▪ TSG #09

910 141 24
                                    

Pagi harinya, Seulgi keluar dari dalam kamar mandi menuju ruang tamu setelah mandi. Kepalanya masih terasa pusing akibat semalam. Dari ruang tamu, Seulgi sudah disuguhi pemandangan Jimin yang duduk di kursi cantik yang ada di pinggir kolam. Seperti biasa, laki-laki itu menyewa President Suit yang di dalamnya memiliki dua kamar, jadi bisa dibilang mereka satu unit, tapi kamarnya tetap terpisah.

Untungnya, kali ini Jimin tidak bertelanjang dada membuat Seulgi menghela napasnya lega. Ia pikir, pagi ini Jimin pasti bertelanjang dada dan bergerak melakukan aktivitas ke mana-mana. Membayangkannya saja, rasanya Seulgi sudah tidak kuat.

Seulgi berdehem sambil menghampiri Jimin di pinggir kolam, "Ngomong-ngomong cuaca hari ini sangat cerah," kata Seulgi.

Jimin mengangguk, "Kau sudah lebih baik?"

"Sudah," balas Seulgi canggung mengingat ia semalam mabuk. Untung saja seingatnya, ia semalam tidak berkata yang tidak-tidak. Ia hanya membentak Jimin saja, tidak lebih sampai memukul laki-laki itu.

"Mau aku buatkan sarapan?" tawar Seulgi.

Jimin mengangguk. Tangannya terlentang ke atas, berusaha meregangkan otot-ototnya yang lumayan kaku dan sedikit pegal.

Ia beranjak dari pinggir kolam dan memilih untuk ke meja makan sambil menunggu Seulgi membuatkannya sarapan.

Mereka tinggal beberapa saat lagi berada di sini setelah jadwal siang nanti Jimin akan ada rapat bersama seseorang yang sudah sering bekerja sama dengan perusahaaannya.

Seulgi selesai menuang susu hangat saat matanya menangkap presensi Jimin yang mendekat. "Aku hanya membuat sarapan seadanya," kata Seulgi tersenyum tipis yang hanya dibalas Jimin dengan berdehem dingin sebelum laki-laki itu duduk di salah satu bangku. Seulgi menyodorkan susu hangat kepada Jimin sebelum menyiapkan sarapan.

"Tolong ambilkan air putih juga," perintah Jimin.

Seulgi mengangguk, menuang air putih ke dalam dua gelas. Satu untuknya dan satu lagi untuk Jimin.

Perempuan itu kemudian kemudian menarik bangku dan mendudukinya.

Jimin menerima susu hangat yang Seulgi tuang untuknya, lalu mendongak menatap Seulgi yang sedang memotong pancake yang merupakan menu sarapan pagi mereka.

Jimin menopang dagunya seraya menatap Seulgi. Andai saja mereka bertemu dengan kondisi yang agak lebih baik, mungkin Jimin akan benar-benar jatuh pada pesona yang dimiliki Seulgi, atau pun sebaliknya.

Berbeda dengan laki-laki lain yang hanya memandang perempuan dari cup bra-nya, Jimin punya kriteria lain dan tidak seperti Jungkook yang merupakan salah satu dari banyaknya populasi laki-laki di dunia yang memandang perempuan dari cup bra-nya.

Jimin sangat tertarik dengan perempuan berintelektual tinggi. Dari caranya berbicara, sebocah apa pun vokal yang keluar, Jimin bisa menebak kapasitas otaknya.

Seperti satu penggalan yang sangat disetujui oleh Jimin, people won't know how smart you are untill you speak.

Seulgi adalah salah satunya. Perempuan itu memang tergolong menyebalkan dan galak. Tapi percayalah, Jimin tahu isi kepalanya dipenuhi pengetahuan-pengetahuan berharga sesaat ia berbincang dengannya. Dan hipotesanya terbukti dari deretan prestasi Seulgi saat kuliah, dan nilai perempuan itu yang nyaris sangat sempurna.

Juga, paras Seulgi tak bisa diikut sertakan dalam golongan jelek. Ia manis, sangat manis malah dan cantik, tatapannya ramah, bertolak belakang dengan nada suaranya yang sering kali meninggi jika berbicara dengan Jimin.

THE STRUGGLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang