"Hendaklah adab sopan anak-anak itu dibentuk sejak kecil, karena ketika kecil mudah membentuk dan mengasuhnya. Belum dirusakkan oleh adat kebiasaan yang sukar ditinggalkan". (Buya Hamka)
🍒🍒🍒Sebatang mawar yang bengkok masih bisa diluruskan tatkala ia baru tumbuh, akan tetapi jika tangkai yang bengkok itu dibiarkan tumbuh menjadi besar lalu yang bengkok itu baru diluruskan, maka bukanlah lurus yang didapatkan malah tangkai mawar tersebut akan menjadi patah.
Begitupun dengan seorang anak, hendaklah adab sopan anak-anak itu dibentuk sejak kecil. Karena jika anak telah dirusak oleh sebuah adat kebiasaan, ketika diluruskan bukannya menjadi baik malah akan memberontak.
Ketahuilah! Sesungguhnya metode pendidikan anak merupakan hal yang paling penting dan paling ditekankan, anak-anak itu adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang suci merupakan permata yang paling berharga, belum terukir dan terbentuk. Ia menerima setiap bentuk ukiran dan cenderung kepada setiap hal yang digiring kepadanya. Jika dibiasakan yang baik, dan diajarkan kebaikan maka ia akan tumbuh menjadi baik dan bahagia di dunia dan di akhirat. Ayahnya, gurunya dan setiap orang yang mendidiknya juga akan mendapatkan pahala. Namun jika dibiasakan dengan keburukan, dan dibiarkan seperti binatang maka ia akan celaka dan binasa. Dan dosanya diatanggung oleh orang tuanya. (Hujjatul Islam, Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Kairo: Dar Misr li al-Thiba'ah, juz II, hal 89).Dalam masalah pendidikan anak, Imam Ghozali tidak hanya memberi peringatan. Ia juga memberikan metode pendidikan anak. Berikut ini rangkuman metode pendidikan anak menurut Imam Ghozali yang dikutip dari bagian kitab itu.
1. Aspek Adab
Menurut Imam Ghozali, orang tua wajib mendidik anak-anaknya dengan adab dan mengajarkan akhlak yang terpuji (al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, juz II, hal 89). Jika orang tua menanamkan adab yang baik berarti dia telah memberikan sesuatu yang sangat bernilai. Rasulullah SAW bersabda "tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih utama dibandingkan pendidikan (adab) yang baik" (HR. Ahmad).
Akhlak yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini adalah sifat malu (al-haya'). Yang dimaksud malu dalam hal ini adalah sifat malu yang menghalangi seseorang dari perbuatan tercela, bukan malu yang menghalangi untuk berbuat kebaikan. Sifat malu seperti ini menurut Imam Ghozali adalah karunia dari Alloh dan tanda kebaikan akhlak si anak. Sifat malu ini perlu diarahkan sehingga anak akan terbiasa melakukan sesuatu yang baik dalam kehidupan sehari-harinya. Imam Ghazali memberi contoh buah dari sifat malu ini dalam adab makan. Dengan sifat malu ini anak akan terbiasa mengambil makanan dengan tangan kanan, membaca basmalah sebelum makan, mengambil makanan yang terdekat, tidak makan terlalu banyak dan sebagainya. Bahkan jika terus dididik dengan sifat malu ini, seorang anak akan merasa cukup dengan makanan yang ada (qana'ah) dan senang berbagi dengan, dan mendahulukan orang lain dalam masalah makanan sejak masa kecilnya (al-itsar bi al-tha'am).
Jika dikaitkan dengan adab berpakaian, dengan sifat malu ini juga anak akan terbiasa memakai pakaian yang baik, tidak memakai pakaian yang bercorak tidak pantas, ataupun pakaian yang terlalu sehingga menimbulkan rasa dengki dari kawan-kawannya.
2. Aspek Ilmu
Dalam aspek ilmu, Imam Ghozali menyarankan agar sejak kecil anak-anak diajarkan Al-Qur'an, Hadits, dan cerita-cerita orang . Hal ini menurutnya akan menumbuhkan kecintaan kepada, Hadits, dan juga kepada orang-orang sholih. Selain itu, ilmu yang penting diajarkan kepada anak-anak sejak kecil adalah ilmu syair-syair Islami. Hal ini untuk menanamkan cinta keindahan kepada mereka sejak dini.3. Aspek kedisiplinan
Di dalam mendidik anak Imam Ghozali mengingatkan pentingnya kedisiplinan. Dan dalam prakteknya harus disertai keadilan, jika anak melakukan suatu kebaikan. Hendaknya orang tua menghargainya, memujinya bahkan jika perlu memberinya jadiah yang menggembirakan hatinya. Hal ini penting untuk memotivasi anak untuk mencintai kebaikan dan terus berbuat kebaikan. Sebaliknya, jika anak melakukan kesalahan, maka orang tua tidak boleh lalai. Orang tua harus memperhatikannya dengan seksama. Jika ia mengulangi untuk yang kedua kalinya maka hendaknya diberi nasehat secara individu, tidak di hadapan orang lain. Namun nasehat ini tetao disertai peringatan yang tegas agar si anak tidak mengulangi lagi kesalahannya.
Dalam melaksanakan disiplin, orang tua harus berwibawa di hadapan anaknya. Ayah maupun ibunya hendaknya selalu menjaga ucapan maupun sikapnya di hadapan anaknya. Dengan demikian orang tua bukan sekedar contoh yang baik, tapi juga memberi contoh yang baik.
Selain itu orang tua harus menanamkan sifat berani kepada anak-anaknya. Sehingga jika suatu hari dia mendapat teguran, bahkan hukuman fisik yang proporsional dari gurunya di sekolah dia akan sabar menjalani hukuman itu, tidak cengeng atau mengadukan masalah itu kepada orang tua.
4. Aspek Kesehatan Fisik
Menurut Imam Ghozali anak harus dibiasakan banyak bergerak di siang hari, jangan banyak tidur di siang hari. Anak harus dibiasakan untuk berjalan, berlari, bergerak dan berolahraga agar tidak muncul rasa malas pada dirinya.
Dalam masalah ini orang tua bahkan perlu memberikan izin kepada anaknya untuk bermain setelah mereka belajar. Sebab menurutnya, melarang anak bermain akan membuat hati anak menjadi keras dan menurunkan semangat belajarnya. Bahkan itu membuka pintu untuk si anak mencari jalan untuk bermain secara sembunyi-sembunyi.
5. Aspek Sosial
Dalam pergaulannya anak-anak harus dididik berbahasa yang santun, bersikap rendah hati (tawadhu'), menghormati orang yang lebih tua, mencegah dari mengambil hak orang lain, dan menanamkan dalam diri mereka bahwa kemuliaan seseorang itu ada di dalam sikap memberi kepada orang lain.
Anak juga harus dididik agar tidak terlalu banyak bicara, mendengarkan orang lain yang sedang berbicara, dan tidak mudah bersumpah meskipun dia benar. Adab-adab ini penting untuk diamalkan khususnya ketika mereka berhadapan dengan orang tua, guru ataupun orang lain yang lebih tua.
6. Aspek Ibadah
Dalam masalah ibadah orang tua hendaknya memperhatikan ibadah anak-anaknya. Imam Ghazali mengingatkan agar orang tua membiasakan anaknya dalam keadaan bersuci (dawam al-thaharah), mendirikan shalat, berpuasa Ramadhan sesuai kemampuan. Pembiasaan ibadah sejak kecil ini penting untuk dilakukan agar ketika si anak dewasa dia sudah terbiasa melaksanakan perintah Allah dengan senang hati.
Meski ditulis puluhan abad yang lalu rumusan pendidikan anak menurut Imam Ghozali ini masih sangat relevan untuk saat ini. Pendidikan anak yang menyatukan aspek adab, ilmu, kedisiplinan, kesehatan, sosial dan spiritual. Setiap orang tua harus memperhatikan masalah pendidikan anak jika ingin anaknya menjadi pelipur lara (qorrota a'yun) yang dibanggakan.#jadilahnakhodayangbaik
~happy reading_
Cianjur, 16 Maret 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Al-Athfal ( A Thought About Parenting )
Literatura FaktuIni hanya sebuah pemikiran yang ditulis oleh seseorang yang sama sekali tidak punya pengalaman terhadap parenting. Buku parenting ini dibuat berdasarkan perasaan dan kesadaran atas apa yang terjadi di lingkungan sekitar, karena semakin banyaknya ora...