Eps 15

7.7K 422 2
                                    

*terimakasih untuk ilustrasi gambarnya, semoga yang punya mengijinkan saya memakainya yaa*

Aku tau, Allah selalu punya banyak rencana baik. Pernikahan tidak akan pernah selalu berjalan dengan mulus tanpa suatu cobaan. Dengan terbongkarnya perasaan Kang Afnan sebenarnya mengujiku untuk bisa tetap setia pada Mas Najib atau tidak.

Segala sesuatu tergantung dari sudut pandang mana aku melihat, aku anggap itu adalah sebuah ujian untukku. Serta Ashima, juga ada untuk menguji pernikahanku. Semua pasti sudah Allah tentukan jauh sebelum aku ada, jadi aku hanya perlu yakin bahwa aku bisa melewati semuanya. Sebab kebaikan Kang Afnan tidak akan bisa menggeser begitu saja posisi Mas Najib yang notabenenya sudah menjadi suami sahku.

Aku menghargai Kang Afnan juga perasaannya, aku akan mendo'akannya agar dia cepat berpindah hati dan merelakanku dengan Mas Najib.

Hua, pagi ini badanku masih terasa pegal meski sudah beberapa hari semenjak kejadianku tenggelam. Aku harus banyak beraktivitas agar cepat pulih seperti sedia kala.

Aku melangkah membuka pintu depan, halaman terlihat berantakan. Mumpung masih sangat pagi, aku ke halaman dulu. Lagipula subuh ini tidak ikut membantu Umi mengajar.

"Pagi Mba Nasyaa" sapa Badrun dari halaman samping.
"Saya mau nyapu, kamu kalau mau bantuin sapuin halaman pondok aja" kataku. Dia nyengir.
"Mba Nasya ki apal tenan aku mau ngapain. Jodoh nih Mba Nasyaa" godanya seperti biasa.
"Hhiii Kang Badrun nggak pernah mandi. Malesin"
"Astaghfirullah" katanya sambil mengelus dada. Tubuhnya lumayan berisi, dan wajahnya juga lucu, berkumis serta kulitnya yang coklat.
"Pagi-pagi udah patah hati" sambil jalan ngambil sapu. Aku cekikikan.
"Sing rajin ngajine, rajine nggombal wae"
"Saya nih udah rajin Mba, udah ganteng juga, tapi santri putri kok ya tetep enggak ada yang mau"
"Mereka tau sih kalau Kang Badrun nggak pernah mandi"
"Iya juga yah" katanya sambil mikir.
"Wes sapu sek halamane iku, malah ngajak ngobrol ae" protesku.
"Nggih Nyai"

Kang Badrun menyapu halaman yang lebih luas daripada aku tapi dia selesai lebih cepat.

"Hmm Mba Nasya, duluan saya selesainya" lagaknya dengan sombong.
"Ya wes toh sana mandi" perintahku. Dia bersandar di tembok sambil memegang sapunya.
"Ngaji dulu Mba, bentar lagi Gus Najib ke kelas nih" aku berhenti menyapu, dan menatapnya.
"Lha kalo mau ngaji kenapa nyapu dulu bukannya muthola'ah?" Dia nyengir.
"Ngresiki ati sek Mba sadurunge mangkat ngaji. Yo wes ditinggal yo Mba" pamitnya.
"Nggih"
"Ojo kangen loh Mbaa"
"Mboten"
"Temenan loh Mbaa" astaghfirullah Kang Badrun ini emang rese banget.
"Temenan!"
"Yo aja temenan toh Mba. Aku ki ra pernah dikangeni" rengeknya.
"Astaghfirullah buruan ke kelas itu Gus Najib udah kesana" dia langsung membanting sapu dan berlari ke Mushola. Tadi ekspresinya lucu sekali, dan caranya berlari juga. Kegedean badan sih.

Ya Allah, Kang Badrun ini emang paling bisa bikin aku seneng. Tingkah polahnya ada aja, aku suka kalau lagi becanda sama dia itu, nggak nyeleneh orangnya. Santai tapi tetap punya rasa menghargai terhadapku.

Aku masuk rumah setelah menyelesaikan pekerjaan menyapu halaman. Mulai untuk membereskan rumah.

"Punten Mba" aku menoleh.
"Opo toh Dev?"
"Devina sama Marsha mau piket ndalem Mba" keningku berkerut.
"Sejak kapan ada aturan seperti itu?" Tanyaku, karena setauku waktu aku jadi santri membereskan ndalem itu kalau ada acara besar saja.
"Dari kepungurusan pondok Mba, meringankan pekerjaan Mba Nasya juga. Nanti abis kita nyapu sama ngepel juga nyuci piring"
"Lhaa aku ngapain?" kataku sambil nyengir.
"Hehe Mba Nasya istirahat aja dikamar" waduhhh pekerjaan semakin ringan aja nih, jadwal masak masih lumayan lama. Ya udah deh aku balik lagi ke kamar.
"Yowes, maturnuwun nggih" kataku pada mereka.
"Nggih Mba"

Aku menyandarkan diri ke sofa dan mengambil handphone di meja. Aku jarang membuka notifikasi, selain sibuk juga aku bukan type orang yang suka banyak menjelajah dunia maya. Hmm waktu itu aku kan pernah kasih Mas Najib pulpen, udah dibuka belum yah? Kan ada kertasnya, kok dia nggak pernah bahas sih?

Dua Keping Rasa (Close PO)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang