STORY EIGHT

36 5 0
                                    

Seperti biasanya, marilah kita sejenak memencet tombol bintang di bawah sana.

Oke, memencet

Mulai!

Sudah?

Baiklah

Selamat membacaaa

_____________________________________

Hari Sabtu tiba, di mana bertepatan dengan hari gotong royong nasional bagi SMA Rosses. Gotong royong memang diadakan sekali sebulan. Mereka membersihkan seluruh perkarangan sekolah, mengecat kembali cat tembok kelas yang memudar dan menanam kembali bunga-bunga yang telah gugur.

"Ran! Lo kerja yang benar! Jangan nyanyi-nyanyi doang pake sapu!" omel Kallista berkacak pinggang.

Ran menyengir lebar dan meneruskan konsernya di depan kelas. "Kuingin kau tahuuu, diriku di sini, menanti dirimu ...."

Kallista menarik napas panjang. "LO SEKARANG PEMBANTU BEGO! BUKAN PENYANYI!" teriak Kallista menggelegar yang membuat Ran terdiam. Ia menatap Ran marah. Bagi Ran, sekarang Kallista dalam mode Kyuubi! (Siluman rubah di anime Naruto)

"Siap, laksanakan!" Ran hormat ke Kallista dan segera bersih-bersih.

Anak kelas hanya tertawa melihat tingkah Ran. Mereka sudah mengenal Ran, cewek cantik yang pecicilan. Ia selalu membuat suasana menjadi hangat dan gembira. Hanya ada satu makhluk pribumi yang mampu mengendalikan Ran, yaitu Kallista. Semua murid kelas mereka sudah tahu itu.

"Ran, lo ke ruang guru sana ambil kemoceng!" suruh Kallista.

"Siap, komandan!" Ran bergerak cepat meninggalkan kelas menuju ruang guru. Ia melewati labor kimia yang biasanya menjadi basecamp kedua Arvind.

Tanpa tahu apa-apa, Ran berlarian kecil di lantai depan labor kimia.

"AAH!"

BUGH!

Ran terpeselet karena lantai yang licin. Ia terjatuh dengan ekor duluan dan kedua tangan yang menahan bebannya. Kemudian ia melepas pasrah tubuhnya ke lantai dan menatap langit-langit. Sekarang ia rebahan di lantai itu.

"Lo ngapain?" tanya Arvind yang berdiri di atas kepala Ran. Ran melihat Arvind dalam posisi terbalik.

"Mm ... kak, gue jatuh bukannya ditolong malah diliatin," ucap Ran.

"Lo juga, jatuh bukannya bangun malah tiduran. Lo kira ini kasur nenek buyut lo," ketus Arvind dan berjalan melewati Ran. Ia tidak mengulurkan tangannya untuk membantu Ran.

Di pikiran Arvind, pasti Ran akan bangun dan mengejarnya. Namun, tetap saja tidak sesuai ekspetasinya. Ketika ia membalikkan badannya untuk melihat keadaan Ran, gadis itu tetap rebahan dengan pandangan kosong menatap langit-langit koridor.

"Sial!" Arvind memutar arah jalannya dan menghampiri Ran. Ia menggendong Ran layaknya membawa seorang tuan putri.

Ran tersentak dengan perlakuan Arvind. "E―eh ... lo ngapain kak! Jangan buang gue ke TPA! Gue tadi mau bangun kok, tapi lo malah gendong duluan!" cerocoh Ran ngawur. Ia sangat panik jikalau Arvind akan membuangnya ke tempat pembuangan akhir.

"Yang mau buang lo siapa bego! Gue mau bawa lo ke rumah sakit jiwa! Biar lo nggak bego kayak gini juga!" omel Arvind. Akhirnya Ran menyaksikan Arvind memarahinya lagi. Itu membuat Ran tersenyum.

"Kak," panggil Ran.

"Mm?"

"Orang-orang pada liatin kita. Lo nggak malu?"

Ran's MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang