Bab 11

4 0 0
                                    

" Marilah betul-betul menjadi sahabat anak dalam keluarga, bukan menjadi komandan atau bos yang main perintah, tapi juga bisa mendengar isi hati anak ". 

(Kak Seto Mulyadi)


🍒🍒🍒

Mempunyai sahabat tentunya sangat menyenangkan, selain kita bisa bermain bersama, pun kita bisa saling mencurahkan isi hati kita dan berbagi suka duka bersama. Dan alangkah bahagianya bila peran sahabat tersebut bisa tumbuh dalam diri orang tua. Karena anak tidak akan pernah merasa canggung untuk menceritakan hal-hal yang terjadi padanya ataupun tentang sesuatu yang dirasakannya.

Janganlah orang tua bertindak seperti bos, yang hanya bisa memerintah anaknya ataupun bersikap tak perduli terhadap tumbuh kembang anak. Sebisa mungkin buat anak merasa nyaman ketika mereka ada di dekat orang tuanya sehingga mereka bisa dengan bebas mengekspresikan perasaan mereka di dekat orang tuanya.

Perilaku anak kepada kita akan menjadi buah dari hasil menanam kita di waktu kecil mereka. Bila kita tanamkan kebaikan maka hasilnya pun akan baik, sebaliknya bila kita tanamkan keburukan hasilnya pun akan buruk. 

Kasih sayang pada anak pun Rosululloh tunjukkan saat beliau sedang shalat. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi shollahu alaihi wasallam bersabda, "Bila salah seorang diantara kalian mengimami shalat, hendaknya ia meringankannya karena diantara mereka ada anak kecil, orang tua, orang lemah, dan orang yang sedang sakit. Bila ia sholat sendirian, ia boleh shalat sesuka hatinya ".(HR. Muslim)

Sering dari kita merasa terganggu dengan tangisan anak kecil, apalagi jika kita sedang mengerjakan suatu hal yang sangat penting. Tidak sedikit pun dari kita yang membentaknya atau pun mengeluarkan kata-kata kasar agar dia berhenti menangis. Tapi apa yang dicontohkan Rasulullah, beliau mempersingkat sholatnya hanya karena mendengar tangisan anak kecil. Anas mengatakan, "Aku belum pernah shalat di belakang seorang imam yanh lebih singkat dan lebih sempurna shalatnya, selain Nabi shollahu alaihi wasallam. Jika beliau mendengar suara tangisan anak, beliau mempercepat shalatnya karena khawatir akan mengganggu shalat ibunya ". (HR. Bukhari)

Menjadi sahabat buat anak tentunya bukan hal yang mudah, tapi akan menjadi mudah tatkala kita melakukannya sedini mungkin pada usia mereka. Mengajak mereka bermain, berbicara, ketika mereka sedih kita menjadi orang terdepan yang siap menghibur mereka. Tentunya bila ditanamkan sedini mungkin, maka proses tersebut akan berlangsung sampai mereka dewasa. Jangan sampai anak menjauh dari kita, bahkan merasa tidak nyaman dengan keberadaan kita, dan susah untuk mengekspresikan perasaan mereka kepada kita akibat kurang perhatian dari kita sebagai orang tuanya.

🍒🍒🍒

“Berilah mereka makan dari apa yang kalian makan dan berilah mereka pakaian dari apa yang kalian pakai”. 

(Shahih, Adabul Mufrod, Al-Albani:556)


🍒🍒🍒

Orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap putra putrinya, salah satu bentuk kasih sayang yang diberikan orang tua kepada anaknya adalah memberinya makan dan pakaian. Dan memberi makan adalah tugas seorang ayah, ia harus memenuhi kebutuhan anaknya dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Salah satu alasan wajibnya orang tua menafkahi anak adalah dikarenakan tidak mampunya anak dalam bekerja untuk menghasilkan uang atau karena anak sama sekali tidak mempunyai simpanan uang yang cukup untuk biaya hidupnya. Kewajiban menafkahi anak ini ditegaskan dalam Al-Quran, “Dan kewajiban menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut.” (QS. Al-Baqarah: 33).

Rasulullah saw mengajarkan kepada kita supaya mengikutsertakan anak dalam persoalan makan dan pakaian. Jangan pernah terlihat bahwa orang tua lebih memperhatikan diri dan penampilan sendiri lalu mengabaikan putra-putrinya. 

Ubadah bin Al-Walid bin Ubadah bin Al-Shamit berkata, “Aku pernah keluar bersama ayahku. Waktu itu aku masih remaja. Kami berpapasan dengan orang tua yang memakai burdah dan pakaian ma'afir. Demikian juga dengan anaknya. Aku berkata. ‘Wahai paman, kenapa engkau tidak memberikan namirah itu kepada anakmu dan engkau mengambil burdahnya hingga engkau memakai dua Burdah dan ia hanya memakai namirah?’ Orang itu pun berbalik ke arahku dan bertanya kepada ayahku, 'Apakah ini anakmu?’ Ayahku menjawab, 'Ya'. Orang itu mengelus kepalaku sambil berkata,  'Semoga Alloh memeberkahimu. Aku bersaksi bahwa engkau pasti mendengar Rasulullah bersabda, 'Berilah mereka makan dari apa yang kalian makan dan berilah mereka pakaian dari apa yang kalian pakai.’ Wahai keponakanku, hilangnya keindahan dunia itu lebih aku sukai daripada (hilangnya) keindahan akhirat.’ Aku berkata, ‘Wahai ayah, siapa orang ini?’ Ia menjawab, 'Abul Yasar (Ka'b) bin Amru.”

Berbeda halnya ketika sang anak sudah beranjak baligh dan mampu untuk bekerja, maka orang tua sudah tidak wajib untuk menafkahinya. Meskipun pada saat itu sang anak belum mendapat pekerjaan. Tapi apabila sang anak kondisinya sedang dalam menimba ilmu, misal sedang di belajar di pondok pesantren atau institusi pendidikan yang lain sekiranya bila ditempuh dengan bekerja pendidikannya akan terbengkalai, maka orang tua tetap wajib untuk menafkahi anaknya.

~happy reading~
Selamat menjalankan ibadah puasa ☺️



Cianjur, 04 Mei 2020

Al-Athfal ( A Thought About Parenting )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang