▪ TSG #06

931 156 40
                                    


"Seulgi! Sudah ketemu bukunya?"

Seulgi tersentak, lalu dengan cepat menaruh novel itu dari tangannya. Ia merutuki khayalan bodohnya yang sempat terbawa arus mengikuti buku yang tadi sempat ia baca.

"Sudah, ayo!"

Seulgi langsung ke meja kasir untuk membayar sejumlah novel yang dia beli.

"Aku sangat benci dengan Park Chanyeol. Kemarin dia mengajakku bertemu. Dia bilang ingin menjalin hubungan yang serius denganku, tapi sedetik kemudian dia bilang tidak jadi karena ada perempuan lain yang lebih cantik dariku. Mengingat wajah cabulnya yang sok keren itu sangat membuatku jengkel." Wendy bergidik. "Isss.... dia benar-benar menjijikkan."

Seulgi hanya tersenyum mendengar ocehan temannya itu. "Bukankah sudah ada Min Yoongi?" goda Seulgi.

"Kami sedang dalam masa pendekatan," ujar Wendy tersenyum malu-malu.

"Semoga masa pendekatan kalian berhasil!" seru Seulgi.

"Terima kasih. Ngomong-ngomong, aku masih tidak menyangka kau menjadi sekretaris pribadi Park Jimin sampai sekarang. Kau tahu Seul, aku pernah melihatnya menggulung kemejanya hingga siku di ponsel. Aku bahkan sesak napas melihat urat-urat di lengannya. He so damn hot!" pekik Wendy histeris.

Seulgi memutar bola matanya, andai Wendy tahu bahwa dia sudah pernah melihat tubuh Jimin yang hanya menggunakan handuk dan rambut yang basah sehabis mandi. Seulgi saja sampai tidak seheboh itu, walau dia akui pemandangan itu begitu indah.

Seulgi melihat ponselnya berdering, ia langsung mengangkat panggilan, "Ada apa?" tanya Seulgi yang baru saja mengangkat panggilan dari Jungkook.

"Kau ini sekretaris pribadi Jimin, tapi kau tak becus sekali!" jelasnya dari seberang sana.

Kening Seulgi mengerut, "Maksudmu?"

"Jimin sedang sakit. Apa kau tak mengetahuinya?"

"Tidak."

Jungkook berdecak dari seberang sana, "Sekretaris pribadi macam apa kau ini."

Seulgi mendengus, "Sudah ngomongnya? Aku akan pergi ke rumah Jimin," ujarnya lalu memutuskan panggilan.

"Siapa?"

"Teman kantor," balas Seulgi.

"Sepertinya kau sedang ada urusan, ya?" tanya Wendy melihat raut wajah Seulgi yang berubah khawatir.

"Begini, Presdirku sakit dan aku harus pergi ke rumah laki-laki itu untuk melihat kondisinya. Kau tak apa kan aku tinggal di sini?" kata Seulgi tak enak hati.

Wendy tersenyum. "Tak apa, cepat sana rawat Presdir Park," godanya.

Seulgi meringis kecil, lalu mulai pergi dari toko buku dengan menggunakan taksi untuk pergi ke kediaman Jimin.

*

Jimin memijat pangkal hidungnya yang sedikit memerah, tubuhnya terasa remuk karena beberapa hari ini ia sibuk mengurus perusahaan yang akhir-akhir ini sedang dalam masalah kecil. Alhasil, Jimin mengorbankan sedikit waktu tidurnya untuk berkutat dengan berkas-berkas setebal 5cm beberapa hari ini.

Sebenarnya, Jimin bukan tipe laki-laki yang gila kerja. Hanya saja keadaanlah yang memaksanya melakukan hal itu. Jimin mempunyai tanggung jawab besar untuk menghidupi karyawan Levorma. Jadi, ia tidak bisa berleha-leha. Bagaimanapun, Jimin sangat mencintai pekerjaannya. Menjadi seorang CEO, gajinya memang sangat banyak, tapi tak dapat dipungkiri Jimin justru membangun resort, hotel, bahkan cafe untuk menambah pundi-pundi won-nya yang memang sudah banyak.

THE STRUGGLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang