▪ TSG #03

979 167 48
                                    

Seulgi menggigit bibir bawahnya saat orang di dalam ruangan itu berteriak histeris seperti orang gila. Park Jimin, laki-laki itu berteriak kesakitan sambil memegang kepalanya. Beberapa dokter dan perawat langsung memasuki ruangan begitu mendengar teriakan nyaring Jimin.

Saat ini Seulgi sedang duduk di depan ruangan Jimin sambil dengan cemas menggigit bibir bawahnya.

"Sial, aku benar-benar tidak sengaja tadi," gumam perempuan itu masih sambil menggigit bibirnya.

"Le Chamber,"

Deg.

"Aku pernah melihatmu di sana."

Seulgi langsung menjauh dan terdiam. Le Chamber? Tak asing di dengar, tapi dia tidak ingat apa dia pernah berada di sana.

Jimin tertawa melihat reaksi Seulgi yang menurutnya terlalu biasa saja. "Apa kau bisa menjawabnya?"

Seulgi tak bisa menjawab. Dia memang perempuan baik-baik, bahkan itu terlihat dari penampilannya yang tertutup. Persis seperti perempuan yang selalu menjaga kehormatannya.

"Y-ya, aku perempuan baik-baik. Memangnya kau kira aku apa?"


Mata Jimin menyipit, laki-laki itu langsung menggeleng dan tak ambil pusing. "Aku tidak mau membahasnya lagi. Jadi, apa kau bersedia menjadi sekretarisku?"

Seulgi terkekeh, "Aku tidak mau menjawabnya. Sekarang gantian, aku yang ingin bertanya padamu."

"Apa?"

"Kenapa kau begitu menginginkanku menjadi sekretarismu?"

"Aku hanya berniat menolongmu, dan juga sepertinya kinerja kerjamu bagus," balasnya membuat Seulgi kecewa karena bukan itu jawaban yang dia inginkan.

"Menolongku? Baik sekali." Seulgi terkekeh sinis.

"Aku hanya ingin menolong orang miskin sepertimu."

"Hahaha. Kau benar aku orang miskin." Seulgi terkekeh canggung. Ingin rasanya dia menampar wajah Jimin sampai laki-laki itu sekarat, tapi Seulgi berusaha menahannya melihat kondisi laki-laki itu yang bahkan sudah seperti orang sekarat walau dia benar,benar ingin menamparnya sekarang. Dia ingin terlihat sedikit lebih anggun, maka dari itu Seulgi hanya menjawab dengan santai.

"Ya, sebenarnya aku tidak ingin membanggakannya. Tapi kau benar, aku memang miskin."

"Hei! Kau memang tidak boleh bangga menjadi orang miskin." Jimin terlihat serius.

Seulgi mencibir, "Kau menghinaku?"

Seulgi tersinggung. Dari awal laki-laki itu selalu merendahkannya. Seulgi tentu saja marah, tapi kalau dipikir-pikir tidak ada gunanya dia membuang-buang emosinya yang berharga demi orang seperti Jimin. Tapi kali ini Seulgi ingin membuang-buang emosinya dan berakhir mendorong tubuh Jimin hingga tubuh laki-laki itu goyah dan kepalanya yang terluka tersantuk dinding.

"Sialan! Arghhhhh!" Jimin berteriak, lalu memegang kepalanya yang rasanya seperti mengeluarkan darah kembali.

Seulgi mundur selangkah membuat Jimin kembali murka. "Hei! Kau mau ke mana!?"

THE STRUGGLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang