Tanpa Aku, Itu Adalah Hadiahnya.

21 2 0
                                    

Sebelumnya aku minta maaf padamu.

Eh, tunggu dulu, bagaimana kabarmu?

Semoga selalu baik ya..

Jadi begini, kemarin aku mengatakan padamu ttg sesuatu yang ingin ku ceritakan. Tapi sepertinya, antusias ku untuk menceritakan yg kemarin aku janjikan, seakan tengah pudar.

Tak ada artinya lagi.
Tak ada pentingnya lagi.
Aku, tak ada gunanya lagi, baginya.

Semua yg kurangkai beberapa hari lalu, sudah ku serakkan kemana-mana.

Karena yang kutau dia tak membutuhkannya lagi.

Mungkin hanya beberapa yg ku ingat.

Karena mimpi buruk.
Iya, aku mimpi buruk semalam.

Aku tak bisa memberi taumu alasannya mengapa. Tapi tenanglah, aku baik-baik saja.

Ekspetasiku untuk membuatnya merasa  lebih baik, malah memperburuk realitanya.

Maka aku akan menepi beberapa saat.
Mengubur perasaan ku dalam-dalam.
Tidak mengganggunya, karena kehadiran ku hanya akan merusak suasana. Lagi pula tampaknya sudah selesai.

Dia pernah berkata bahwa aku adalah tempat teduh baginya.
Baiklah, aku akan tetap menjadi payung untuknya sampai dia menemukan payung yang baru.

Kau tau? Sungguh ini benar-benar menyakitkan.

Sehingga aku harus beberapa kali memukul, meremas tanganku sendiri, mencoba membuatnya lebih tenang. Seakan tanganku merasakan kondisi hatiku.

Sakit, ngilu, pilu.

Aneh kan? Tapi ini bukan penyakit.
Dan sekarang, aku sudah harus merasa lebih baik.
Setidaknya sampai gambaran buruk itu tidak ku lihat lagi.
Aku bergumam pada diriku untuk tidak mengulang hal yg sama.
Aku akan belajar menjadi diriku sendiri.

Jadi, bantu aku untuk memulai lembar baruku dan biarkan dia mulai menata lembar barunya.

Baiklah, untukmu jaga diri baik-baik ya.
Cuaca sedang tidak stabil, wabah dimana-mana.
Banyak minum jangan lupa.
Jaga kesehatan.
Selalu cuci tangan.

Aku menyayangimu.. Diriku.

Hari ini, 16 Maret.
Adinda.

Daily Literacy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang