▪ TSG #05

925 154 29
                                    


Pagi ini, Seulgi terbangun karena dering ponselnya yang berdering beberapa kali. Dengan malas, Seulgi mengangkat panggilan dari nomor tidak dikenal itu sambil menguap lebar.

"Dengan siapa? Anda mengganggu tidur saya," tanyanya dengan mata yang masih tertutup.

"Kang Seulgi," panggil orang itu.

Kening Seulgi mengerut. "Dengan saya sendiri, ada apa?"

"Kau tidak menyimpan nomor atasanmu sendiri, hem?" kata seseorang dari seberang sana.

Seulgi menjauhkan ponselnya dari telinganya dan mencoba membuka matanya yang masih terasa begitu berat. Sedetik kemudian dia baru menyadari bahwa orang yang meneleponnya saat ini adalah Jimin. Kedua mata Seulgi refleks terbuka lebar dan tubuhnya yang semula berbaring di atas kasur langsung bangun dan duduk.

"Aku lupa menyimpan nomormu," cicit Seulgi.

Jimin mendengus dari seberang sana.

"Ada apa menelepon?" tanya Seulgi.

"Apa kau tidak punya jam, Seulgi?"

Seulgi memutar bola matanya. "Tentu saja ada!" balasnya galak, lalu melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah 7 pagi. Itu berarti dia harus bersiap-siap untuk pergi ke kediaman Jimin sebentar lagi.

"Aku pikir kau sudah bangun, ternyata kau masih tertidur di atas ranjangmu," Jimin berdecak membuat Seulgi kesal.

Seulgi langsung mengakhiri panggilannya, lalu meletakkan ponselnya di atas nakas. Seulgi mengambil handuknya dan segera masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah mandi, Seulgi memakai kemeja kuning muda dengan aksen bergelombang, rok span pendek, dan heels, lalu yang terakhir mengoleskan makeup senatural mungkin di wajahnya.

Seulgi mengambil tasnya, lalu bersiap pergi ke rumah Jimin dengan menggunakan taksi online.

*

Tepat jam 7 pagi, Seulgi sudah sampai di kediaman Jimin. Laki-laki itu sudah bangun dan sibuk dengan treadmill-nya. Seulgi baru tahu bahwa aktivitas Jimin setiap pagi adalah berolahraga rutin.

Setelah olahraga, Seulgi diajak berbicara tentang kondisi kantor yang mampu membuat beban pikiran Seulgi bertambah berat.

"Bisa kau siapkan pakaianku? Aku ingin memakai warna biru tua."

Suara Jimin membuat tubuh Seulgi tersentak, laki-laki itu baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menutupi bagian bawahnya. Seulgi menahan napas saat dusuguhi pemandangan indah pagi-pagi. Rasanya ameh berduaan di dalam kamar dengan seorang laki-laki. Seulgi berdehem berusaha menyembunyikan kegugupannya.

Seulgi langsung mengambil turtleneck berwarna biru tua dari walk in closet dipadukan dengan blazer.

"Bagaimana dengan ini?"

Jimin mengangguk. "Tidak buruk." Laki-laki itu langsung mengambil setelan pilihan Seulgi dan berniat berganti baju. Seulgi sudah lebih dulu keluar dari dalam kamar saat dirasa Jimin mulai membuka handuknya.

"Apa ada lagi yang ingin aku siapkan?" tanya Seulgi saat Jimin sudah selesai dengan turtleneck-nya.

"Jam tangan, pakaikan untukku," katanya.

Seulgi mengangguk, lalu mengambil jam tangan yang terlihat mahal itu dan memakaikannya ke pergelangan tangan Jimin.

"Ada lagi?"

Jimin menggeleng sambil merapikan blazer-nya yang baru dia pakai. Seulgi yang melihat Jimin kesusahan langsung berinisiatif membantunya.

"Terima kasih."

THE STRUGGLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang