Bel pelajaran berakhir akhirnya berbunyi. Menandakan saatnya murid SMA Rosses pergi mencari asupan gizi mereka masing-masing.
Ran membereskan bukunya. Ia terdiam sejenak, memikirkan apa yang akan dilakukannya terhadap Arvind hari ini. Kemungkinan besar mereka akan bertemu di kantin.
"Nanti gue bilang apa lagi ke kak Arvind?" tanya Ran menoleh ke arah Kallista.
"Nggak tahu, gimana pandai lo aja. Udah bakat lo 'kan ngegombal orang," balas Kallista yang tetap fokus merapikan seragamnya.
"Ran!" seru Dennis dan berjalan menghampiri Ran.
"Apa?" balas Ran ketus. Ia masih kesal dengan kejadian di mana ia dijebak.
"Yee, lo masih ngambek?" goda Dennis dan menatap jahil Ran.
Ran memanyunkan bibirnya, "lo sih kak! Masak gue dijadiin imbalan mereka kalau masuk!"
"Ya, nggak apa. Biar rame klub kita."
"Nggap apa pala lo! Gue tau yang malu pakai baju begituan keliling-keliling sekolah."
"Ah, Arvind ngajak kita makan kantin bareng. Ayo," ajak Dennis yang mengalihkan topik pembicaraan.
"Serius? Kak Arvind ngajak?" tanya Ran yang langsung melupakan amarahnya.
"Iya, buruan ke kantin."
"Oke!" Ran mengacungkan jari jempolnya dan pergi ke kantin terlebih dahulu.
"Syukurlah tuh anak lupa kalau udah masalah Arvind," kekeh Dennis.
"Yuk, kak. Kantin," ajak Ghea dengan Kallista di sebelah nya.
~~~
Sesampai di kantin, kepala Ran celingak-celinguk mencari keberadaan Arvind. Ia menemukan Arvind yang duduk sendirian dengan makanan yang telah tersaji.
"Sial! Si Dennis ke mana sih?!" rutuk Arvind menggertakkan giginya.
"Kak Arvind!" panggil Ran girang dan duduk di sebelah Arvind.
Arvind menatap Ran seperti biasanya, dingin dan tidak bereaksi apa pun.
"Apa kabar kak?" tanya Ran dengan senyuman berbinar.
"Fine."
"Udah makan bekal yang gue kasih kak?"
Arvind menghela napas berat dan menatap Ran tajam. "Lo kira gue manusia apa yang bisa makan makanan manis terus? Yang ada gue bakal diabetes!" gerutunya.
Ran mendesis pelan. "Kan diawal-awal udah gue bilang biar kakak tau senyum kakak semanis permen itu."
"Tapi jangan tiap hari, Ran! Gue nggak mau diabetes!"
"Terus gue harus kasih apa?"
"Nggak perlu ngasih apa-apa! Cukup lo diam, belajar dengan rajin dan jadi dokter!" Arvind mengakhiri perdebatannya. Ia meminum air putihnya untuk meredakan darah tingginya.
"Tapi gue nggak mau jadi dokter, gue mau jadi istri dan ibu yang baik buat anak-anak kita berdua besok." Ran memandang Arvind dekat dengan wajah seriusnya.
Arvind dibuat tersedak dengan ucapan Ran. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan adik kelasnya ini.
"Lo emang nggak waras."
"Woi, asik banget dah berdua pacaran," ledek Dennis dan tertawa. Ia kemudian duduk di sebelah Arvind, sedangkan Ghea dan Kallista duduk dihadapannya.
"Bukan pacaran kak!" bantah Ran.
"Terus?"
"Suami istri! Kemaren 'kan udah gue bilang gue istri kak Arvind," balas Ran dengan lantang. Sekali lagi membuat Arvind ingin melempar gadis ini ke sungai amazon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ran's Mission
Fiksi Remaja[ON GOING] Update setiap BILA INGAT Raneysha Hermine, gadis berusia 16 tahun yang baru saja memasuki masa SMA. Siswi yang sangat ceria, polos, dan lucu. Arvind Lowden, siswa berusia 17 tahun yang merupakan campuran Jerman-Indonesia. Laki-laki yang...