Kallista.

"Cih! Pagi-pagi bikin mood gue buruk aja!" umpat Arvind kesal mengingat kejadian pagi tadi.

Dennis menepuk pelan pundak Arvind dengan senyuman yang tertahan. "Bro! Lo tadi di tabrak cewek cantik santai amat gaya lo," ucapnya dan terkekeh.

"Cantik apanya! Udah nabrak nggak minta maaf, malah nambah teriak gue bule di keramaian. Nggak sekalian pake toa teriaknya!" gerutu Arvind yang masih kesal dengan kejadian itu. Sangat membekas di benaknya.

Dennis hanya tertawa dengan sumpah serapah Arvind. Baginya suatu kesenangan tersendiri ketika Arvind berhubungan dengan cewek.

Di sisi lain, Ran memasuki kelasnya dengan senyuman. Kelas baru, teman baru, dan bangku baru. Ia duduk di bangkunya dan memeluk mejanya.

"Sayang, selama satu tahun ini kita akan bersama. Semoga kita menjadi akur yah," ucapnya dalam.

Kallista memandang ilfil Ran dan duduk di bangku sebelah Ran.

"Gais!" panggil Ghea, teman Ran dan Kallista.

Ran mengangkat kepalanya dan menatap Ghea. "Hai!" balasnya dan menyengir.

"Ikut klub musik, yuk?" ajaknya dan duduk di bangku depan Ran.

"Ada emangnya di sini?" tanya Ran excited mendengar klub musik.

"Ada! Makanya, yuk ikut!" ajak Ghea lebih semangat.

"AYUK!!" sorak Ran dan mengepalkan tangan kanannya. "Kita bakal jadi musisi terkenal!" lanjutnya.

"Ay-ay!"

"Klub musik, I'M COMING!" seru mereka berdua dan berlari menuju ruang klub musik.

"Gue mau cari teman lain," ucap Kallista geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua temannya itu yang sangat kekanakan.

■■■■■

Welcome to Story One Everybadeeh ehehe 😗😗

Semoga kalian suka yaaah

Jangan lupa vote dan comment yah 😍
Suatu kebahagiaan tersendiri ketika ada vote dan comment itu 😆

Sampai jumpa story selanjutnyaa

Oh iya, yang mau kenalan silahkan follow ig aku ehehe @ardhia_trfiqaa

Luv yaaa 💜

Ran's MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang