Agapios ;

7.4K 472 26
                                    

"Mencintaiku sangat sederhana, cukup simpan aku dalam hati, dan suarakan itu di depan dunia, bahwasannya ; aku milikmu."

-Park Jimin-

Dering telponku yang sengaja aku biarkan itu tak menganggu sama sekali kegiatanku malam ini.
Menatap dan membelai pelan pipinya adalah salah satu kebiasaan yang aku lakukan sebelum kami terlelap. posisi menyamping saling berhadapan di bawah plafon kamar yang tidak seberapa besar ini adalah posisi yang amat sangat aku sukai.

Aku membelai pipinya sekali lagi, iapun bergerak gusar.

"Ponselmu berbunyi." Serunya saat aku tak menggubris notifikasi tersebut. Aku tersenyum.

"Akan ada 1 atau 2 menit yang terbuang jika aku mengangkat panggilan tersebut. Untuk membayarnya kau akan memberiku apa?" Tanyaku di sertai senyuman jail yang membuat dirinya terkekeh gemas.

"Hanya beberapa menit kau melepaskan tanganmu dari pipiku, apa harus ada bayaran juga sebagai gantinya?" tanyanya seraya tetap menatap mataku dalam. Aku memasang ekspresi seolah berpikir.

"Entah, kau selalu memabayarku setiap saat." Ia pun ikut mengkerutkan dahinya, mungkin tak mengerti apa yang ku maksud.

"Kau selalu memberiku bahagia" ia tersenyum saat aku melanjutkan kata-kataku. Lalu tangan mungilnya bergerak naik menyentuh pipiku.

"Tapi setauku, katanya pihak dominan itu sering tersakiti karena pihak bawah yang selalau menuntut ingin di mengerti, apa benar begitu?" Aku membenarkan posisi tidurku menjadi terlentang dan menatap plafon kamar ini yang amat menenangkan. Nuansa putih abu sangat ku sukai sedari dulu.

"Tidak, kata siapa?"

Kekasihku mengikutiku, ia terlentang dengan satu tangan yang terlipat di belakang kepalanya.

"Aku hanya pernah mendengarnya hehe" kekehnya di akhir perkataanya. Aku memejamkan mataku untuk beberapa detik, kemudian kembali menyamping menghadap pria manis yang kini memejamkan matanya juga.

"Bahagia itu milik berdua, aku dan kamu, kita saling terikat." Ia tersenyum namun mata cantiknya tidak ikut terbuka.

"Aku tau-" ia memberi jeda pada kalimatnya dan menyamping menghadap kearahku.

"Tapi, coba kasih aku contoh kecil dari definisi bahagia itu deh.." aku mengulum senyumku kala nada yang di gunakannya terdengar begitu menggemaskan.

"Ko ketawa? Ada yang lucu?" Tanyanya heran, aku menggeleng pelan dan mengusap pipinya.

"Jangan bertanya contoh bahagia untukku Jim, karena kamu adalah jawaban untuk itu."

Sekilas aku melihat semburat merah di pipi gembilnya-manis ucapku dalam hati saat menyaksikan itu terjadi. Ia mengangguk dan bangkit dari posisinya tertidur. Matanya melihat kesetiap sudut kamar ini.

Aku yang melihatnya ikut bangkit dan bersandar pada kepala ranjang.

"Kenapa?"tanyaku heran saat Jimin tak merespon kalimatku.

Aku mendengar helaan nafas berat yang di hembuskannya.

"Aku tak yakin bahwa aku bahagiamu." Aku sedikit terhentak kaget saat kalimat itu yang di lontarkan dari mulutnya.

"Memangnya aku terlihat main-main?" Aku bergerak mendekat dan duduk di sampingnya.

"Bahagia itu bahaya." Ucapnya dengan nada datar yang dari dulu menjadi ciri khasnya saat mulai merasa bosan.

"Aku setuju, kau tau buktinya?"

Ia menoleh sedikit kearahku, dan aku tersenyum simpul, aku mendekat dan meraih pinggangnya agar dapat ku peluk dari belakang. Ku hirup pelan wangi tubuhnya yang sangat aku sukai-wangi susu, yang selalu menjadi ciri khasnya.

"A-apa buktinya?"

Aku berhenti sejenak dan meninggalkan kecupan pelan di belakang daun kuping kirinya.

"Kamu" ucapku sambil kembali membenamkan wajahku di perempatan ceruknya.

"You make turn me on baby"

Aku mendengar kekehan yang keluar dari belah bibirnya.

"Apa aku se-membahayakan itu kookoo?" Aku mengangguk di ceruknya, ia terkekeh lagi. Aku semakin erat memeluk tubuhnya dan semakin gencar menghirup aroma tubuhnya.

"Anghh"

Lenguhan yang ku sukai, aku ingin mendengarnya lagi, ku dekatkan tubuh jimin agar semakin menempel pada tubuhku, ku merasakan gesekan nikmat yang terjadi saat penisku beresentuhan langsung dengan bokongnya.

"Akhh"

Terdengar lagi lagu tak bernada yang dari dulu amat sangat kusukai dari belah bibir cantik si manis.

Tanganku masuk kedalam T-Shirt yang di kenakan Jimin, menyusuri setiap lekukan tubuhnya dan berkahir pada puting yang sudah mengeras dan mungkin memerah, ohh damn aku sangat ingin menyesapnya.

Ku hisap pelan leher jenjang putih bersih Jimin hingga meninggalkan beberapa tanda milikku disana. Tubuhnya menggelinjang saat aku menyentuh sensual penis mungilnya yang kini lumayan mengeras.

"Angghh"

"You are so sexy honey"

Jimin menikamti permainanku hingga kepalanya mendongah keatas langit langit dan bersender di bahuku, posisinya yang naik menjadi hampir berada di pangkuanku itu membuat penisku sedikit terhimpit dan sulit merasakan sensasi permainanku sendiri.

Aku membalikan tubuh Jimin menjadi menghadapku dan ku dudukan pria manis ini di pangkuanku aku menyukai ekspresinya saat menikmati permainanku di atas ranjang, Jimin manis sekaligus seksi di waktu yang bersamaan.

Aku membuka paksa T-Shirt yang di kenakannya dan langsung ku sambar puting yang telah memerah, menyesap dan juga menjilat sensual area sensitif sang submisive. Sebelah tangaku memainkan putingnya yang kiri hingga Jimin meremas rambutku merasakan kenikmatan yang ku berikan padanya.

"Ahh koko"

Aku berhenti dari kegiatanku ku tangkup pipinya dan ku sambar dua belah bibir merah muda nan kenyal itu, ku lumat dan ku hisap lembut tanpa membuat Jimin kesakitan.

Saliva yang bertukar serta bunyi penyatuan yang sangat jelas terdengar, menambah gairahku, penis di dalam celanaku sudah memaksa ingin di keluarkan. Aku melepaskan penyatuan kami dan ku tatap lembut wajahnya.

"Malam ini jadilah bahayaku untuk yang kesekian kalinya Jim"

Jimin mengalungkan tangannya di leherku, dan mengangguk pelan.

"Tentu, aku bahagia sekaligus bahaya untuk gairahmu itu kan?"

Aku terkekeh kecil mendengar penuturannya, kusambar kembali bibir yang selama ini menjadi canduku, ku lumat dan hisap secara bergantian.

Aku bahagia memilikinya, aku takkan pernah merasa asing dengan duniaku, hidupku telah bertaut hanya padanya, cintaku yang selama ini menjadi pendamping susah dan senangku.

Agapios ku ; Park Jimin.

- The End -

Short story by ; Mochkkie

KookMin Universe - KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang