Sebelum memulai, marilah kita sejenak memencet tombol bintang di bawah itu.
Sudah?
Oke, terima kasih
Dan selamat membaca
_________________________________________
Setelah kejadian yang memalukan itu, teman kelas Arvind terus mengoceh hal yang tidak perlu. Apalagi Hanz yang sepertinya tertarik ke Ran. Ia terus bertanya mengenai Ran dan bertanya apa Ran dan Arvind berpacaran. Tentu saja Arvind membantah dengan tegas gosip itu. Selamanya, ia tidak akan pernah menjadikan Ran sebagai cikal bakal pacarnya.
"Pangeran romantis banget deh gendong tuan putrinya tadi," ledek Dennis mengingat tragedi Arvind menggendong Ran.
"Berisik ah! Tuh si cewek ngeganggu kehidupan gue aja," rutuk Arvind yang masih berkomat-kamit.
Di sisi lain, banyak murid cewek yang menggosipkan Ran. Banyak yang berkata Ran sok kecantikan karena teriakannya itu. Sedangkan murid cowok, banyak yang kecewa karena tidak bisa mengungkapkan perasaan mereka.
"Lo bodoh, tolol, goblok, autis, alien, atau apa, RAN!" omel Kallista yang melihat kejadian di parkiran tadi. Saat melihat Ran berteriak, ia melangkahkan kakinya dengan cepat berharap Ran tidak memanggilnya untuk ke kelas bareng.
"Nggak semuanya! Gue manusia!" balas Ran sewot.
"Terus dalam rangka apa tadi lo teriak macam orang bodoh?!"
"Gue mengeluarkan ultimatum!" Ran mengepalkan tangan kanannya dan memandang mantap Kallista.
"Hahahaha! Udah SMA lo masih tolol juga Ran!" ledek Ghea yang tertawa. Ia memegangi perutnya karena sudah dari tadi ia tertawa.
Kallista menghela napas pasrah. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana dengan teman bodohnya ini. Padahal dirinya sudah bertekad untuk tidak memarahi Ran lagi, tapi tetap saja temannya ini membuat dirinya naik darah terus.
~~~
Bel pertukaran pelajaran berbunyi. Ran mengambil kotak bekal dari dalam tasnya dan ia berjalan keluar kelas. Kallista dan Ghea memandang heran Ran, untuk apa ia membawa bekal? Padahal belum jam istirahat.
Ran melangkahkan kakinya menuju lantai dua di mana kawasan kelas sebelas MIPA berada. Ia berjalan dengan senandung kecilnya. Wajahnya benar-benar ceria. Padahal sekelilingnya sibuk menggosipkan dirinya. Telinga Ran seolah tuli dengan gosip-gosip itu.
Ran menghentikan langkahnya di depan kelas XI.MIPA.4, di mana kelas Arvind berada.
"Permisi," ucap Ran dan tersenyum memandangi isi kelas Arvind. Sontak mata seisi kelas tertuju ke Ran. Kenapa ada murid kelas sepuluh di sini?
"Wah, itu Ran," ucap Hanz yang terlihat senang melihat sosok Ran.
"Tuh cewek lo datang," sikut Dennis ke tangan Arvind. Arvind mentulikan telinganya dan tidak mempedulikan perkataan Dennis.
"Ada apa?" tanya salah satu siswi di kelas itu.
"Ran cari kak Arvind kak, ada yang mau dikasih," balas Ran lembut.
"Ran! Sini!" sorak Dennis dari tempat duduknya. Ran tersenyum gembira melihat keberadaan Dennis dan Arvind di sebelahnya. Ia pamit dengan cewek tadi dan memasuki kelas Arvind.
"Ngapain lo sini?" tanya Dennis saat Ran di dekatnya.
"Ini, gue mau ngasih bekal untuk kak Arvind," jawab Ran dan memberikan sekotak bekal berwarna biru ke Arvind.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ran's Mission
Fiksi Remaja[ON GOING] Update setiap BILA INGAT Raneysha Hermine, gadis berusia 16 tahun yang baru saja memasuki masa SMA. Siswi yang sangat ceria, polos, dan lucu. Arvind Lowden, siswa berusia 17 tahun yang merupakan campuran Jerman-Indonesia. Laki-laki yang...