"Dek.."
Changbin berjalan mengekori Felix yang berada di depannya. Saat ini mereka ada di kampus Changbin setelah sebelumnya mampir ke toko baju, membeli baju untuk Felix yang baru saja dipermalukan di depan sekolahnya.
Setelah pak satpam bertanya tadi, Felix segera berlari masuk kembali ke mobil Changbin dan menjambak rambut kakak sepupunya dengan bringas. Tidak lupa ia juga mencakar seluruh badan Changbin karena sangat kesal dan berakhir dengan tangan dan leher Changbin yang sekarang ditempeli plester luka karena terkena cakaran maut. Dia ingin melawan tapi dia tau diri kalau memang dia yang salah.
"Dek maafin kakak dong, jangan diem gini nanti manisnya ilang."
"Berisik banget sih kak, sana kakak temuin dosennya!"
Felix berujar galak, masih kesal dengan Changbin.
"Kamu nggak apa-apa kakak tinggal sendiri disini?"
Felix hanya diam membuang muka enggan menatap Changbin. Sebenarnya ia sudah tidak semarah itu tapi Felix hanya tidak tega melihat badan kakak sepupunya yang penuh luka cakaran darinya.
"Ya udah, kamu disini dulu ya jangan kemana-mana."
Changbin segera pergi meninggalkan Felix menuju ruang dosen untuk segera menyelesaikan urusannya. Sedangkan Felix hanya diam di taman kampus memandangi orang yang berlalu lalang disana.
Sekitar satu jam Felix duduk di taman kampus Changbin belum juga kembali. Ia bosan dan juga lapar, ingin pergi mencari makan tapi ia takut kesasar. Ia putuskan untuk mengirim pesan pada Changbin agar kakak sepupunya itu segera kembali.
Ketika Felix sibuk dengan ponselnya ia mendengar suara seseorang menyapa pendengarannya.
"Felix ngapain disini?"
Felix mendongak dan menemukan salah satu teman Changbin di depannya. Ia pernah beberapa kali bertemu dengan orang itu, kalau Felix tidak salah ingat namanya Minho.
"Nunggu Kak Changbin, Kak."
"Nggak sekolah?"
Felix hanya menggeleng dan meringis mengingat kejadian tadi pagi.
"Duduk Kak, nggak capek apa berdiri gitu."
Dengan ramah Felix mempersilahkan teman kakak sepupunya untuk duduk, namun Minho justru naik ke atas meja dan memilih duduk bersila disana. Felix jadi bingung harus bereaksi seperti apa.
"Lix, kamu tau nggak?"
Felix menatap bingung ke arah Minho yang sekarang sedang menatapnya dengan sangat serius.
"Tau apa?"
"Ya nggak tau, kalo aku tau ya nggak nanya kamu lah."
Siku-siku imajiner nampak di kepala Felix. Sekarang ia tau kenapa kakak sepupunya makin hari makin tidak jelas, ternyata temannya sama saja.
"Eh Lix, coba deh buka komputer di kamar Changbin. Buka folder judulnya kitten."
Felix menaikkan sebelah alisnya, buat apa coba ia melihat-lihat isi komputer Changbin? Felix kan takut kalau nantinya malah menemukan video anu yang biasa kakak sepupunya tonton.
"Heh ngapain lo disini?"
Tiba-tiba Changbin datang dan memukul kepala Minho dari belakang. Ia tau pasti temannya baru saja berkata yang tidak-tidak pada adik sepupu kesayangannya.
"Yah, pergi ah pawangnya udah dateng. Jangan lupa ya, Lix."
Changbin menatap jijik temannya yang baru saja mengedipkan sebelah matanya ke arah Felix dan melenggang santai begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana [ChangLix]
FanficKeseharian sepasang sepupu beda perawakan yang tinggal bersama. Yang lebih tua sangat iseng, dan adik sepupunya yang berwajah manis tapi sangat galak. Rusuh! "Dek." "Apaan?" "Tebak kakak pake sempak warna apa." ⚠️BxB AREA⚠️ Local au Romance/comedy