Part 1

12.4K 965 793
                                    

"KAOSNYA kelebihan satu, kupikir wali kelas sudah hafal jumlah murid kelas kita"

Baekhyun mengapit satu batang rokok dari kotak yang terselip dikantung celananya. Menghirup udara pekat, yg kemudian menjadikannya merasa terlampau tenang.

—bukan contoh baik untuk seorang ketua kelas.




Hujan.



Deras sekali.


Dan tidak ada yg perduli oleh asap kelabu itu. Kelewat biasa, sih.
Sebuah peluang besar merokok dikelas saat hujan, karena para guru berada diruang rapat. Membicarakan soal karyawisata esok hari.

Begitu sibuk mencoba kaos masing2 yg baru dibagikan oleh Baekhyun—penasaran,
Sehingga tak ada yg sadar, pemuda ringkih yg duduk diujung ruangan mengangkat tangan

"A-anu—aku,.. Belum"


"Ha? Apa?"

Suara pemuda itu lolos dari telinga sang ketua kelas. Efek keributan teman2nya dan juga-karena pengucapan pemuda itu terlalu kecil, mungkin.

"Kaos—aku.. Aku belum mendapatkannya" Ulangnya sekali lagi, membuat Baekhyun menepuk dahi


"Sial-tidak. Maksudku, maaf Jeongin. Aku lagi2 melupakanmu"

Dan Baekhyun segera berjalan kearah Jeongin sembari membawa satu buah kaos yg masih tersegel rapi.
Jeongin hanya mengangguk dan menerima barang itu.


Hidup menjadi Jeongin memang sulit.


Karena dia begitu mudah terlupakan.

Jeongin bukan seorang introvert. Tapi, entah mengapa semua orang bersikap seolah2 dia adalah kurir makanan siap saji yg datang kerumah—seperti baru sekali melihat, lalu terlupakan. Tidak berguna.

Jeongin juga bukan anak bully-an.


Melainkan anak yang tidak dianggap.


Itu jauh lebih menyakitkan dari dibully.

Maka dari itu, Jeongin menutup diri.
Lebih memilih tidak peduli. Toh dari lahir dia sudah sendiri bukan?
Hidup tanpa orang tua. Tanpa seorang pun teman dekat. Dia sudah terbiasa. Sangat.

Kini, rambut hitam klimis yg ia panjangkan hingga menutup mata mengganggu pengelihatannya pada papan tulis.
Dan kerah baju yg ia kancingkan sampai leher mulai mencekik.
Lalu kacamatanya, hampir jatuh dari ujung hidung.
Ditambah kulit putih pucat menjadikannya seperti mayat hidup.

Benar2 penampilan seorang nerd.

Mungkin itu salah satunya, mengapa ia bisa dgn mudah dilupakan. Muka yg tak pernah terlihat jelas, bagaimana bisa diingat?


Besok. Karya wisata yg biasa ditunggu2.

Tapi tidak bagi Jeongin. Ia ikut hanya karena diwajibkan. Dan yah—ada beberapa makanan gratis yg bisa menghemat pengeluaran hariannya.

Langkah pelan Jeongin pada koridor sekolah. Seperti biasa, jalan menunduk, seolah2 ada sesuatu yg bisa ditonton dikakinya


Bugh!

"Ahー"

"Cih—kau menghalangi, tolol!"

Seseorang menabrak keras Jeongin dari belakang hingga ia terjatuh dilantai.

Belum sempat ia menoleh untuk memastikan sang pelaku, pria itu lanjut berlari melewatinya.




Ah, itu Hwang Hyunjin.



study tour ーhyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang